Sukses komersial film animasi adaptasi game, The Angry Birds Movie, rupanya cukup untuk membuat studio Sony Pictures Animation untuk memproduksi sekuelnya. The Angry Birds Movie 2 kali ini digarap oleh sineas debutan Thurop Van Orman dan John Rice. Film ini masih membawa sederetan bintang seri pertamanya, yakni Jason Sudeikis, Josh Gad, Danny McBride, Maya Rudolp, Bill Hader, Peter Dinklage, dengan para kasting baru Leslie Jones, Rachel Leah Bloom, serta Awkwafina. Dengan berbekal bujet yang lebih rendah (USD 65 juta), mampukan sekuelnya melewati sukses seri sebelumnya?
Setelah peristiwa film pertama, dikisahkan kini Red menjadi pahlawan kaum burung di pulaunya. Perang antara kaum babi masih berlangsung hingga kini, namun kenyamanan mereka mulai terusik ketika pihak ketiga dari pulau yang tak jauh dari mereka, mulai menyerang mereka. Adalah kaum elang yang ingin mencari kenyamanan panasnya suhu tropis karena pulau mereka adalah pulau es. Kaum burung dan babi, kini harus bahu membahu melawan kaum elang yang akan mengusir mereka.
Kisahnya? Bisa dibilang tak ada cerita sama sekali. Konflik yang dibuat semata hanya untuk mengantarkan banyolan-banyolan Red dan kawan-kawannya. Nol tensi ketegangan dan arah cerita jelas mudah sekali ditebak, semuanya datar semulus aspal bandara. Bosan? Jika kamu mampu menikmati banyolannya yang banyak dihiasi lagu dan musik populer lawas dan masa kini (misal, musik tema Beverly Hills Cop, The Final Countdown, Baby Shark, dan puluhan lainnya), jelas tidak. Untuk target genrenya (anak-anak) rasanya memang ideal. Ini dibuktikan seorang bocah yang duduk di depan saya, tidak ada henti-hentinya tertawa. Sejak awal, saya sudah tidak terkesan dengan banyolannya yang garing dan hampir menguap sepanjang film.
Tak jauh berbeda dengan seri pertamanya, plot The Angry Birds Movie 2 tidak bisa dibilang bercerita, namun lebih tepatnya membanyol dalam tiap momen dalam semua adegannya. Film ini 100% untuk target penontonnya: anak-anak! Amat disayangkan, sejak Cloudy with a Chance of Meatball satu dekade silam, Sony Pictures Animation nyaris tidak pernah memproduksi film animasi yang mampu bersaing dengan rival-rival beratnya (Dreamworks Animations, Disney Animations, dan Pixar), kecuali tentunya satu anomali untuk tahun lalu, Spider-Man: Into the Spider-Verse. Namun, ini pun tidak bisa dibilang film animasi anak-anak.