Film ini diadaptasi lepas dari kisah nyata pekerja paksa dari Korea berjumlah sekitar 400-an orang, yang berusaha untuk bisa melarikan diri dari Pulau Hashima. Pulau kecil ini adalah tambang batu bara milik Jepang pada masa Perang Dunia II. Film ini disutradarai oleh Ryoo Seung-wan dengan dibintangi sederet aktor kenamaan negeri ginseng, yaitu Hwang Jung-min, Kim Soo-Ahn, Lee Jung-hyun, So Ji-seob, dan tentunya yang paling ditunggu kaum hawa adalah Song Joong-ki.
Film ini berdasarkan dari fakta sesungguhnya sejarah Pulau Hashima, atau yang sering pula disebut dengan Gunkanjima, yang artinya pulau kapal perang. Di awal film, penonton disuguhi latar belakang melalui teks disusul dengan pengadeganan yang menggambarkan situasi para penambang batu bara pada masa itu. Cerita kemudian berjalan dengan tempo yang lambat, membuat penonton bisa ikut merasakan setiap penderitaan serta emosi yang dialami pekerja paksa. Mendekati konflik akhir, tempo cerita berjalan semakin cepat, namun efek ketegangan sejak awal mampu terjaga dengan baik. Hal yang saya sukai dari film ini adalah sisi artistiknya, yakni setting yang realistik tanpa banyak sentuhan rekayasa digital, kostum dan make-up yang natural yang membuat film ini terasa nyata dan mendukung banyak adegan sadistisnya.
Untuk akting para pemeran dalam film ini tak perlu diragukan lagi, bahkan si kecil Kim Soo-Ahn berperan sangat apik sebagai So-hee, penyanyi cilik dalam grup band jaz milik sang ayah Lee Kang-ok yang diperankan oleh Hwang Jung-min. Hubungan antar ayah dan anak terjalin dengan sangat baik, hampir keseluruhan film terfokus pada kedua pemain ini, namun hal ini pula yang membuat tokoh lain tidak terlalu disorot. Sangat disayangkan tokoh berkarakter kuat seperti Choi Chil-sung yang diperankan oleh So Ji-seob tidak terlalu disorot kamera, padahal ia memiliki peran penting membela rekan-rekannya dengan aksi nekatnya.
Hal yang paling ditunggu adalah kemunculan Song Joong-ki. Ia bermain cukup bagus sebagai Park Moo-young, mata-mata Korea yang diutus untuk menyelamatkan salah satu petinggi negaranya yang terjebak di Pulau tersebut. Bahkan karakter tokoh yang diperankannya tidak jauh berbeda dengan tokoh dalam Descendants of the Sun yang melambungkan namanya. Kali ini, tokoh yang diperankan Song kurang menonjol meskipun tokoh tersebut merupakan satu tokoh kunci dalam ending cerita, dan cukup banyak mendapat porsi adegan semenjak kedatangannya di Pulau Hashima.
Secara keseluruhan The Battleship Island menarik untuk ditonton. Sebuah drama fiksi yang menegangkan dan cukup sadis, dengan bumbu humor yang membuat rileks, serta ending yang mampu menguras emosi penonton. Film ini juga mengajarkan bagaimana sebuah kekuatan terbentuk dari kesatuan tekad untuk mendapatkan kebebasan bersama. Rupanya bukan kebetulan penayangan film ini berdekatan dengan tanggal 17 Agustus, seolah ikut menyemarakkan hari raya kemerdekaan kita.
WATCH TRAILER