The Cloverfield Paradox (2018)

102 min|Action, Horror, Sci-Fi|04 Feb 2018
5.5Rating: 5.5 / 10 from 114,975 usersMetascore: 37
Orbiting a planet on the brink of war, scientists test a device to solve an energy crisis, and end up face-to-face with a dark alternate reality.

   Setelah rumor yang simpang siur tentang “sekuel” film Cloverfield, akhirnya The Cloverfield Paradox dirilis melalui jaringan Netflix (non-bioskop) beberapa hari lalu. Proyek ini awalnya diberi titel Gods Particle, hingga berubah Cloverfield Station, dan kabarnya akan rilis teater bulan April tahun ini, namun nyatanya film ini didistribusikan via streamin. The Cloverfield Paradox digarap oleh Julius Onah dengan dibintangi nama-nama bintang yang tak asing, seperti Daniel Bruhl, David Oyelowo, Gugu Mbatha-raw, Zhang Ziyi, serta Elizabeth Debicky.

   Tahun 2028, umat manusia mencoba menyelesaikan masalah krisis energi dengan menggunakan sebuah partikel yang diuji coba melalui pesawat stasiun yang mengorbit dekat bumi. Setelah beberapa kali gagal, satu percobaan berhasil, namun berakibat stasiun antariksa tersebut terlempar jauh dari planet bumi. Tanpa mereka sadari, percobaan tersebut juga membuka dimensi paralel lain yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

    Bagi yang sudah menonton dua film sebelumnya, tentu posisi cerita dan plotnya cukup membingungkan. Ini sebuah sekuel ataukah prekuel? Awalnya jelas, prekuel menjadi argumen utama karena bumi dalam kisahnya kali ini tidak terdapat makhluk atau pesawat-pesawat alien yang berkeliaran. Tentu saja, pasti kita semua berpikir ini adalah cerita asal muasal bagaimana kejadian yang melatarbelakangi dua kisah sebelumnya. Tapi anehnya, kisah cloverfield seri pertama adalah berlatar tahun 2008 dan kisah ini berlatar 2028?? Bingung? Okelah, awalnya saya berpikir, mungkin judul film yang menggunakan kata paradox bisa menjadi alasan, tapi setelah semuanya berakhir tetap saja membingungkan. Apakah dunia cerita film ini merupakan dunia paralel yang sama dengan kisah seri pertama? Atau bagaimana? Tidak dijelaskan sama sekali.

Baca Juga  Ted

    Dua seri Cloverfield sebelumnya menggunakan formula yang berbeda. Bahkan untuk genrenya dua film ini merupakan sebuah pencapaian yang segar. Seri pertama dituturkan melalui teknik found footage yang kala rilisnya amat jarang bersanding dengan genre fiksi ilmiah serta monster raksasa. Sementara seri kedua, jauh lebih segar dengan mengkombinasikan antara genre thriller psikologis dengan fiksi ilmiah berlatar ruang cerita yang sempit. Sementara seri ketiganya ini dengan ekspektasi besar ternyata berbanding terbalik dengan dua sebelumnya. Walau plotnya memang tidak menggunakan “plot alien”, namun cara penyelesaian dan jalan kisahnya tak berbeda dengan film-film sejenisnya. Unsur ketegangan dan misteri hanya muncul di awal-awal saja, sisanya tak sulit diantisipasi.

    Selain kontinuitas cerita yang lepas, The Cloverfield Paradox juga gagal menggunakan formula segar yang menjadi tradisi seri ini. Tak heran, jika JJ Abrams, sang produser merilis filmnya via Netflix, karena potensi komersial filmnya yang rasanya lemah jika dirilis teater. Sayang sebenarnya, para pemain telah bermain sangat baik membawakan perannya, namun dikecewakan naskahnya. Seri keempatnya bakal rilis bulan Oktober mendatang, tentu saya masih dengan ekspektasi yang sama. Semoga tidak mengecewakan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaSummer Big Movies – Official Trailer
Artikel BerikutnyaMenanti Jurassic World: Fallen Kingdom
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

2 TANGGAPAN

  1. Cloverfield yg pertama gw sukaa banget!!! Banyak yg bilang pusing karena teknik FF. Tp gw malah suka (di kala itu) FF hanya di pake oleh genre horror, lalu berkembang ke genre disaster movie.

    Clovefield yg kedua, gw nontok di bioskop. Tanpa spoiler, ekspektasi, dll.. awalnya rada pesimis dan gw nunggu2 kapan nih monsternya muncul. Dan gw sampai lupa kalo ini ttg mosnter sampe ke menit ending… dan BANG!!! Adrenalin gw yg dari awal disuguhi thriller psikologi makin berasa di “tekan” sampai puncak di ending! BRAVOO!!!!

    Yg ketiga.. hmmm kok males yaa nontonnya

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.