The Commuter (2018)

104 min|Action, Mystery, Thriller|12 Jan 2018
6.3Rating: 6.3 / 10 from 127,241 usersMetascore: 56
An insurance salesman/ex-cop is caught up in a life-threatening conspiracy during his daily commute home.

The Commuter adalah kolaborasi keempat antara sineas Jaume Collet-Serra dan aktor gaek Liam Nesson. Sang aktor semakin tua semakin menjadi dalam peran tipikalnya, seperti dalam seri Taken, Non-Stop, serta Unknown. Film ini juga dibintangi aktor-aktris papan atas, yakni Vera Farmiga, Patrick Wilson, serta Sam Neill. Serra yang kita kenal sebagai spesialis thriller, kali ini mencoba mengolah aksi dan ketegangan di atas sebuah kereta komuter.

Michael adalah seorang pekerja kantoran yang bekerja di kota dan tinggal di wilayah pinggiran. Tiap hari selama 10 tahun ia menggunakan kereta komuter untuk pulang-pergi. Suatu ketika dalam perjalanan pulang, seorang wanita misterius menawarinya sebuah misi aneh dengan imbalan yang sangat besar. Michael tergoda tawaran tersebut, tugasnya sederhana, mencari seseorang yang tidak seharusnya berada dalam kereta tersebut. Tanpa ia sadari, Michael terjebak dalam sebuah permainan berbahaya yang tidak hanya mengancam nyawanya tapi juga keluarganya.

Film dibuka dengan menggunakan teknik montage dengan pencapaian estetik yang amat menawan. Montage menggambarkan keseharian di pagi hari Michael bersama keluarganya ketika berangkat kerja, dari hari ke hari, minggu ke minggu, serta bagaimana ia akrab dengan kereta komuter. Hanya dalam satu segmen kecil ini telah menggambarkan kehidupan serta keseharian Michael dan keluarganya. Really nice!  Bagi saya, segmen ini adalah momen terbaik filmnya.

Plot filmnya sendiri, khususnya separuh awal, memang mampu memancing misteri serta ketegangan bagi penonton, senada dengan Non-Stop. Kita tidak tahu, Michael berurusan dengan siapa, dan seberapa besar mereka. Apa yang kita tahu adalah aksi Michael bisa diawasi di atas kereta, seolah mereka memiliki mata dan telinga di sekitarnya. Segala tindak tanduk Michael bahkan bisa mereka antisipasi. Dalam perkembangan, semua menjadi semakin jelas. Penikmat film sejati rasanya tak sulit untuk menebak arah kisahnya. Namun, setelah semua yang terjadi, untuk membuat konspirasi rumit macam ini, jelas sangat tidak masuk akal. Semua serba terlalu kebetulan dan terlalu banyak variabel yang membuat semua bisa berjalan ke arah yang berbeda, namun semua dipaksa ke arah yang sama. It’s ok. Setidaknya film ini sedikit menghibur dengan aksi-aksinya yang menegangkan.

Baca Juga  Australia

Neeson sudah sering berperan tipikal seperti ini, namun anehnya sang aktor memiliki kharisma yang khas ketika ia menjadi seorang ayah yang terjebak dalam situasi luar biasa. Ekspresi was-was, bimbang, dengan wataknya yang keras sekaligus percaya diri mampu ia mainkan dengan sempurna. “Where is my wife!?” dengan ekspresinya yang khas. Akting Neeson seperti biasanya sungguh enak untuk kita nikmati. Walau aksi laga tidak dominan seperti di seri Taken dan ia bukan sosok yang jago berkelahi, namun aksi-aksi laganya di atas kereta cukup untuk memicu adrenalin penonton karena sisi ketegangannya. Waktu pun tidak terasa berjalan begitu cepat.

The Commuter mengandalkan sang aktor dengan peran tipikalnya yang mampu memadukan unsur misteri dan ketegangan walau kisahnya sendiri sulit dinalar. Seperti dalam peran film sebelumnya, Neeson adalah kekuatan terbesar film ini. Ia mampu memainkan karakter biasa menjadi tak biasa dengan pesona dan kharismanya. Entah berlokasi cerita di pesawat terbang, kereta, kapal pesiar, atau entahlah di mana lagi. Saya tak akan pernah keberatan menonton salah satu aktor terbaik yang pernah ada, beraksi menjadi seorang “ayah” jagoan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaBlack Widow Akhirnya Mendapatkan Film Solo.
Artikel BerikutnyaMenyambut Film Rilis Tahun 2018!
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.