Allegiant (2016)

120 min|Action, Adventure, Mystery|18 Mar 2016
5.7Rating: 5.7 / 10 from 129,392 usersMetascore: 33
After the earth-shattering revelations of Insurgent, Tris must escape with Four beyond the wall that encircles Chicago, to finally discover the shocking truth of the world around them.

Setelah sukses dua seri Divergent sebelumnya, kini buku novel ketiganya diadaptasi menjadi dua bagian mengikuti tren final chapter masa kini yang jelas semata hanya untuk tujuan pasar. Walau tak sesukses film fiksi ilmiah remaja sejenis yakni, The Hunger Games namun Divergent memiliki fansnya sendiri. Dua kisah sebelumnya menawarkan premis cerita yang lumayan menarik dengan pesan moral yang tak sulit ditangkap penonton. Sementaranya seri ketiganya ini menawarkan kisah yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya.

Setelah kejadian seri sebelumnya tak ada lagi faksi, semua bebas dan lepas dari aturan, namun mereka tetap dilarang untuk keluar dari wilayah tembok. Rezim baru yang dipimpin Evelyn mengambil tindakan tegas dengan mengeksekusi mati semua orang yang menjadi kaki tangan rezim terdahulu. Tris dan Four yang tidak menyukai situasi ini memutuskan untuk keluar dari tembok seperti apa yang dimaui oleh leluhur mereka. Bersama beberapa rekan mereka, Tris dan Four akhirnya keluar dan mendapatkan sebuah dunia baru yang sama sekali berbeda dari apa yang mereka pikir.

Tidak masuk akal. Ini kesan pertama ketika kisah demi kisah berjalan berujung pada sesuatu yang absurd dan serba membingungkan. Film ini seperti lepas sama sekali dari dua film sebelumnya. Semuanya yang jelas menjadi serba tidak jelas dan pertanyaan besar mengapa orang-orang diluar tembok bersusah payah melakukan ini semua. Sungguh tak masuk akal. Dengan teknologi yang demikian tinggi mestinya mereka mampu memperbaiki kehidupan manusia menjadi lebih baik. Premis menarik dua seri sebelumnya sirna dan berganti menjadi tema standar fiksi ilmiah kebanyakan dimana sekelompok manusia mencoba mengubah peradaban manusia melalui pengorbanan manusia yang lain dan kaum superior harus diutamakan. Tak asing bukan?

Baca Juga  What’s Love Got to Do with It?

The Divergent Series: Allegiant sama sekali tidak menyisakan sambungan plot dari dua seri sebelumnya dan kini kisahnya berubah menjadi absurd meskipun pencapaian visualnya amat memukau dan realistik. Alam mimpi/halusinasi yang menjadi unsur menarik dalam dua seri sebelumnya kini sama sekali tidak dihardirkan. Adegan aksi sama sekali tidak ada yang menonjol dan lebih dari separuh cerita adalah drama yang berjalan amat membosankan. Kisahnya mestinya sudah cukup berakhir di seri kedua, sekuel berikut yang menjadi film penutup sepertinya tak ada lagi yang menarik untuk ditawarkan selain bagi penonton remaja yang mungkin masih menyukai kisah roman standar antara Tris dan Four.

Watch Trailer

PENILAIAN KAMI
Overall
30 %
Artikel SebelumnyaSpielberg dan Harrison Ford Reuni Kembali dalam Indiana Jones 5
Artikel BerikutnyaBatman v Superman: Dawn of Justice
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.