Film aksi kriminal The Girl in the Spider’s Web adalah sekuel dari The Girl with the Dragon Tatto (2011) yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya penulis Swedia, David Lagerrcrantz. Novelnya sendiri merupakan seri keempat dari novel aslinya yang sebelumnya ditulis oleh Stieg Larsson yang meninggal karena sakit jantung. Sekuelnya kali ini, sayangnya tidak mengkasting para pemain lamanya (Daniel Craig dan Rooney Mara), yakni Claire Foy sebagai sang protagonis, lalu didukung beberapa pemain belum ternama, seperti Sverrir Gudnason, LaKeith Stanfeild, Sylvia Hoeks, serta Stephen Merchant. Suntradara kawakan, David Fincher, kini tak lagi menggarap filmnya, digantikan oleh Fede Alvarez. Dengan amunisi baru, baik sineas maupun para pemainnya, apakah sekuelnya ini mampu menandingi seri aslinya yang memang memiliki capaian istimewa?
Selepas kisah film pertamanya, Lisbeth Salander masih memainkan perannya sebagai seorang pembela keadilan yang beraksi di luar hukum, menindak para penjahat berdasi yang sulit dijerat hukum dengan caranya yang unik. Suatu ketika, ia menerima pekerjaan dari seorang programer ternama untuk mencuri file rancangan program miliknya sendiri. Tak disangka, Lisbeth justru terjebak dalam situasi pelik di antara otoritas setempat, satu sindikat kriminal besar, serta otoritas AS (NSA) yang merebutkan satu program rahasia yang mampu mengakses kode nuklir yang ada di seluruh dunia. Tak hanya itu, Lisbeth pun harus mengahadapi trauma masa lalunya kembali.
The Girl with the Dragon Tatto yang digarap sangat apik oleh David Fincher memang terlalu superior jika dibandingkan dengan film ini. Di film sebelumnya, Ronney Mara yang bermain sebagai Lisbeth bermain begitu dingin dan percaya diri, tanpa ekspresi. Sementara Claire Foy, kini pun bermain jauh dari kata buruk melalui tekanan psikologis yang tak pernah muncul di seri pertamanya. Trauma masa lalu yang selalu menghantui Lisbeth sepanjang filmnya, tercermin baik di wajahnya yang kini bimbang akibat tekanan rasa bersalah. Sementara pencapaian terbalik justru muncul dari karakter Mikael Blomkviskt yang diperankan Sverrir Gudnason yang kini tak lagi dominan dan perannya pun seolah tak penting. Daniel Craig, pada seri sebelumnya mampu memberikan chemistry yang begitu “intim” dengan sosok Lisbeth. Chemistry yang sama kini menghilang tanpa bekas. Seolah Lisbeth dan Mikael hanyalah teman lama biasa.
Berbeda dengan film pertamanya yang minim aksi, Spider’s Web sangat menghibur karena unsur aksi ketegangan yang disajikan, nyaris tanpa henti sejak awal. Layaknya film spionase sekelas Bond, aksi-aksinya disajikan amat elegan dengan dukungan tata sinematografi serta ilustrasi musik yang menawan. Latar cerita di Swedia yang dingin dan bersalju tidak lantas mengurasi tensi ketegangan aksinya justru malam memompa adrenalin kita. Aksi spionase kali ini memang lebih dominan, penuh dengan banyak kejutan, serta segmen klimaks yang menegangkan. Walau tak sebanding dengan seri pertamanya dari sisi mana pun, The Girl in the Spider’s Web adalah satu aksi thriller menegangkan yang bakal menghibur fans genrenya.
WATCH TRAILER