The Guys (2017)

115 min|Comedy, Romance|13 Apr 2017
6.3Rating: 6.3 / 10 from 370 usersMetascore: N/A
Alfi (Raditya Dika) is an employee who works in Mr. Jeremy's (Tarzan) company. He falls in love with his boss' daughter named Amira (Pevita Pearce). Helped by his friends in the office, can Alfi date his boss' daughter or lose his…

Alfi adalah seorang karyawan kantoran yang memiliki masalah dengan hubungan percintaan. Jomblo dan susah mendapatkan pacar, itulah yang menjadi kegalauan dari Alfi dalam menjalani hari-harinya. Alfi tidak sendiri. Dia tinggal bersama dengan ketiga sahabatnya yang juga satu kantor dengannya.  Sukun, orang Thailand yang terkendala bahasa, Aryo yang gak pernah pacaran, serta Rene yang selalu punya masalah dengan pacarnya, semua bekerjasama untuk saling mengatasi masalah masing-masing. Kemudian muncul Amira (Pevita Pearce) gadis cantik anak Bos tempat Alfi bekerja yang ditaksir Alfi. Namun kedekatan mereka kemudian terancam, karena ternyata ayah Amira bernama Jeremi (Tarzan) ternyata menaruh hati pada ibu Alfi (Widyawati). Alfi berupaya sekuat tenaga untuk bisa memacari Amira terlebih dulu, sebelum Ibu Alfi dan Ayah Amira semakin dekat.

Poin cerita menjadi masalah dalam film ini. Terlalu banyaknya konflik yang dimasukan menjadikan film ini tidak fokus. Masalah cinta, persahabatan, keluarga, hingga ke tujuan hidup dimunculkan, tapi tanpa pendalaman yang memadai.  Dari awal menjelang akhir film kita diperlihatkan cerita cinta Alfi dengan Amira dan bagaimana Pak Jeremi mencoba mendekati ibu Alfi, okey. tapi kemudian di menit-menit akhir, filmnya muncul konflik kepulangan Sukun ke Thailand yang didramatisir begitu rupa. Lalu ada juga konflik Alfi dan ibunya yang kemudian muncul tanpa ada background story yang memadai. Semua ini akhirnya malah menghasilkan suatu tangga dramatik yang dipaksakan. Entah apa motifnya tapi sepertinya untuk menutupi lemahnya resolusi dari konflik percintaan Alfi dan Amira. Selebihnya konflik yang muncul dari sahabat-sahabat Alfi hanyalah sekedar tempelan semata.

Baca Juga  Critical Eleven

Sisi komedi yang dihadirkan pun juga tidak lagi fresh mudah ditebak dan usang. Semisal jokes tentang tragedi terbakarnya lukisan di acara makan malam di rumah Amira. Come on,  apakah jokes-jokes semacam ini masih bisa memancing tawa kita? Ada juga jokes ketika Rene dan Alfi mengajak pacar dan gebetan Alfi makan di sebuah restoran mewah, yang ternyata harganya kemahalan dan akhirnya mereka pun hanya makan roti gratis yang disajikan. Kita pasti sudah bisa menebak dari film apa jokes ini diambil. Selebihnya juga tidak jauh beda sangat mudah ditebak dan terasa garing. Kehadiran Pevita Pearce dan Pukaii pun juga tidak banyak menolong filmnya.

Raditya Dika selama ini dikenal melalui jokes-jokes nya yang dekat dengan kalangan muda kita. Sosok jomblo yang susah dapat pacar sebenarnya masih menjadi topik yang sering kali jadi bahan kelucuan di kalangan anak muda sampai saat ini. Tapi dari film ini terlihat sang sutradara seperti kehabisan materi segar untuk dijadikan bahan guyonan. Dan tentunya ini menjadi PR tersendiri bagi si sutradara untuk bisa menghasilkan formula yang lebih segar ke depan untuk membuatnya tetap digemari kalangan muda di Indonesia.
WATCH TRAILER

Artikel SebelumnyaFast 8, Puncaki Box-Office Dunia, termasuk Indonesia.
Artikel BerikutnyaStip & Pensil
Febrian Andhika lahir di Nganjuk, 18 Februari 1987. Ia mulai serius mendalam film sejak kuliah di Akademi Film di Yogyakarta. Sejak tahun 2008, ia bergabung bersama Komunitas Film Montase, dan aktif menulis ulasan film untuk Buletin Montase hingga kini montasefilm.com. Ia terlibat dalam semua produksi awal film-film pendek Montase Productions, seperti Grabag, Labirin, 05:55, Superboy, hingga Journey to the Darkness. Superboy (2014) adalah film debut sutradaranya bersama Montase Productions yang meraih naskah dan tata suara terbaik di Ajang Festival Film Indie Yogyakarta 2014, dan menjadi runner up di ajang Festival Video Edukasi 2014. Sejak tahun 2013 bekerja di stasiun TV swasta MNC TV, dan tahun 2015 menjadi editor di stasiun TV Swasta, Metro TV. Di sela kesibukan pekerjaannya, ia menyempatkan untuk menggarap, The Letter (2016), yang merupakan film keduanya bersama Montase Productions. Film ini menjadi finalis dalam ajang Festival Sinema Australia Indonesia 2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses