The Hobbit: An Unexpected Journey (2012)
169 min|Adventure, Fantasy|14 Dec 2012
7.8Rating: 7.8 / 10 from 888,477 usersMetascore: 58
A reluctant Hobbit, Bilbo Baggins, sets out to the Lonely Mountain with a spirited group of dwarves to reclaim their mountain home and the gold within it from the dragon Smaug.

Setelah penampilan gemilang trilogi LOTR (The Lord of the Rings) rasanya tidak ada sesuatu lagi yang bisa disisakan untuk The Hobbit. Trilogi ini adalah bisa dibilang adalah salah satu pencapaian tak ternilai sepanjang sejarah sinema dalam konteks skala produksi, aspek setting, efek visual, kedalaman cerita, serta banyak aspek lainnya. Jackson telah membuat sesuatu mahakarya yang nyaris tak mungkin divisualkan secara live action. The Hobbit: An Unexpected Journey diambil pula dari novel karya Tolkien yang berlatar kisah 60 tahun sebelum peristiwa LOTR. The Hobbit juga direncanakan menjadi sebuah trilogi yang dirilis berurutan dalam tiga tahun. Uniknya, awal filmnya dimulai dengan adegan kecil sesaat sebelum kisah LOTR dimulai, menampilkan karakter Frodo (Elijah Woods). Tokoh utamanya adalah Bilbo Baggins (Freeman) yang diperdaya Gandalf untuk mengikuti rombongan Dwarf pimpinan Thorin untuk merebut kembali kampung halaman mereka yang hilang. Sepanjang perjalanan mereka menemui banyak rintangan dan masalah hingga akhirnya Bilbo secara tak sengaja bertemu dengan Gollum (Serkis) yang memiliki cincin ajaib milik Sauron.

Struktur kisahnya tak berbeda banyak dengan LOTR namun lebih sederhana yang hanya diisi dengan perjalanan dan aksi perang secara repetitif. Berbeda dengan trilogi LOTR yang masing-masing diadaptasi dari tiga novel, satu novel The Hobbit dipecah menjadi tiga film. Hasilnya? Sebuah kisah yang sangat lambat, sangat detil, dan sangat membosankan. Kisahnya berlama-lama dan sama seperti menonton DVD extended version seri LOTR. It’s very frustrating menonton di layar bioskop. Momen-momen menarik hanyalah nuansa “nostalgia” bertemu kembali dengan karakter-karakter LOTR, seperti Gandalf, Saruman, Galadriel, Elrond, Frodo, hingga Gollum. Sangat menyenangkan melihat Gandalf, Saruman, Elrond, Galadriel (empat aktor senior) duduk berdiskusi dalam satu meja, hal yang tak pernah ada dalam LOTR. Namun momen yang paling menarik adalah ketika karakter fenomenal, Gollum, muncul. Adegan bermain teka-teki antara Gollum dan Bilbo adalah satu-satunya scene paling menarik sepanjang film ini. Gollum benar-benar mencuri perhatian.

Baca Juga  Bridge of Spies

Bicara soal 3D, jujur saja, The Hobbit adalah pencapaian terbaik yang pernah saya lihat. Gambar-gambar jauh maupun dekat mampu ditampilkan secara sempurna, dan seolah gambar mencuat dari layar sepanjang filmnya. Pencapaian efek visual (CGI) juga tak perlu lagi diragukan karena ini yang menjadi salah satu andalan filmnya. Jackson menggunakan 48fps (lazimnya 24fps) berakibat pada efek gerakan gambar yang sangat halus namun efek gambarnya menjadi aneh, layaknya gambar format video, dan kita sama sekali tidak seperti menonton film. Entah mungkin jika menonton IMAX 3D gambarnya tidak seperti ini namun dari apa yang saya tonton, gambarnya sungguh sangat tidak nyaman, dan menjauhkan kita untuk bisa larut dalam filmnya.

The Hobbit: An Unexpected Journey adalah semata-mata hanya usaha untuk mengulangi sukses trilogi LOTR yang fenomenal. Kisah filmnya yang dipecah menjadi tiga jelas terlalu panjang untuk adaptasi satu novelnya dan murni strategi marketing untuk menghasilkan banyak keuntungan. Para fans LOTR bisa suka, atau tidak suka dengan The Hobbit, namun faktanya trilogi LOTR masih terlalu superior. It’s really an unexpected journey for me..

PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaDari Redaksi
Artikel BerikutnyaThe Last Stand
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Awal film bener2 mondar-mandir ga fokus, harusnya di-edit lagi nih supaya lebih padat tapi ga kepanjangan bertele-tele..
    hm, kayanya Jackson tergoda sama emasnya Smaug nih smape dibikin 3 fil segala 🙁
    tapi overall ane menikmati banget, who doesn’t love Middle-earth?

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.