The Jungle Book (2016)

106 min|Animation, Adventure, Drama|15 Apr 2016
7.4Rating: 7.4 / 10 from 286,221 usersMetascore: 77
After a threat from the tiger Shere Khan forces him to flee the jungle, a man-cub named Mowgli embarks on a journey of self discovery with the help of panther Bagheera and free-spirited bear Baloo.

Film animasi musikal The Jungle Book (1967) diinspirasi dari buku karya Rudyard Kipling yang sukses besar dan banyak dipuji karena ilustrasi musik dan lagunya. Disney juga pernah membuat remake animasinya di tahun 1994 melalui film live action berjudul sama namun gagal secara komersil sekalipun dipuji banyak pengamat. Dua dekade kemudian dengan teknologi yang jauh lebih mapan, Disney kembali memproduksi ulang film “live action”-nya yang dikombinasi dengan rekayasa digital terkini dan hasilnya sungguh-sungguh luar biasa. Jon Favreu yang juga membesut Iron Man kembali sukses dengan film ini melalui sentuhannya.

Plotnya bisa jadi banyak orang yang sudah tahu. Mowgli, bocah cilik yang diasuh oleh sekelompok serigala, diincar oleh sosok harimau jahat, Shere Khan, karena keberadaannya dianggap bisa mengancam kelak. Dengan ditemani mentornya sang macan panther, Bagheera, Mowgly diantar ke perkampungan manusia. Perjalanan sang bocah mempertemukannya dengan Baloo, sosok beruang madu yang kelak jadi sahabatnya. Mereka bertiga mendapati sebuah petualangan yang seru dan menegangkan.

Inti kisahnya nyaris sama dengan film animasinya hanya berbelok sedikit pada ending-nya dengan tambahan kecil muatan lingkungan. Tidak ada masalah dengan sisi cerita karena memang keunggulan film ini lebih pada pencapaian visualnya. Karakter-karakter binatang mampu dihidupkan dengan begitu nyata dan halus sejak adegan pembuka. Satu contoh sempurna adalah adegan Mowgly bersama sang ular Kaa dan adegan “kolosal” di bangunan kuno milik King Louie. Sentuhan tone setting-nya sepanjang film seolah membawa kita ke alam imajinasi bernuansa mistis yang memadukan sisi cerah dan suram yang sempurna untuk kisahnya. Versi 3D-nya sepertinya adalah tontonan yang maksimal untuk film ini.

Baca Juga  Storks

Bicara kastingnya hanya karakter Mowgly satu-satunya karakter manusia di film ini dan dimainkan begitu manis oleh Neel Sethi. Aktor-aktor senior macam Ben Kingsley, Bill Murray, hingga Christopher Walken mampu dengan sangat baik mengisi suara karakter Bagheera, Baloo, dan sang bos karismatik, King Louie. Scarlett Johansson walau tak dominan mampu tampil menghipnotis sebagai Kaa. Namun adalah Idris Elba yang bermain sempurna dan meyakinkan sebagai sang antagonis, Shere Khan.

The Jungle Book adalah sebuah percobaan yang sukses untuk menghidupkan animasik klasik Disney. Pencapaian visual yang sangat memesona, beberapa nomor lagu dan musik yang manis, serta karakter-karakter kuat yang diisi aktor-aktris senior menjadikan film ini sebuah hiburan ringan yang sempurna untuk segala usia. Film ini memberikan pesan sederhana tentang bagaimana manusia dan binatang bisa hidup harmonis dengan alam. Ending-nya yang berakhir hangat dan manis membuka kisah lanjutan untuk antisipasi sekuelnya. Saya pikir tidak bakal ada satu orang pun yang keberatan dengan ini.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel Sebelumnya10 Cloverfield Lane
Artikel BerikutnyaThe Huntsman: Winter’s War
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.