Ada dua hal yang menarik di film ini. Pertama adalah kembalinya superstar aksi era 80-90-an, Arnold Schwarzenegger. Terakhir kita melihat Schwarzenegger bermain film adalah Terminator 3, satu dekade silam, dan walau pada saat itu ia sudah berumur namun karismanya tetap tampak. Kedua adalah keterlibatan sineas Korea berbakat, Kim Ji-woon yang memproduksi film-film Korea berkualitas macam A Tale of Two Sister, A BitterSweet Life, serta I Saw the Devil. Bahkan sinematografernya pun asal Korea, Kim Ji-Yong. Dengan bujet relatif rendah untuk aktor sekelas Schwarzenegger, Kim Ji-woon mampu meramu sebuah film aksi yang lumayan menghibur.
Plot filmnya sangat sederhana. Seorang tawanan khusus FBI yakni gembong narkotik internasional, Gabriel Cortez berhasil lepas dari kawalan. Cortez dengan ego dan kepercayaan diri nya yang tinggi mengendarai mobil super cepat untuk melewati perbatasan US-Mexico tentunya dengan dukungan anak buahnya. Satu persatu barikade tiap kota lewati tanpa perlawanan berarti hingga ia harus melewati satu kota kecil bernama Sommerton. Sebagai kota perbatasan terakhir, Sheriff Ray Owens (Schwarzenegger) dengan segala keterbatasan mencoba untuk menghentikan Cortez dan anteknya.
Plot film yang sederhana dengan tempo yang sedang memang memaksimalkan aksi dengan tambahan bumbu komedi. Adegan aksinya cukup lumayan khususnya aksi kejar- mengejar di jalan raya plus adegan standar tembak-menembak khas Schwarzenegger dengan senapan mesin besar. Tak ada yang istimewa namun juga tidak buruk-buruk amat. Bumbu komedi justru malah yang membuat filmnya menjadi tidak membosankan. Salah satunya karakter Deputi “Figgy” (Guzman) dengan polah dan celotehannya yang mampu membuat suasana bioskop menjadi penuh gelak tawa.
The Last Stand menjadi pembuktian bagi Schwarzenegger bahwa ia ternyata masih mampu bermain dalam adegan-adegan aksi fisik yang menantang. Walau tak seagresif dulu namun setidaknya film ini cukup mengobati rasa rindu para fans sang superstar. Sementara bagi Kim Ji-woon film ini menjadi ajang pembuktian jika sineas Korea ternyata mampu membuat film aksi menghibur tak kalah dengan sineas Hollywood lainnya. Namun, film ini sendiri masih belum bisa menyamai kualitas film-film lokal garapannya. Bagi Schwarzenegger, The Last Stand bisa menjadi titik awal kembalinya sang aktor untuk ke depan bisa bermain di film-film aksi yang lebih berkualitas.