Movie Poster

Sutradara: Ridley Scott
Produser: Simon Kinberg/Ridley Scott
Penulis Naskah: Drew Goddard
Pemain: Matt Damon/Jessica Chastain/Michael Pena/Kate Mara/Jeff Daniels/Sean Bean
Sinematografi: Dariusz Wolsky
Editing: Pietro Scalia
Ilustrasi Musik: Harry-Gregson William
Studio: Scott Free Productions/Kinberg Genre
Distributor: 21th Century Fox
Durasi: 141 menit
Bujet: US$ 108 juta

The Martian diadaptasi dari novel laris berjudul sama karya Andy Weir. Sang sineas, Ridley Scott sendiri sudah familiar dengan genre fiksi ilmiah dengan karya-karya masterpiece-nya yakni, Alien, Blade Runner, hingga Prometheus. The Martian mengisahkan seorang astronot, Mark Watney yang tertinggal di Planet Mars akibat sebuah insiden dalam sebuah misi dan ia dinyatakan tewas. Tanpa diduga Mark ternyata masih hidup dan ia harus bertahan hidup seorang diri dan menunggu bantuan yang mungkin tak akan tiba. Film fiksi ilmiah dengan kisah sejenis baru lalu kita lihat melalui Gravity dan Interstellar namun The Martian memiliki keunikannya sendiri.

Kisahnya memang tampak sederhana namun karena penonton diperlihatkan dari dua sisi yang berbeda, yakni Mark dan pihak NASA, membuat kisahnya berjalan menarik. Dari sisi Mark sudah jelas, kita diperlihatkan bagaimana ia dengan kecerdasan kemampuan intelektualnya mencoba selama mungkin bertahan hidup dengan memanfaatkan segala kemungkinan dan apa yang ada di sana. Dari pihak NASA, diperlihatkan usaha keras mereka untuk menolong Mark sesegera mungkin dengan segala kepentingan politik, keterbatasan dan modifikasi teknologi, eksplorasi ide, serta lainnya. Kekuatan naskahnya tampak pada sisi intelektual serta dialog yang cerdas, sehingga obrolan teknis pun mudah dipahami penonton awam.

Satu poin lagi yang membuat film berdurasi lebih dari dua jam ini tidak membosankan adalah selera humornya. Seperti Tom Hanks dalam Cast Away, Damon banyak melakukan monolog dan nyaris semua dialognya disisipi humor yang cerdas. Begitu pun di pihak NASA, dialog-dialog serius pun tidak sedikit yang disisipi humor. Sederetan pemain senior dan mumpuni yang bermain di levelnya sangat mendukung naskahnya. Perhatian jelas tertumpu pada Damon yang bermain gemilang sebagai Mark Watney diantara rasa frustasi namun menikmati waktunya dalam menghadapi situasi. Daniels bermain sebagai Teddy Sanders, ketua NASA, juga cukup menarik perhatian dengan ekspresinya dingin namun sebenarnya ia care.

Diluar kekuatan naskah dan akting pemain, satu hal yang menjadi kelemahan film ini adalah kisahnya yang terlalu mudah untuk diantisipasi. Hal ini mengurangi unsur ketegangan dan kejutan nyaris sepanjang filmnya terutama pada sekuen aksi. Kita semua tahu bagaimana ini akan berakhir dan disini proses menjadi amat penting. Kisahnya yang terlampau ringan seperti sudah mengisyaratkan tak bakal ada sesuatu yang buruk terjadi sekalipun hal yang paling buruk terjadi. Nyatanya memang tak ada kejutan cerita sama sekali dan sisi dramatis pada klimaks kurang menggigit. Mungkin bisa jadi masalahnya sudah terlampau banyak film yang menampilkan hal yang sama dan lebih baik dari ini, sebut saja Gravity dan Interstellar.

Setelah meredup di genre epik sejarah, The Martian menjadi bukti Ridley Scott memang tidak pernah gagal di genre fiksi ilmiah. Sekalipun film ini masih dibawah level film-film fiksi ilmiahnya yang lain namun Scott sudah kembali pada jalurnya. Kelebihan film ini utamanya terdapat pada kekuatan naskah yang cerdas dan intelek serta selera humor yang tinggi. Kekuatan tampilan visual serta sederetan pemain top yang bermain mengesankan khususnya Damon tidak cukup mengangkat kisahnya yang ringan dan mudah diantisipasi sehingga mengurangi unsur kejutan dan ketegangan sepanjang filmnya. Kita tunggu saja kejutan dari Scott selanjutnya melalui Prometheus 2.

MOVIE TRAILER

PENILAIAN KAMI
Total
80 %
Artikel SebelumnyaHotel Transylvania 2
Artikel BerikutnyaThe Walk
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.