the monkey king
The Monkey King (2023)
97 min|Animation, Action, Adventure|18 Aug 2023
5.8Rating: 5.8 / 10 from 1,865 usersMetascore: N/A
Inspired by an epic Chinese tale, translated into an action-packed comedy, a Monkey and his magical fighting Stick battle demons, dragons, gods and the greatest adversary of all - Monkey's ego.

Siapa yang tak kenal si kera sakti yang sudah sering kali diadaptasi ke film dan seri televisi? Kini satu lagi versinya dirilis. The Monkey King adalah film animasi arahan Anthony Stacchi yang juga pernah menggarap Open Season (2006) dan The Box Trolls (2014). Film rilisan Netflix ini diisi suara oleh komedian Jimmy O. Yang, Jolie Huang, Bowen Yang, Stephanie Tsu, dan BD Wong. Film berdurasi 96 menit ini diadaptasi lepas dari cerita legendaris tiongkok, Journey to the West. Mampukan film ini membawa tren positif film-film animasi produksi Netflix seperti sebelumnya?

Seekor kera ajaib (Yang) lahir dari sebuah batu di puncak bukit yang menganggu kenyamanan raja kayangan. Ketika sang raja akan menyingkirkannya, Buddha berkata jika kera tersebut kelak memiliki sebuah takdir besar. Sang kera cilik liar pun mencoba untuk membaur dengan kelompoknya, namun justru membawa petaka. Tergoda untuk menjadi dewa dan kehidupan abadi, ia pun berlatih keras untuk membasmi 100 siluman untuk menarik perhatian dunia kayangan. Ia bahkan mencuri tongkat sakti milik raja naga air (Bowen Yang) untuk memuluskan niatnya. Dalam petualangannya, ia juga bertemu dengan seorang gadis cilik desa bernama Lin (Huang). Siapa sangka, sang kera membawa keonaran di dunia manusia dan dewa hingga akhirnya sang Buddha pun turun tangan.

Baca Juga  X-Men Origins: Wolverine

Kisah klasik sang raja kera ini disajikan melalui animasi penuh warna dengan gaya oriental yang kental. Visualisasi setting tiap segmen pun disajikan mengesankan melalui alam ranah dewa yang unik, seperti dunia neraka dan alam kayangan bernuansa awan. Demikian pula para karakternya, contoh saja sosok raja naga yang disajikan dengan detil indah dan memesona. Di luar sisi visual yang mengagumkan, unsur humor turut pun mendominasi, khususnya sosok protagonis utama yang sedetik pun tak bisa diam dengan ragam celotehannya. Gaya dialog komedi khas barat dalam beberapa momen kadang terasa kurang pas dengan tone kisahnya. Namun, ini tentu masalah selera.

Dengan kisah oriental klasik dan visual unik dan penuh warna, The Monkey King memberi penyegaran bagi film-film animasi populer lainnya, walau tidak untuk substansi ceritanya. Kisahnya memang tidaklah buruk, namun rasanya kurang memiliki pesan kuat yang universal jika ingin bersaing dalam festival selevel Oscar. Bentuk kompromi sentuhan barat sedikit mengurangi sisi filosofi cerita yang sebenarnya memiliki nilai luhur tentang keseimbangan alam semesta. Setidaknya untuk tontonan keluarga The Monkey King adalah satu tontonan yang menghibur.

1
2
PENILAIAN KAMI
overall
70 %
Artikel SebelumnyaThe Last Voyage of Demeter
Artikel BerikutnyaYang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.