The Night Eats the World (2018)
93 min|Drama, Horror, Thriller|13 Jul 2018
6.0Rating: 6.0 / 10 from 16,792 usersMetascore: 50
The morning after a party, a young man wakes up to find Paris invaded by zombies.

The Night Eats The World adalah film drama thriller garapan Dominique Rocher yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Pit Agarman. Film ini berjalan nyaris sepanjang filmnya hanya menampilkan satu pemain saja, yakni Anders Danielsen Lie. Film subgenre zombi telah ramai menyerbu pasar dengan beragam cerita dan varian, sekarang apa lagi yang mau ditawarkan The Night Eats the World?

Alkisah seorang musikus bernama Sam, pada suatu malam ingin mengambil barang-barang miliknya yang masih ada di apartemen mantan pacarnya. Pada saat yang bersamaan, sang mantan tengah mengadakan pesta besar hingga Sam dibuat frustasi oleh situasi tersebut. Sam akhirnya memilih untuk menunggu di satu ruangan yang sepi dan ia pun tertidur. Keesokan harinya, ia melihat apartemen telah kacau balau, bercak darah di mana-mana, dan tak ada seorang pun di sana, hingga ia akhirnya menyadari bahwa satu Kota Paris telah terkena wabah “zombi”.

Plot bertahan hidup semacam ini memang bukan hal yang baru lagi untuk subgenrenya. Hanya bedanya kali ini, tokoh utama hanya seorang diri dan hanya terbatas dalam satu lokasi bangunan apartemen di Kota Paris. Kisah asal muasal dari mana wabah berasal tak disinggung sama sekali karena memang bukan ini fokus cerita. Berjalan dengan lambat, kisah filmnya lebih menekankan pada bagaimana Sam bertahan hidup, mencari sumber makanan dari lantai ke lantai, dalam waktu yang cukup lama. Film ini adalah sebuah studi karakter, bagaimana secara kejiwaan dan psikologis seorang manusia dihadapkan dalam situasi ekstrem tersebut. Film ini menyajikan ini semua dengan baik dengan penampilan yang mengesankan dari sang aktor. Sosoknya yang seorang musikus juga secara unik memperlihatkan bagaimana cara Sam menghabiskan waktu senggangnya untuk bermain musik dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Baca Juga  France (Festival Sinema Perancis)

The Night Eats the World memang bukan yang terbaik di subgenrenya, namun pendekatan sisi humanis dan psikologis, serta karakter tokohnya yang unik menjadi kekuatan filmnya. Dengan dukungan setting dan penampilan memukau dari Anders Danielsen Lie, film ini terasa begitu nyata dan amat berbeda dengan film sejenis yang lebih sering menampilkan sisi ketegangan dan aksi yang cepat. Film ini secara manis juga menyelipkan pesan sederhana tentang hidup. Kita harus berani mengambil resiko dan mengambil keputusan untuk menghadapi suatu masalah pelik, maka opsi jalan keluar akan terhampar di hadapan kita dengan sendirinya.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel Sebelumnya11:11 : Apa yang Kau Lihat?
Artikel BerikutnyaAcademy Awards 2019 Winner
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.