Ulasan ini dimungkinkan mengandung spoiler.

Film horor berlatar budaya Yahudi memang tak banyak diangkat medium film. Masih ada dalam ingatan adalah The Vigil (2019), film horor menyeramkan berlatar cerita sama dengan premis menarik. The Offering adalah film horor supernatural arahan Oliver Park yang konon naskahnya didasarkan legenda Yahudi, abizou. Iblis kuno yang mengambil jiwa anak-anak. Film ini dibintangi Nick Blood, Emily Wiseman, Paul Kaye, dan Allan Corduner.

Claire (Wiseman) diajak suaminya, Art (Blood) untuk berkunjung ke tempat tinggal ayahnya, Saul (Corduner) yang juga adalah rumah duka sebagai tempat kerja ayahnya. Ayah dan sang putra memiliki masa lalu yang kurang harmonis, dan kedatangan bersama istrinya yang tengah hamil tidak membuat situasi lebih baik. Di saat bersamaan, Saul menerima mayat korban pembunuhan yang juga rekan baiknya. Tanpa mereka sadari, mayat tersebut rupanya membawa iblis kuno yang mempermainkan kewarasan para penghuni rumah.

Sejak segmen pembuka, film dibuka dengan amat meyakinkan. Melalui tata setting dan sinematografi terukur yang mengagumkan untuk membangun suasana horornya. Belum-belum, penonton sudah dibawa ke sebuah adegan menakutkan yang memberikan premis menjanjikan ke depannya. Rasanya ini salah satu pengadeganan pembuka horor terbaik dalam beberapa tahun belakangan. Saking mapannya, seolah kita menonton film horor produksi studio besar.

Sepanjang film, nuansa horor yang dibawa opening-nya masih konsisten. Interiornya sungguh mengagumkan ditambah tata cahaya low-key, nuansa horor telah terbangun dengan mudahnya. Sang sineas juga bermain-main dengan jump scare seperti horor kebanyakan, namun ilusi yang dikontrol oleh sang iblis sedikit jadi pembeda. Sensasi ilusi “nigthmare” macam ini memang bukan hal baru, namun secara teknis penyajiannya memang berkelas. Sayangnya, kisahnya tidak sebaik pencapaian teknisnya melalui ending yang sudah jamak untuk genrenya. Mengapa segalanya dibuat ribet jika berakhir seperti itu? Sifat alamiah pemangsa memang mungkin suka bermain-main dengan mangsanya terlebih dulu.

Baca Juga  Retribution

Memiliki sisi sinematografi dan tata setting mengagumkan, namun penutup The Offering teramat klise, tidak seperti yang dijanjikan premisnya. Film horor dengan budaya/tradisi asing memang memberikan sensasi yang berbeda. Kita tak tahu, apa dan siapa yang sebenarnya kita hadapi, dan ini yang membuatnya menarik. Teritori yang tak terjamah menjadikan sisi misteri selalu mengusik kita. The Offering adalah sebuah percobaan yang sangat baik, hanya eksekusinya tidak mampu menjawab masalah internal yang dihadapi para tokohnya. Ataukah, memang itu solusinya? Jika kamu keluar dari lingkaran (tradisi), kamu akan menanggung akibatnya? Bisa saja, tapi ini terlalu dangkal.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaLayar
Artikel BerikutnyaThe Glory
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.