The Out-Laws adalah film kriminal komedi arahan Tyler Spindel dan diproduseri oleh komedian Adam Sandler. Film ini dibintangi sederetan bintang-bintang tenar, sebut saja Adam DeVine, Nina Dobrev, Ellen Barkin, Pierce Brosnan, serta Michael Rooker. Film berdurasi 95 menit ini dirilis oleh platform Netflix minggu lalu. Dengan menggunakan gaya komedi khas sang produser, akankah film ini mampu menyajikan sebuah komedi berkelas?

Owen (DeVine) adalah seorang manager bank yang seminggu lagi akan menikahi gadis idamannya, Parker (Dobrev). Di luar dugaan, orang tua Parker, Billy (Brosnan) dan Lilly (Barkin) pun datang setelah bertahun-tahun mengasingkan diri. Di saat bersamaan, Bank tempat Owen bekerja dirampok oleh duo kriminal legendaris, The Ghost Bandit. Owen pun mencurigai bahwa calon mertuanya adalah dua penjahat yang merampok banknya. Dengan bekerja sama dengan seorang agen FBI, Roger (Rooker), Owen pun mencoba mencari barang bukti, namun situasi berkembang menjadi semakin kacau.

Sudah berulang-kali menonton film komedi konyol ala Adam Sandler, namun The Out-Laws melebihi segala ekspektasi. Film ini benar-benar buruk dengan segala unsur komedinya yang mengabaikan nilai-nilai manusiawi serta nalar logika. Puluhan lubang plot tersaji di mana-mana dengan sisi humor berselera rendah. Coba lihat satu fakta cerita ini. Di antara ratusan kota yang ada di AS, Billy dan Lilly (The Ghost Bandit) akhirnya datang ke kota di mana putrinya tinggal. Kebetulan pula seorang gangster yang juga rekan lama mereka (mereka berhutang jutaan dollar) tinggal di sana. Hebatnya, kebetulan lagi calon suami Parker adalah seorang manajer bank yang banknya akan mereka rampok. Ini sangat konyol dan sungguh membuang talenta hebat para pemainnya, khususnya Brosnan dan Barkin. Why on earth, mereka berdua mau main dalam film bernaskah sekonyol ini?

Baca Juga  The Burial

The Out-Laws dengan segala bentuk komedinya merendahkan semua nilai-nilai kemanusiaan dan kewarasan dalam sejarah genrenya. Semua ini hanya untuk sebuah hiburan? Rasanya semua film memiliki kisah lebih bermartabat dari ini. Car-chase di area pemakaman dan melindas semua niasan yang ada di sana? Edan. Bermain-main dengan cara seperti Ini bukanlah sama sekali banyolan yang lucu. The Out-Laws adalah satu contoh langka bagi genrenya yang tak layak jadi tontonan publik.

1
2
3
PENILAIAN KAMI
Artikel SebelumnyaInsidious: The Red Door
Artikel BerikutnyaThe Blackening
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.