Bagaimana jika suatu hari kelak kehamilan adalah hal yang tak wajar, dan siapa pun bisa memiliki seorang bayi melalui janin artifisial. Isu ini yang diangkat The Pod Generation, sebuah drama sci-fi yang digarap oleh Sophie Barthes. Tidak tanggung-tanggung, film ini dibintangi dua nama besar, Emilia Clark dan Chiwetel Ejiofor. Film ini memulai debut rilisnya di Sundance Film Festival awal tahun ini dan kini telah dirilis melalui platform Prime Video. Akankah tema provokatif dan dua bintang besarnya mampu memberi warna baru bagi genrenya?

Rachel (Clarke) dan Alvy (Ejiofor) adalah pasangan muda yang berkarir dan tinggal di Kota New York berlatar masa depan. Suatu ketika, kantor tempat Rachel bekerja menawarkan satu paket tunjangan kehamilan, di mana seorang bayi dibesarkan dalam sebuah janin artifisial (berbentuk seperti telur) hingga lahir kelak. Awalnya, Alvy tidak menyetujui karena hal ini bertentangan dengan alam, namun Rachel yang amat menginginkannya membuatnya tak kuasa menolak. Mereka pun akhirnya memiliki bayi dalam pod, dan ini membawa perubahan amat besar bagi kehidupan keduanya.

Kisahnya ringkas dan tegas, mengusung tema evolusi teknologi, dalam hal ini adalah soal kehamilan. Sulit untuk berkomentar terhadap plotnya yang amat absurd. Isu provokatif semacam ini bukan perkara mudah untuk diangkat. Poin besarnya adalah ke mana sebenarnya arah kisah dan pesannya? Lazimnya isu macam ini berujung pada dilema moral, namun faktanya, plotnya tidak mengarah ke sana. Teknologi ini dideskripsikan seabgai “solusi ultra” bagi perempuan yang menginginkan anak tanpa harus bersusah payah hamil berbulan-bulan dengan segala “penderitaan”-nya. Jika kehamilan artifisial dimaksudkan sebagai sesuatu yang tidak alamiah, lalu mengapa kisahnya tidak memberikan solusi ke arah ini? Apa maksud semua mimpi dan fantasi yang dialami Rachel?

Baca Juga  Drishyam 2

The Pod Generation mencoba mengeksplorasi tema provokatif tanpa sesuatu yang berarti untuk kisah maupun pesannya. Apa sebenarnya yang ingin dicapai naskahnya? Dua bintang besarnya yang bermain apik menjadi terasa mubazir, demikian pula segala pencapaian estetiknya. Perubahan sikap Alvy dalam menyikapi situasi ini sungguh satu hal yang tak terduga dan tak konsisten dengan segala hal “alamiah” yang begitu diagungkannya. Jika memang teknologi sudah tidak lagi terbendung dengan segala inovasinya, lalu mengapa orang seperti Alvy masih eksis? Ini jelas tak masuk akal. The Pod Generation dengan segala percobaan eksplorasi tema dan capaian estetiknya adalah satu hal terburuk yang dicapai medium film, khususnya genrenya.

1
2
PENILAIAN KAMI
overall
20 %
Artikel SebelumnyaLioness
Artikel BerikutnyaThe Nun II
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.