The Possession of Hannah Grace adalah satu film horor garapan sineas pendatang baru Diederik Van Rooijen. Film berbujet US$ 9,5 juta ini dibintangi nama-nama tak familiar, macam Shay Micthell, Grey Damon, serta Kirby Johnson. Kita tahu, film horor supernatural sejenis sudah ratusan jumlahnya, dan semakin tipis kemungkinan untuk bisa menemukan formula baru untuk subgenre ini. Kita lihat, apakah film ini mampu menyajikan hal menjadi berbeda?
Megan adalah seorang mantan polisi yang dibayangi trauma masa lalunya. Suatu ketika, ia menerima pekerjaan sebagai asisten lantai kamar mayat pada jam dini hari (diistilahkan graveyard shift) di sebuah rumah sakit besar di Kota Boston. Ia bekerja mulai malam hingga pagi hari, hanya seorang diri saja di lantai tersebut. Semua tampak normal hingga datang jasad seorang perempuan muda bernama Hannah Grace yang tewas ketika proses pengusiran setan dilakukan terhadapnya. Hal-hal aneh mulai terjadi, dan Megan mulai sulit membedakan antara ilusi dan kenyataan. Plot yang terlalu familiar untuk genrenya bukan?
Sebelum menonton memang tak ada ekspektasi tinggi untuk film ini. Rasanya, ada ratusan film horor memiliki plot “kerasukan setan” macam ini dan yang membedakan hanyalah lokasi dan latar tokohnya, termasuk pula seri Conjuring. Dua tahun lalu juga dirillis film horor yang plotnya nyaris mirip dengan film ini, yakni The Autopsy of Jane Doe. Saya sangat berharap film ini mampu menyajikan sesuatu yang sama sekali berbeda. Usaha sudah dilakukan menggunakan pengalihan sisi psikologis sang tokoh, namun hasil akhirnya sama. Tak ada ketegangan dan kejutan berarti. Pilihan belokan plotnya hanya itu-itu saja dan tone film ini pun lebih terlihat layaknya film alien ketimbang film horor. Sayang sekali, padahal ide dan konsep ceritanya sangat menarik dan rasanya memungkinkan untuk dieksplor berbeda.
Dengan premis menarik, The Possession of Hannah Grace hanyalah satu horor supernatural rutin dengan formula familiar yang tak lagi bisa merasuk ke penonton. Potensi setting terbatas, permainan cahaya, serta para pemain yang tampil baik, tak mampu banyak mengangkat filmnya. Film ini rasanya membuktikan bahwa genre horor supernatural macam ini telah mengalami titik kejenuhan. Mau tak mau, para pembuat film horor harus lebih berani mengambil resiko entah dari kemasan kisah maupun estetiknya. Jika memang mau buat, tak usah tanggung-tanggung. Mungkin kombinasi genre macam Overlord baru lalu, bisa ditiru. Horor supernatural dan alien? Mengapa tidak.
WATCH TRAILER