the time it takes

Langkah yang berani dan tingkat kepercayaan diri yang begitu tinggi ketika seorang sutradara membuat film tentang dirinya. Itu adalah kata-kata dari sutradara film Italia, Luigi, dalam film kepada putrinya. Film biopik yang menceritakan hubungan manis pahit antara si sutradara, Francesca Comencini dan ayahnya, Luigi Comencini, ini berjudul Il Tempo Che Ci Vuole (The Time It Takes)

Film yang masuk official selection Venice International Film Festival 2024 dan berhasil mendapatkan penghargaan Best Actress dan Special Mention Best Soundtrack ini selama 110 menit penonton berhasil membius penonton dengan cerita tentang kedekatan antara sang ayah dan putrinya. Film ini terpilih menjadi pembuka gelaran Festival Film Italia (ITAFF) 2025.

Film dibuka dengan kehidupan sehari-hari Luigi (Fabrizio Gifuni) dan putrinya yang masih kecil (Anna Mangiocavallo). Keduanya sering nampak bersama, baik ketika membaca buku di ruang baca, antar jemput sekolah, hingga beraktivitas bersama di lokasi syuting. Luigi sendiri adalah seorang sutradara.

Suatu ketika ia disibukkan dengan proses syuting film miniseri Pinocchio. Ia pun membawa serta putrinya. Bahkan ia menjadikannya sebagai salah satu extras. Babak kedua kemudian berlangsung ketika putrinya beranjak dewasa. Hubungan keduanya mulai merenggang. Si putri (Romana Maggiora Vergano) mulai terpengaruh gaya hidup bebas dan larut dalam pemberontakannya. Hingga si ayah kemudian memutuskan bertindak agar si putri tidak makin tenggelam.

Menyaksikan film Italia ini membuat senyum juga haru. Hubungan bapak dan anak ini begitu manis dan intim, meski juga diwarnai berbagai kejadian yang pahit dan getir. Film ini mengingatkan pada film Steven Spielberg yang berjudul The Fabelmans. Film tersebut juga sama-sama merupakan biopik si sutradara, yang menggambarkan hubungan si sutradara dengan orangtua dan saudarinya.

Baca Juga  Spirit Doll

Namun berbeda dengan The Fabelmans, The Time It Takes menggunakan tempo yang lambat dan minim dialog. Sebagian adegan terasa sepi, hanya menunjukkan mimik dan gerak-gerik para tokohnya. Namun, cara seperti ini rupanya efektif menunjukkan perubahan tone dan dinamika hubungan antara kedua tokoh utama ini.

Tensi drama yang dinamis ini membuat penonton menikmati film meski temponya relatif lambat dan banyak adegan yang sunyi. Karakter si ayah juga ditampilkan begitu peduli ke putrinya meski agak protektif, sehingga penonton mudah bersimpati kepadanya.

Francesca Comencini rupanya ingin menunjukkan kedekatannya kepada sang ayah yang sama-sama mencintai sinema, dengan menggunakan potongan film Pinocchio yang digarap ayahnya. Ia juga menunjukkan cuplikan adegan-adegan film lawas yang disukai ayahnya. Alhasil ketika menyaksikan film ini penonton juga seperti mendapat wawasan sejarah film Italia.

Dari segi desain set dan artistik, film ini patut dipuji karena berhasil memberikan atmosfer Italia tahun 1970-an. Visual dan grading-nya mengingatkan pada film I’m Still Here. Bagian ketika si putri masih kecil dan asyik bermain di lokasi syuting Pinocchio adalah bagian terbaik dari film ini.

Akting pemeran utama memberikan nyawa kepada film ini. Baik Fabrizio Gifuni maupun Anna Mangiocavallo dan Romana Maggiora Vergano semuanya memberikan performa yang maksimal.   Anna sebagai Francesca kecil mencuri perhatian dengan gerak-geriknya yang manja dan menggemaskan.

The Time It Takes menjadi official selection di International Film Festival Rotterdam 2025 dan Chicago International Film Festival 2024. Film ini akan tayang lagi di ITAFF tanggal 25 April di Istituto Italiano di Cultura Jakarta.

MONTASE FILM menjadi media partner resmi dari ajang ITAFF 2025

PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaDrop | REVIEW
Artikel BerikutnyaThe Accountant 2 | REVIEW
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses