The Visit (2015)

94 min|Horror, Mystery, Thriller|11 Sep 2015
6.2Rating: 6.2 / 10 from 144,395 usersMetascore: 55
Two siblings become increasingly frightened by their grandparents' disturbing behavior while visiting them on vacation.

Setelah Signs (2002) film-film arahan M. Nigth Shyamalan selalu dicaci pengamat namun sang sineas rupanya masih belum kapok untuk mencoba sesuatu yang baru. Horor memang genre favorit sang sineas namun kemasan found footage baru kali ini dicobanya. Melalui The Visit, Shyamalan kembali dalam performa terbaiknya dengan gaya sinematik dan plot kisahnya yang unik.

Alkisah Rebecca dan Tyler akhirnya bisa bertemu dengan kakek dan neneknya, John dan Doris, setelah sepanjang hidup mereka tak pernah bertatap muka. Sang ibu memang bermasalah dengan orang tuanya sejak ia kawin lari dengan gurunya 15 tahun silam. Rebecca menggunakan momen ini untuk mengerjakan tugas sekolahnya, merekam semua momen tentang kunjungan liburan mereka. Awalnya, semua tampak baik-baik saja namun beberapa keanehan mulai terjadi di malam harinya. Sang nenek suka berjalan di saat tidur dengan polah yang sangat aneh sementara sang kakek berperilaku aneh di siang harinya. Rebecca dan Tyler yang penasaran mencoba mengungkap misteri ini yang tanpa mereka sadari bisa mengancam jiwa mereka.

Satu ciri khas film-film Shyamalan dari aspek cerita adalah kejutan-kejutan cerita yang sulit untuk diprediksi. Kali ini sang sineas tidak hanya menampilkan kejutan luar biasa di akhir namun juga mampu menjaga irama ketegangan cerita secara perlahan namun pasti seperti yang ia lakukan dalam karya  masterpiece-nya, The Sixth Sense. Pembatasan ruang cerita yang 90% berada di lingkungan rumah besar di pinggiran desa yang sepi membuat semakin mencekam suasana. Kemasan found footage memberikan batasan cerita secara maksimal, membuat rasa penasaran penonton semakin terusik sepanjang film plus kejutan-kejutan sepanjang cerita hingga klimaks yang menghebohkan. Beberapa elemen cerita memang tak orisinil dan sering kita temui di film horor sejenis namun Shyamalan dengan gaya dan sentuhannya mampu membuatnya menjadi sesuatu yang unik dan segar.

Baca Juga  The Hunger Games

Shyamalan memang kita kenal memiliki keunikan dari sisi sinematografi dengan sudut-sudut kamera yang khas dan aneh. Kemasan found footage memberikan keleluasaan penuh pada sang sineas untuk bereksplorasi pada aspek ini. Adegan menegangkan di areal bawah rumah ketika Tyler dan Rebecca bermain petak umpet adalah satu contoh sempurna bagaimana gaya kamera Shyamalan berpadu sempurna dengan found footage. Permainan off screen dan on screen (masuk dan ke luar frame layar) memang hal jamak dalam film horor sejenis namun Shayamalan mampu memberikan sesuatu yang baru. Kombinasi pemain cilik dan dewasa adalah satu ciri khas sang sineas. Pencapaian menawan para pemain mudanya, Olivia DeJonge dan Tyler Ed Oxenbould, yang mampu bermain amat natural sebagai Rebecca dan Tyler. Sementara Peter McRobbie sebagai kakek dan khususnya Deanna Dunagan sebagai sang nenek, mampu mengintimidasi penonton tanpa perlu sosok seram atau semacamnya.

Melalui The Visit, Shyamalan mampu memadukan secara efektif kemasan found footage dengan gaya kameranya yang khas untuk mendukung cerita yang penuh kejutan. Kombinasi pemain cilik dan tua yang bermain luar biasa menjadikan film ini adalah film terbaik sang sineas setelah Signs. Jika saja The Visit diproduksi setelah Signs mungkin karir Shyamalan bisa berjalan ke arah yang berbeda. Kita tunggu saja karya sang sineas berikutnya, Split yang rilis awal tahun depan.

Watch Video Trailer

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaThe BFG, Film Petualangan Fantasi Karya Steven Spielberg
Artikel BerikutnyaThe Peanuts Movie
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.