Thor: Ragnarok (2017)

130 min|Action, Adventure, Comedy|03 Nov 2017
7.9Rating: 7.9 / 10 from 814,775 usersMetascore: 74
Imprisoned on the planet Sakaar, Thor must race against time to return to Asgard and stop Ragnarök, the destruction of his world, at the hands of the powerful and ruthless villain Hela.

Thor: Ragranok adalah film ke-17 dari Marvel Cinematic Universe (MCU) yang diarahkan oleh sineas asal Selandia Baru, Taika Waititi. Waititi mulai melambung namanya sejak film komedi-horor unik, What We Do in the Shadow (2014). Film seri ke-3 Thor ini kembali dibintangi aktor-aktor reguler di film-film  sebelumnya, yakni Chris Hemsworth, Tom Hiddleston, Idris Elba, Anthony Hopskin, Mark Ruffalo, serta beberapa pendatang baru, yakni Cate Blanchett, Jeff Goldblum, Tessa Thompson, hingga Karl Urban.

Dua tahun setelah peristiwa Ultron, Thor rupanya pergi ke segala penjuru planet untuk mencari Infinity Stone, namun tanpa hasil. Ia mendapat info dari musuh lama Asgard bahwa “kiamat” atau Ragnarok bagi Asgard tidak akan terhindarkan. Ketika kembali ke Asgard, ia mendapati bahwa Odin telah pergi karena ulah Loki. Loki ternyata membawa Odin ke bumi, dan atas bantuan kecil dari Dr. Strange, Thor akhirnya bisa bertemu dengan sang ayah. Odin memberi tahu Thor bahwa putri tertuanya yang jahat, Hela telah kembali dan ingin merebut kembali tahta Asgard. Dalam sebuah pertarungan, Thor terlempar ke planet antah berantah bernama Sakaar. Di sini, ia justru bertemu kawan lamanya, dan mereka harus segera kembali ke Asgard sebelum Hela menghancurkan segalanya.

Dari sinopsis singkat di atas, tampak jika filmnya begitu rumit, namun sesungguhnya sangat jauh dari itu. Jujur saja, film ini bahkan terlalu ringan. Waititi yang memang kita kenal dengan filmnya yang ringan dan penuh humor menerapkan sentuhannya di film ini. Thor: Ragnarok boleh dibilang adalah film dengan sentuhan komedi paling dominan diantara film-film MCU lainnya. Setiap adegan, bahkan hampir dalam semua dialog selalu terdapat unsur banyolan. Entah itu serius atau tidak, entah disengaja atau tidak. Pertanyaannya, apakah ini bagus buat MCU dan film ini? Kevin Feige, sang produser tahu persis ketika ia merekrut Waititi jika pendekatan komedi macam ini yang memang ia pilih untuk film Thor kali ini.  Jawabnya memang tergantung dari perspektif target penontonnya. Dari sisi penonton awam, dijamin mereka bakal terhibur, mungkin lebih dari film-film MCU sebelumnya.

Sebagian unsur humor dalam film ini memang banyak berhubungan dengan film-film MCU sebelumnya. Penonton yang awam MCU bisa jadi masih terhibur, namun fans MCU tentu bisa menikmati film ini lebih baik. Tak ada masalah dengan unsur humor, namun ketika semua aksi, cerita, dan dialog menjadi bahan banyolan, semua menjadi terkesan berlebihan. Bahkan karakter serius macam Hela pun bisa secara tak sengaja mengumbar banyolan. Film menjadi terasa amat ringan dan tidak serius, dan momen dramatik sekuat apapun tak mampu kita rasakan hingga ke hati. Beberapa karakter pendukung yang dulu penting, begitu mudahnya dihilangkan bagai angin lalu. Bahkan sebuah momen dramatik di akhir pun, tidak terasa sama sekali, dan ini pun masih dijadikan obyek banyolan.

Baca Juga  Despicable Me 3

Harus diakui, beberapa selera humornya memang sangat baik, khususnya chemistry antara Thor dan Bruce Banner (Hulk). Amat menyenangkan melihat mereka berdua bisa saling lempar dialog ringan begitu rupa, yang sebelumnya tak pernah kita lihat dalam film-film MCU. Belum lagi, hubungan antara Thor dan Loki dengan segala latar belakang mereka yang bermasalah sejak lama. Semuanya bercampur menjadi satu, menjadi satu rangkaian adegan berselera humor tinggi. Walau memang tak semua humornya berkualitas, banyak diantaranya yang berlebihan atau momennya tidak tepat.

Dari sisi cerita, bagi penonton yang sudah pernah melihat Planet Hulk (Home Video), tampak sekali bahwa plot film animasi ini digunakan sebagian dalam filmnya. Walau jelas berbeda dengan versi animasinya, namun kombinasi ceritanya mampu berpadu sangat pas dengan kontinuitas cerita MCU tanpa terlihat memaksa. Juga menarik sekali kita dapat melihat tokoh superhero MCU lain, yakni Dr. Strange, terlibat dalam kisahnya walau hanya sekilas. Beberapa kejutan kecil juga muncul seperti cameo dari seorang aktor papan atas, serta tentu Stan Lee yang kali ini tampil unik dalam sebuah adegan. Namun, secara umum film ini memang tampak sebagai pengantar menuju Avengers: Infinity War yang rilis tahun depan.

Thor: Ragnarok bisa jadi adalah film MCU yang paling nge-pop, ringan, serta sarat dengan unsur humor, namun unsur ini pula yang menjadi kekuatan sekaligus titik lemah filmnya. Duel antara Thor dan Hulk yang sudah dijual pada trailer-nya sejak beberapa bulan lalu, rasanya bakal menjadi daya tarik utama penonton untuk melihat film ini. Tak jauh beda dengan film-film MCU lainnya, sajian efek visual, ilustrasi musik dan lagu yang energik, aksi-aksi hebat, serta unsur humor yang dominan dijamin bakal menghibur kebanyakan penonton sejak awal hingga akhir. Namun, sayangnya tak terlalu menghibur saya sebagai fans berat MCU.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaJumlah Layar Bioskop Indonesia, Idealkah?
Artikel BerikutnyaTeror Pennywise Berlanjut
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Tapi ada salah satu scene yang menganggu kata aku bang, scene dimana thor dan loki bertemu sama dewa odin. Itu latar belakang tempatnya sangat menganggu lantaran green/blue screen terlalu menonjol, JD gak enak di pandang, ditambah scene ini terlalu banyak di habiskan di sakaar jadi pertarungan nya kurang lama. Pendapat saya aja sih bang

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.