Train to Busan (2016)

118 min|Action, Horror, Thriller|20 Jul 2016
7.6Rating: 7.6 / 10 from 266,131 usersMetascore: 73
While a zombie virus breaks out in South Korea, passengers struggle to survive on the train from Seoul to Busan.

Train to Busan aka Busanhaeng adalah film aksi garapan Yeon Sang-ho yang sukses besar di Korea menembus angka 10 juta penonton dan di-screening pada Cannes Film Festival baru lalu. Film aksi thriller- zombie ini membuktikan pula jika sinema Asia mampu bersaing dengan film-film produksi Hollywood. Bersaing dengan film-film aksi Zombie berkualitas macam Dawn of The Dead dan World War Z, Train to Busan berada sejajar dengan mereka.

Seok-woo adalah seorang ayah yang sibuk dan sudah bercerai dengan istrinya. Putrinya, Su-an di hari ulang tahunnya meminta untuk bertemu dengan ibunya di Busan. Pagi-pagi sekali mereka pergi ke stasiun kereta dan naik kereta ekspres ke Busan. Sementara di luar sana wabah Zombie merebak dan tanpa disadari satu penumpang gelap yang tergigit berhasil masuk ke dalam kereta yang berjalan. Satu demi satu penumpang tertular wabah yang sama, Seok-woo harus berjuang keras menyelamatkan diri dan putrinya.

Film ini mengingatkan sekali pada film aksi thriller bencana, Cassandra Crossing (1976), dan Train to Busan boleh saja dianggap sebagai versi modern dengan segala pencapaian teknisnya yang superior. Film yang alur kisahnya berjalan lambat di awal mendadak berubah drastis pada babak kedua. Aksi menegangkan tanpa henti dimulai ketika seluruh penumpang berlarian menyelamatkan diri dari gerbong ke gerbong. Kisahnya sederhana namun efektif menyajikan ketegangan demi ketegangan yang semakin menjadi dari awal hingga klimaks. Ruang sempit dalam gerbong-gerbong kereta justru membuat unsur ketegangan menjadi lebih intens. Bumbu sisipan drama yang menyentuh serta sisi manusiawi juga disajikan dengan baik melalui tokoh-tokoh utamanya.

Baca Juga  Miss & Mrs. Cops

Train to Busan adalah satu contoh sempurna yang menggambarkan batas tipis antara film Asia, Korea khususnya, dengan film-film aksi sejenis produksi Hollywood dengan mampu menggabungkan aksi thriller, drama, dan penggunaan CGI dengan sangat efektif. Film ini menampilkan serangkaian aksi dengan pencapaian visual yang sama dengan film-film mapan produksi Hollywood. Walau idenya tak lagi orisinil namun tak diragukan bahwa film ini adalah salah satu film Zombie terbaik yang pernah ada serta film Zombie produksi Asia yang terbaik. Tak heran pula dengan kekuatan eksplorasi narasi dan aksinya jika studio-studio Hollywood konon berebut untuk mendapatkan hak cipta untuk dibuat versi baratnya. Kita tunggu saja.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaMechanic: Resurrection
Artikel BerikutnyaDon’t Breathe
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.