twisted metal

Rindu aksi brutal jalanan ala Mad Max? Twisted Metal hadir bagi fans gimnya yang dirilis pertama kali tahun 1995. Gim populer ini beberapa kali dirilis dalam berbagai konsol hingga tahun 2012. Seri adaptasi gim ini dirilis oleh Peacock yang bertotal 10 episode dan berdurasi rata-rata 25 menit. Seri ini dibintangi Anthony Mackie, Stephanie Beatriz, Thomas Haden Church, Will Arnett dan Samoa Joe. Akankah film ini bia bersaing dengan tipikal film aksi brutal jalanan, macam seri Mad Max dan Death Race?

Di masa mendatang, dunia terserang virus komputer yang mengakibatkan situasi kacau-balau dan kehancuran di mana-mana. Angka kriminal naik drastis sehingga otoritas pun membangun tembok besar yang mengelilingi seluruh kota besar di AS. Di luar sana, berlaku hukum rimba dengan munculnya kelompok-kelompok kriminal yang bermodal kendaraan roda 4 yang dipersenjatai amunisi berat. Muncul pula, “milkman”, tukang antar barang dari satu kota ke kota lain. Mereka kerap menjadi sasaran bagi geng kriminal di luar tembok yang mengincar barang yang dibawa.

John Doe (Mackie) adalah seorang milkman tangguh dengan bermodal mobil sedannya yang bersenjata lengkap. Suatu ketika, John mendapat misi berbahaya untuk mengambil sebuah barang yang berada jauh di luar teritorinya, yakni New Chicago. Dengan iming-iming bisa menetap di kota New San Fransisco (dalam tembok), John menyanggupi dengan deadline waktu 10 hari. Dalam petualangannya, John berseteru dengan beragam sosok unik, seperti si badut gila Sweet Tooth (Arneth), agen Stone (Church), sang pendeta pemimpin kelompok The Holy Men, serta seorang penumpang misterius, perempuan berinisial Quiet (Beatriz).

Plot gimnya sendiri simpel. Kita hanya memilih karakter pemain/kendaraan, dan arena. Setelahnya, pemain hanya perlu bertahan hidup dengan membunuh para kontestan lain melalui kendaraan yang dipersenjatai peluru, misil, ranjau, oli, serta amunisi berat lainnya. Pemain terakhir yang mampu bertahan hidup adalah pemenangnya. Kisah serinya jelas berbeda dari gimnya melalui pengembangan karakter dan masalahnya. Lebih tepatnya, plot serinya ini adalah eksposisi (background) bagi seluruh karakter penting dalam cerita.

Baca Juga  The Glory

Pengembangan plotnya memang terasa agak repetitif. Selama perjalanan, John dan Quiet seakan hanya terjebak dari sarang macan ke sarang beruang, demikian terus berulang, dari situasi genting ke situasi genting lainnya. Di sela-selanya, teselip relasi antara John dan Quiet yang saling tarik ulur. Jalinan chemistry keduanya tak buruk sama sekali sekalipun sikap Quiet sulit ditebak ketimbang John. Di antara banyak karakternya, satu yang paling mencuri perhatian adalah sosok si psikopat Sweet Tooth yang memang menjadi ikon gimnya. Sosok badut edan ini terkadang menyebalkan, namun punya potensi melalui karismanya yang unik sebagai tokoh antagonis kuat dalam tipikal subgenrenya.

Lalu bagaimana aksinya? Sejak pembuka, film ini menyajikan aksi-aksi gimnya yang khas walau tidak seintens yang kita harapkan. Sepanjang serinya, justru tak banyak aksi jalanan dengan dominasi sisi komedi dan drama. Penantian panjang berupa aksi klimaks yang menghebohkan tersaji pada episode pungkasnya. Tentu jangan berharap tontonan aksi hingar bingar selevel Mad Max: Fury Road atau Death Race yang dibintangi Jason Statham. Twisted Metal hanya sekadar melepas kerinduan aksi tarung jalanan, tidak lebih.

Walau tak sekaliber film-film terbaik subgenrenya, Twisted Metal bisa disebut cukup “edan” melalui sisi komedi, tokoh-tokohnya, serta aksi-aksi jalanannya. Apakah jutaan penikmat gimnya bakal memicu sukses komersial serinya ini? Tentu masih menjadi pertanyaan besar. Setidaknya, seri ini telah membuka jalan untuk plot ke depannya yang lebih menjanjikan seperti disentil pada episode penutupnya. Sebuah turnamen aksi brutal jalanan yang mengadopsi penuh filosofi gimnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaKetika Berhenti di Sini
Artikel BerikutnyaHidden Strike
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.