UEFA beberapa waktu lalu, merilis film pendek yang merekam kilasan momen pertandingan puncak Liga Champion antara Tottenham Hotspur versus Liverpool pada 1 Juni 2019 lalu di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol. Pertandingan ini sendiri seperti kita tahu dimenangkan Liverpool dengan skor 2-0. Film pendek ini dirilis channel Youtube resmi milik Liverpool pada tanggal 24 Juni lalu. Sayangnya, belum lama ini saya melihat filmnya, dan saya begitu tercengang dengan hasilnya yang sangat indah. Sebagai penikmat film dan sepakbola, saya tidak kuasa untuk tidak memberi komentar tentang film pendek berdurasi hampir 13 menit ini. Sebelum membaca ulasan film ini, ada baiknya menonton filmnya melalui link di bawah.

Film pendek ini tidak mencoba untuk memberi kilasan pertandingan antara Tottenham vs Liverpool yang seperti biasa kita temui dalam kebanyakan situs penyedia video. Ini mengapa, saya tidak segera tertarik melihat film ini karena saya berpikir bakal seperti video cuplikan pertandingan biasa. Ternyata saya salah besar. Film ini memiliki pencapaian estetik yang luar biasa indah dengan segala momen dan atribut olahraga ini melalui perspektif yang unik hingga mampu membuat kita bergidik melihatnya. Seperti tak ada bosannya menonton film ini berulang-ulang.

Mirip struktur tiga babak dalam film fiksi, filmnya juga dibagi dalam 3 babak, yakni segmen pembuka, segmen pertandingan, dan perayaan kemenangan. Masing-masing segmen juga bisa dipecah beberapa segmen kecil, khususnya durasi yang terpanjang pada segmen pertandingan. Masing-masing segmen disajikan berupa montage panjang yang berisikan momen-momen penting dan unik dalam tiap segmennya.

Segmen pembuka, secara sekilas memperlihatkan suasana kota Madrid yang dibuka dengan sangat indah memperlihatkan kota berlatar fajar yang mulai menyingsing. Shot-shot berikutnya disajikan dalam tempo editing sedang melalui komposisi yang sangat terukur dengan sudut-sudut pengambilan gambar yang unik. Konferensi pers yang menampilkan dua manajer tim, Jürgen Klopp dan Mauricio Pochettino secara brilian dipilih momen-momen yang unik dengan narasi komentar keduanya. Klopp dengan selera humornya, sementara Pochettino dengan pidato tentang semangat kebebasan yang berkeyakinan timnya bakal menang.

Komentar keduanya diselingi beberapa shot masing-masing tim mereka yang tengah berlatih di stadion. Shot penutup keduanya, disajikan dengan amat unik melalui komposisinya. Shot Klopp terbuka pada sisi kanan frame-nya sementara Pochettino dalam frame tertutup sangat sempit seolah ia terpojok oleh dinding dan diikuti shot berikutnya yang nyaris sama. Faktanya, kita tahu apa yang bakal terjadi bukan? Ilustrasi musiknya yang disajikan manis serta membangun tempo editingnya sejak awal, menutup segmen ini dengan amat menawan melalui matahari terbenam mirip dengan shot pembuka.

Segmen pertandingan, dibagi dalam empat segmen besar, yakni menjelang pertandingan, babak pertama, masa rehat setelah babak pertama, serta babak kedua.

Segmen menjelang pertandingan dibuka dengan montage manis yang berisikan warga kota yang bersiap menghadapi momen puncak dengan para pendukung masing-masing tim yang mulai memadati kota dan merayap ke stadion. Pendukung kedua tim disajikan berimbang dengan narasi berupa komentar kecil tentang pertandingan yang bakal digelar melalui perbincangan yang direkam langsung. Suasana semakin memanas ketika bus rombongan kedua tim mulai datang ke stadion. Semua shot-nya lagi-lagi disajikan dalam sudut-sudut pengambilan yang tak biasa sepanjang segmen ini. Tim Tottenham masuk dan shot ditahan agak lama menyorot sang bintang, Harry Kane yang sebelumnya lama absen karena cedera dan kini menjadi tumpuan harapan timnya. Sementara tim Liverpool yang disorot adalah sang bintang yang menjadi pembeda klubnya tahun ini, Virgil Van Dyke. Sang bek maestro ini memang mendapat porsi shot terbanyak dalam film ini dibandingkan para pemain lainnya.

Baca Juga  James Bond Idaman Kaum Hawa

Satu hal yang tak biasa pada momen ini adalah perspektif shot para wasitnya yang tengah bersiap di kamar ganti. Suasana semakin bertambah mencekam ketika kedua tim yang ada dalam terowongan, mulai memasuki lapangan pertandingan yang dipotong secara bergantian (cross cutting) dengan gambar-gambar atraksi sebelum pertandingan. Satu shot menarik adalah ketika berkumandang musik tema Champion League, tim Liverpool disajikan dengan latar depan Piala yang di-blur sementara tim Tottenham tidak. Wajah Pochettino sempat beberapa saat digambarkan secara blur sementara Klopp diambil dengan shot yang tajam sepenuhnya.

Segmen pertandingan pun disajikan tidak seperti cuplikan pertandingan lainnya. Sudut pengambilannya pun tak lazim. Bahkan suara dialognya pun tak lazim. Kita dapat mendengar dengan jelas suara pemain dan wasit, seolah kita menonton film fiksi umumnya. Satu pemain berargumen keras pada wasit ketika ia menghadiahi penalti untuk Liverpool, namun tak digubris. Bahkan sudut pengambilan gambar momen penaltinya pun tak lazim. Dengan komposisi yang tegak lurus antara gawang dan bola, serta ketinggian kamera seolah kita dari pinggir lapangan, bola mampu dilesakkan Mo Salah ke ujung gawang Tottenham. Momen-momen penting sepanjang pertandingan, semua diambil dari sudut yang sama seolah kita berada di pinggir lapangan. Gol kedua pun terjadi, prosesnya terjadi begitu cepat, dan tak ada shot ulangan dari beda sudut. Hal yang ingin dicapai adalah momennya bukan proses terjadinya gol. Satu lagi momen unik semasa jeda adalah menampilkan shot para wasitnya dan bukan para pemainnya.

Pertandingan berakhir dan para pemain Liverpool berlarian kegirangan. Air mata kebahagian dan kesedihan tampak dalam kedua tim dan pendukungnya. Semua shot-nya lagi-lagi disajikan dengan unik dengan komposisi terukur. Kita tak pernah melihat sudut pengambilan gambar seperti ini dalam video cuplikan lainnya. Momen ketika Jordan Henderson sang kapten Liverpool mengangkat trofi, diambil berlatar depan para jurnalis yang tengah mengabadikan momen tersebut. Para pemain Liverpool, bak terbang ke langit dan beberapa shot secara menyentuh menampilkan sisi humanis para pemainnya yang juga seorang manusia biasa yang ingin berbagi kebahagiaan dengan orang yang dicintai. Oxlade-Chamberlain yang cedera sepanjang musim, menenteng piala dengan tenangnya ke dalam ruang ganti. Mo Salah tertawa riang sembari duduk di tangga dengan handphone di tangannya. Sementara sang kiper yang menjadi bintang malam ini, Allison Becker, tengah melakukan video call memamerkan medalinya dengan latar stadion yang kosong penonton, sekaligus menutup filmnya dengan sangat manis dan menyentuh.

Film pendek yang dikemas indah ini layaknya judul lagu yel-yel untuk pendukung Liverpool, “Poetry in motion.. tra la la la la la…”. What a film!

Artikel SebelumnyaSpider-Man: Far from Home
Artikel BerikutnyaCrawl
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses