Tulisan atau artikel ulasan tentang daftar film terbaik dan terlaris sudah umum kita temui. Namun, apa pernah kamu temui sebuah artikel yang mengulas ulasan filmnya? Rasanya jarang sekali kan. Tidak seperti biasanya, kini kami mencoba mengulas film-film yang telah kami ulas sebelumnya, khususnya ulasan kolom film Indonesia yang terpopuler, atau dengan kata lain, artikel ulasan yang paling banyak dibaca di website tercinta kami ini, montasefilm.com.

     Setelah melakukan riset satu persatu artikel ulasan film kami, terdapat beberapa artikel yang memang sangat menonjol jumlah pembacanya dibandingkan artikel ulasan lainnya. Tentu banyak faktor yang memengaruhi hal ini, seperti booming tidaknya film tersebut, kapan ulasan tersebut ditulis, bagus tidaknya film tersebut, siapa penulis dan kualitas artikelnya, populer tidaknya website kami, popularitas pencarian kata kunci di google, dan tentu banyak lagi lainnya. Namun, terlepas dari faktor-faktor tersebut, uniknya, film-film ini memiliki kesamaan genre, yakni ada unsur roman dan komedi. Tak ada film horor, padahal kita tahu genre ini tengah panas-panasnya. Satu kesamaan lagi adalah semua film-film ini sukses meraih di atas 1 juta penonton.

     Ulasan-ulasan film lokal terpilih ini nyaris semuanya dikunjungi lebih dari 4000 orang. Tercatat hanya satu artikel ulasan saja yang pembacanya sedikit di bawah angka tersebut. Entah mengapa, ulasan-ulasan ini seperti tidak ada matinya, dan terus dibaca orang. Ini terbukti hingga kini, angka rata-rata hingga 10-30 kunjungan per harinya, dan lama kunjungan ke tiap halaman ini berkisar 2 – 3 menit. Angka ini tentu tidak bisa kita pegang begitu saja tapi setidaknya ada indikasi jika artikel ini dibaca secara utuh. Angka sebesar 4000 kunjungan sangat besar bagi website kami yang hingga kini mencapai hanya 600 – 900 visitor unik per hari saja. Untuk kunjungan halaman pun hanya berkisar 800 – 1200 halaman per hari. Tak besar, tapi juga bukan angka yang kecil. Jujur saja, selama ini kami tidak pernah memikirkan soal angka-angka ini. Menonton film adalah sudah menjadi passion kami. Terlebih, menulis sesuatu yang menjadi passion hidup kami adalah satu privilege yang sangat luar biasa.

     Satu persatu akan kami rinci ulasan-ulasan film Indonesia yang paling banyak diminati pembaca. Secara lengkap akan kami berikan data nama penulis, kapan artikel ini dirilis, sinopsis, serta kesimpulan dari ulasan filmnya. Kamu bisa klik judul film bersangkutan untuk masuk ke halaman artikelnya.

Susah Sinyal

     Bercerita tentang hubungan Ellen (Adinia Wirasti) seorang single mom dengan putri remajanya, Kiara (Aurora Ribero). Ellen yang amat sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengacara menjadikan Kiara tumbuh dan dekat bersama sang Oma (Niniek L. Karim). Tak disangka, sang Oma meninggal. Kiara merasa kesepian dan begitu kehilangan. Ellen mencoba mengantikan posisi Oma, namun tak semudah yang ia bayangkan, karena hubungan mereka sudah terlanjur berjarak. Sampai akhirnya, Ellen pun mengajak Kiara berlibur untuk mendapatkan quality time bersama putrinya

     Ulasan film ini ditulis oleh Agustinus Dwi Nugroho pada tanggal 28 Desember 2017. Penulis memberi kesimpulan terhadap film ini “Melalui Susah Sinyal, sang sineas mampu mengolah cerita dengan pendekatan family story yang apik dan menyentuh dengan balutan unsur komedi yang kuat”. Halaman artikel ini menduduki peringkat teratas yang paling sering dikunjungi pembaca. Hingga artikel ini ditulis jumlahnya mulai mendekati angka 5000 kunjungan. Film drama komedi ini pun, faktanya sukses komersial dan rasanya menjadi faktor kunci mengapa ulasan ini juga banyak dicari. Rata-rata lama kunjungan adalah 1 menit 52 detik yang menandakan bahwa artikel ini kemungkinan besar dibaca secara utuh. Tak ada bintang muda populer yang menonjol di sini, sang sineas Ernest Prakasa porsi munculnya pun tak banyak. Kualitas filmnya yang memang sangat baik menjadikan film ini banyak ditonton orang, dan kemungkinan itu pula mengapa ulasannya selalu dicari. Pencapaian kualitas film macam Susah Sinyal boleh terbilang langka.

#Teman tapi Menikah

     Mengisahkan perjalanan cinta dua sahabat yang memerlukan waktu 12 tahun untuk akhirnya menjadi pasangan. Sejak kecil, Ditto (Adipati Dolken) sangat mengidolakan Ayu (Vanesa Prescilla) dan selalu takjub melihat aktingnya di layar kaca. Beruntung ketika SMP, Ditto berkesempatan duduk sebangku dengan gadis pujaannya. Mereka pun bersahabat akrab. Tetapi, Ayu selalu menganggap Ditto sebagai sahabat. Hingga akhirnya, Ditto pun perlu berjuang keras menyimpan perasaannya sendiri.

     Ulasan film ini ditulis oleh Debby Dwi Elsha pada tanggal 30 Maret 2018. Adapun kesimpulan dari penulis adalah “Teman Tapi Menikah membuktikan bahwa film romantis karya anak negeri mampu bersaing dengan film luar. Setiap aspek digarap mapan, dan kisah cintanya mampu direpresentasikan dengan sangat baik oleh para pemain yang mengagumkan”. Hingga artikel ini ditulis, artikel ini telah mendapat sekitar 4500 kunjungan dengan rata-rata lama tiap kunjungan 2 menit 5 detik. Dari angka ini membuktikan bahwa artikel ini dibaca secara utuh oleh sebagian besar pengunjung. Kualitas filmnya yang memang baik serta popularitas novelnya, tentu adalah faktor utama yang membuat film ini ditonton lebih dari satu juta orang. Penonton atau calon penonton bisa jadi banyak mencari ulasan tentang film ini karena faktor di atas.

Baca Juga  Box Office 2019: Dominasi Disney

Kisah Cinta untuk Starla

     Bercerita tentang dua orang remaja yang saling jatuh cinta, Hema dan Starla. Hema (Jefri Nichol) adalah seorang pemuda yang hidup bebas dan memiliki hobi membuat mural. Sementara Starla (Caitlin Halderman) adalah seorang remaja putri yang memiliki sebuah cafe. Tanpa sengaja, Hema bertemu Starla di cafe karena ia dikejar polisi. Perkenalan menjadikan hubungan mereka semakin dekat. Starla pun tertarik dengan kepribadian Hema yang unik. Namun, hubungan mereka terusik karena sesuatu yang tak mereka duga sebelumnya.

     Ulasan film ini ditulis oleh Agustinus Dwi Nugroho pada tanggal 12 Januari 2018. Penulis memberi kesimpulan, “Surat Cinta untuk Starla: The Movie dibangun oleh lagu temanya yang mampu membangun mood dan chemistry, terlepas dari penceritaannya yang tanggung”. Artikel ini kini telah dikunjungi sedikit di atas angka 4000 kunjungan dengan lama rata-rata kunjungan 1 menit 54 detik. Angka rata-rata lama kunjungan sebesar ini pun menunjukkan bahwa artikel ini tentunya dibaca secara utuh oleh sebagian besar pengunjung. Tak dipungkiri, bahwa popularitas film ini berada di bawah bayang-bayang popularitas lagunya, dan memang kualitas film ini pun dinilai penulis tidak terlalu baik. Namun, angka sebesar ini menandakan pula bahwa sebagian orang, ingin mengetahui komentar tentang filmnya.

I Love You from 38.000 feet

     Aletta adalah seorang gadis manis dan periang keturunan ningrat. Karena jomblo maka sang nenek menginginkan sang cucu tetap menjaga tradisi keluarga dengan berencana untuk menjodohkan Aletta dengan Dhito. Aletta tidak menyukai rencana ini. Ia tidak tertarik pada Dhito dan memutuskan untuk berlibur ke Bali. Pada saat inilah, ia bertemu dengan Arga dan berusaha menarik hati pemuda tersebut. Meskipun pada awalnya Arga tampak dingin, namun akhirnya mereka menikmati momen bahagia bersama. Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena suatu hal terjadi.

     Ulasan film ini ditulis oleh Debby Dwi Elsha pada tanggal 25 Juli 2016. Penulis memberi konsensus filmnya, “Formula yang ditawarkan I Love You 38.000 Feet hanya seputar romantisme dan wisata alam tanpa diimbangi dengan kualitas teknik sinematik yang dapat memaksimalkan potensi filmnya”. Ulasan film yang telah dikunjungi mendekati angka 4000 kunjungan ini adalah ulasan yang paling lama waktu rilisnya, yakni sekitar 2 tahun. Tentu wajar jika angka kunjungannya sebesar ini, namun tetap angka ini adalah kunjungan yang sangat besar untuk ulasan filmnya. Film ini sendiri juga sukses komersial ditonton lebih dari 1 juta orang dengan kisahnya yang diinspirasi dari kejadian nyata yang lalu diadaptasi menjadi novel. Hal yang sangat mengejutkan adalah rata-rata lama kunjungan artikel ini adalah 3 menit 22 detik yang menjelaskan bahwa artikel ini besar kemungkinan dibaca utuh oleh 99% pengunjungnya. Durasi baca yang demikian lama bisa jadi pengunjung benar-benar ingin mengetahui opini orang lain tentang film roman ini.

     Demikian, ulasan film-film Indonesia yang paling banyak dikunjungi di website kami. Tentu, tak semua ulasan bisa kami ulas karena jumlahnya sangat banyak. Ulasan film macam A: Aku, Benci dan Cita, Dilan 1990, Danur 2: Maddah, Ruqyah: The Exorcism, Yowis Ben, Flight 05:55, Jelita Sejuba, Alas Pati, serta belasan artikel lainnya juga memiliki jumlah kunjungan yang besar.

     Dari lama durasi waktu kunjungan, tampak jelas bahwa sebagian besar pengunjung memang memiliki kesadaran untuk membaca ulasannya. Hal ini tentu merupakan hal yang baik untuk penonton film kita. Ulasan atau review film akan selalu dibutuhkan untuk menyeimbangkan industri film. Penonton perlu tahu, mana film yang bagus dan mana yang tidak. Pembuat film tentu juga harus sadar akan hal ini dan bisa menjadikan komentar-komentar ini, baik buruk atau bagus, menjadi masukan yang positif untuk berkarya lebih baik ke depannya. Tentu sebagai pengamat dan kritikus film, kami pun akan terus meningkatkan kualitas tulisan kami. Semoga film Indonesia semakin berkualitas ke depannya!

Artikel SebelumnyaSam Mendes dan Spielberg Garap Film Perang Dunia I
Artikel BerikutnyaSolo Flop, Proyek Spin-off Star Wars Ditunda
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.