Ernest Prakasa kembali memproduksi film bergenre komedi roman berjudul Imperpect: Karier, Cinta, dan Timbangan. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama. Sebelumnya sang sineas kita kenal telah memproduksi film-film drama komedi yang laris di pasaran, seperti Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017), dan Milly & Mamet: Ini bukan Cinta dan Rangga (2018). Tak heran jika film-filmnya selalu dinanti oleh penonton. Ketika saya menonton pun, semua bangku di ruang bioakop pun penuh. Dalam beberapa hari saja, film ini mampu meraih hampir 500.000 penonton. Kali ini sang sineas menggandeng aktor dan aktris, yakni Reza Rahardian, Jessica Mila, Dion Wiyoko, dan Boy William.

Film ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Rara (Jessica Mila). Ia sering diejek dan mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan karena memiliki tubuh yang gemuk. Sang mama dan adiknya berbanding terbalik dengan Rara yang sangat memperhatikan penampilan. Rara pun tetap cuek, walau harus mendengar omelan sang mama. Sang Pacar Dika (Reza Rahardian) selalu menerima Rara apa adanya dan selalu memotivasi kekasihnya. Tak berhenti di situ, Rara ternyata bekerja di sebuah perusahaan kecantikan. Hal ini membuat ia juga mendapat banyak tekanan dari rekan kerja dan atasannya. Bagaimanakah perjuangan Rara selanjutnya?

Ernest selalu membawa film yang ia produksi ke dalam kisah dan persoalan keluarga. Dalam film Cek Toko sebelah dan Susah Sinyal, bercerita tentang hubungan orang tua dan anak. Begitu pula Milly & Mamet: Ini bukan Cinta dan Rangga, yang dipadukan dengan persoalan pasangan suami dan istri. Kali ini, dalam Imperpect: Karier, Cinta dan Timbangan tak hanya persoalan keluarga saja, namun persoalan personal sang tokoh yang menjadi konflik utama. Penampilan fisik selalu menjadi masalah tersendiri, terlebih berhadapan dengan lingkungan terdekat. Konflik ini yang dibangun sepanjang plotnya. Konflik personal berbalut konflik keluarga dan romansa ini dikemas menjadi satu dan disajikan dengan manis, ringan dan menghibur, sehingga pesannya tersampaikan dengan baik dan bernilai.

Baca Juga  Sunya

Seperti film-film sebelumnya, karakter khas komedi tak lepas dari sentuhan sang sineas, yakni formula stand up comedian yang dimunculkan dalam beberapa adegan, seperti bumbu komedi para perempuan yang kost di rumah Dika. Sang sineas juga beberapa kali menggunakan montage untuk mendukung dan menjaga alur filmnya. Plot filmnya memang menarik untuk diikuti tanpa membuat penonton merasa bosan.

Secara teknis film ini jelas terbilang mapan. Akting para pemainnya sangat mendukung adegan-adegan filmnya. Konon Jessica Mila harus menaikkan berat badan untuk bermain secara total di film ini. Reza Rahadian kali ini menunjukkan aktingnya sebagai pemuda sederhana, berbeda dari akting-akting sebelumnya yang selalu berperan menjadi sosok kelas atas. Seperti film sang sineas lainnya, Imperfect menggunakan musik dan lagu yang pas dan menyentuh untuk membangun mood adegannya. Sekali lagi, Ernest menunjukkan talentanya dengan mampu konsisten memproduksi film yang mampu menyampaikan pesan serta nilai yang seserhana melalui balutan komedi ringan.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaLokakarya Kritik Film Dokumenter di FFD 2019
Artikel BerikutnyaSpies in Disguise
Agustinus Dwi Nugroho lahir di Temanggung pada 27 Agustus 1990. Ia menempuh pendidikan Program Studi Film sejak tahun 2008 di sebuah akademi komunikasi di Yogyakarta. Di sinilah, ia mulai mengenal lebih dalam soal film, baik dari sisi kajian maupun produksi. Semasa kuliah aktif dalam produksi film pendek baik dokumenter maupun fiksi. Ia juga lulus dengan predikat cum laude serta menjadi lulusan terbaik. Ia mulai masuk Komunitas Film Montase pada tahun 2008, yang kala itu masih fokus pada bidang apresiasi film melalui Buletin Montase, yang saat ini telah berganti menjadi website montasefilm.com. Sejak saat itu, ia mulai aktif menulis ulasan dan artikel film hingga kini. Setelah lulus, ia melanjutkan program sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Penelitian tugas akhirnya mengambil tema tentang Sinema Neorealisme dan membandingkan film produksi lokal yang bertema sejenis. Tahun 2017, Ia menyelesaikan studi magisternya di Program Pascasarjana Jurusan Pengkajian Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan minat utama film. Penelitian tesisnya terkait dengan kajian narasi dan plot sebuah film. Saat ini, ia tercatat sebagai salah satu staf pengajar di Program Studi Film dan Televisi, ISI Yogyakarta mengampu mata kuliah teori, sejarah, serta kajian film. Ia juga aktif memberikan pelatihan, kuliah umum, seminar di beberapa kampus, serta menjadi pemakalah dalam konferensi Internasional. Biodata lengkap bisa dilihat dalam situs montase.org. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Miftachul Arifin.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.