Rasuk 2 adalah film horor sekuel dari Rasuk yang juga merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya novelis horor, Risa Sarasvati. Film ini disutradarai Rizal Mantovani yang sebelumnya juga telah beberapa kali menyutradarai film-film horor yang sukses, seperti Jelangkung (2001), Kuntilanak (2006), Kuntilanak 2 (2007), Kuntilanak 3 (2008) dan Air Terjun Pengantin (2009). Berbeda dengan Rasuk (2018) yang menggunakan Shandy Aulia sebagai tokoh utama, sekuelnya dibintangi Nikita Willy. Pemeran lainnya, seperti Achmad Megantara, Asri Welas, serta Raquel Katie Larkin. Rasuk 2 merupakan hasil kerja sama rumah produksi Dee Company dengan MD Pictures yang dirilis pada 2 Januari 2020.
Menceritakan tentang Isabella (Nikita Willy), seorang mahasiswi kedokteran yang memiliki indera keenam dan kini tengah menjalani masa koas dalam studinya. Isabella berusaha keras untuk mencoba berpaling dari kemampuan metafisiknya dan ingin hidup normal karena sangat mengganggu studi dan kehidupan sosialnya. Dalam usahanya, ia menjalin kedekatan dengan pria bernama Raja (Achmad Megantara). Raja rupanya mampu memahami kemampuan Isabella untuk melihat hal-hal mistis selain kakak Isabella, Fransisca Inggrid (Raquel Katie Larkin). Suatu hari ketika Isabella tengah menjalani otopsi, ia bertemu dengan mayat perempuan tanpa identitas yang dengan berbagai cara meminta tolong kepadanya untuk menguak misteri tentang kematiannya.
Sebagai sekuel dari Rasuk, Rasuk 2 sama sekali berbeda dengan film-film seri yang ada sebelumnya. Perbedaan tak hanya terbatas pada pemeran utama ataupun sutradara yang menggarapnya, akan tetapi juga tentang banyak aspek yang terdapat di dalamnya. Sebagai contohnya, background story dari tokoh utama dalam film. Keduanya memiliki perbedaan signifikan dan sama sekali tak berkesinambungan cerita, dan ini memengaruhi jalan cerita yang ada dalam film. Selain itu adalah motif yang dimiliki oleh arwah dalam film. Sosok arwah yang terdapat dalam dua film ini sama-sama merasuki tubuh manusia tapi motifnya sangatlah berbeda. Jika hantu dalam Rasuk merasuki manusia dengan tujuan mencari raga untuk ditempati sementara dalam sekuelnya bertujuan untuk menyampaikan pesan dan meminta bantuan pada orang yang dirasukinya.
Dari segi narasi, tak banyak pengembangan dari sebelumnya. Alur yang terdapat dalam film ini, kurang lebih sama dengan Rasuk yang terlalu cepat dan tergesa-gesa eksekusinya. Background dari personality karakter juga tidak digambarkan secara jelas dan tanpa dasar. Di samping itu, interaksi antartokoh terbilang begitu lemah. Bisa jadi ini akibat dari akting para pemain yang canggung dan kaku, dan karena dialog-dialog yang ada kurang mampu untuk membentuk chemistry antara tokoh. Fungsi dari kehadiran beberapa tokoh juga dirasa tak terlalu penting dan tak berpengaruh apa-apa pada jalannya cerita. Contoh saja, tokoh Mbak Aci yang diperankan Asri Welas. Alih-alih menyegarkan suasana, kehadirannya justru mengganggu karena jokes-jokes yang dibawanya begitu tanggung dan tidak cukup kuat untuk menyegarkan suasana. Selain dari karakter yang tidak perlu, terdapat pula beberapa scene yang rasanya tidak terlalu penting dan bahkan terkesan mengganggu. Unsur-unsur horor yang terdapat dalam film juga tak banyak menunjukkan improvement. Formula yang digunakan dalam menakuti penonton selalu sama dengan mengandalkan jumpscare yang hanya mengangetkan bukan menakutkan.
Namun, terdapat beberapa peningkatan yang cukup signifikan dari unsur sinematiknya. Color grading yang baik, komposisi gambar yang rapi, serta juga penataan artistik yang diperhitungkan, berhasil dalam menghasilkan visual yang berkualitas. Unsur audio juga jauh lebih baik dibandingkan dengan film sebelumnya. Unsur suara cukup membantu dalam menaikkan tensi ketika jumpscare berlangsung, meskipun efeknya bagi penonton hanyalah rasa kaget belaka.
Secara keseluruhan, Rasuk 2 berhasil menunjukkan improvement dari segi visual, artistik, juga suara akan tetapi hal tersebut menjadi kurang begitu istimewa dikarenakan unsur cerita yang terlalu lemah. Sebagai film horor, Rasuk 2, kurang mampu untuk memenuhi keinginan penonton mendapatkan rasa takut yang diharapkan dalam genrenya.
Kevin Sulistyo dan Afrizal Kurniawan
Mahasiswa Magang