Si Manis Jembatan Ancol (2019) adalah film horor yang disutradarai oleh Anggy Umbara dan dibintangi oleh Indah Permatasari, Randy Pangalila, Arifin Putra, serta Ozy Syahputra. Anggy sebelumnya juga telah menyutradai beberapa film horor lain yang sukses secara komersial, seperti Suzzanna : Bernafas Dalam Kubur (2018) dan Satu Suro (2019). Si Manis Jembatan Ancol mengangkat urban legend yang dikenal luas oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Konon, seorang perempuan muda dibunuh secara sadis lalu tubuhnya dibuang dari Jembatan Ancol hingga akhirnya ia bangkit kembali demi menuntut balas orang-orang yang telah membunuhnya. Mitos ini disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi, dan terkenal sebagai kisah Si Manis Jembatan Ancol.

Si Manis Jembatan Ancol bercerita tentang seorang perempuan bernama Maryam (Indah Permatasari) yang tengah dirundung kesedihan akibat perlakuan dingin sang suami, Roy (Arifin Putra) terhadapnya. Di tengah keterpurukannya, Maryam bertemu dengan seorang pelukis bernama Yudha (Randy Pangalila). Kehadiran Yudha mampu membuat Maryam terlihat lebih tenang dan nyaman hingga akhirnya sang perempuan lebih sering terlihat menghabiskan waktu bersama Yudha. Roy yang tengah ditimpa banyak masalah pekerjaan akhirnya mengetahui tentang kedekatan Maryam dan Yudha. Kondisi pikiran yang sedang kacau ditambah rasa cemburu yang memuncak, akhirnya Roy melakukan hal yang semestinya tidak dia lakukan.

Kisah ini sebenarnya sudah diadaptasi beberapa kali dari masa ke masa. Pada tahun 1973 juga pernah pula dibuat filmnya, kemudian diproduksi kembali dalam bentuk serial televisi pada tahun 1993. Meski judul yang digunakan sama, tapi terdapat beberapa perbedaan. Seri televisi yang diproduksi tahun 1993 lebih didominasi oleh unsur komedi sedangkan Si Manis Jembatan Ancol (2019) lebih fokus bercerita tentang urban legend yang diangkat dengan mengedepankan unsur horor. Meskipun dalam film remake barunya ini, unsur komedi masih tetap ada, akan tetapi porsinya lebih sedikit. Perbedaan lain adalah latar waktu dan perspektif penceritaan. Serial televisi tahun 1993 menceritakan sepak terjang Maryam dan Karina setelah menjadi hantu sementara remake-nya lebih menceritakan latar belakang cerita dari sosok sang perempuan.

Baca Juga  Arini by Love.Inc

Entah kebetulan atau tidak, plot film ini mirip dengan Suzzanna : Bernafas Dalam Kubur (2018) yang juga disutradarai oleh Anggy bersama dengan rekannya, Rocky Soraya. Keduanya sama-sama bercerita tentang seorang perempuan yang dianiaya oleh beberapa orang laki-laki kemudian sang perempuan pun bangkit untuk menuntut balas. Namun, tidak seperti Suzzanna, tensi ketegangan yang ada dalam filmnya terlalu lemah. Penggunaan plot yang monoton dan tidak maksimal membuat suasana yang terbangun dalam film ini terasa datar dan tidak cukup kuat untuk menaikkan tensi. Logika cerita yang ada dalam filmnya juga banyak yang rancu dan tak rasional. Penempatan jumpscare pun sudah sangat yang umum dan mudah terprediksi.

Jika dilihat dari sisi teknis, film ini terbilang sudah cukup baik. Hal tersebut bisa terilihat dari pengambilan gambar, akting dan pendalaman karakter dari para pemain, lalu tata cahaya serta artistiknya. Satu elemen penting yang terasa kurang maksimal adalah tata suara. Pada umumnya, film horor akan mengandalkan unsur suara yang kuat dan mengejutkan, akan tetapi kurang maksimal. Tidak adanya hentakan atau kejutan yang cukup kuat di setiap jumpscare, membuat banyak trik horornya tidak terlalu mengejutkan.

Secara keseluruhan, Si Manis Jembatan Ancol berhasil dalam menghidupkan kembali mitos ini dengan cara bertutur serta perpektif penceritaan yang berbeda. Film ini telah berusaha untuk memodifikasi dan menghadirkan beberapa inovasi cerita meskipun hal tersebut bukannya membuat cerita menjadi lebih baik, akan tetapi memperburuk. Hal ini terjadi karena logika dan rasionalitas cerita yang sangat kurang. Akibatnya perjalanan cerita dalam film terasa datar dan tidak menarik. Pencapaian teknis yang sudah cukup baik menjadi sia-sia karena penceritaannya yang lemah.

Mahasiswa Magang – Kevin Sulistyo & Afrizal Kurniawan

PENILAIAN KAMI
Overall
50 %
Artikel SebelumnyaAshfall
Artikel BerikutnyaThe Grudge
memberikan ulasan serta artikel tentang film yang sifatnya ringan, informatif, mendidik, dan mencerahkan. Kupasan film yang kami tawarkan lebih menekankan pada aspek cerita serta pendekatan sinematik yang ditawarkan sebuah film.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.