The Good Liar adalah film drama kriminal thriller arahan Bill Condon. Condon adalah sineas pembuat film musikal Dreamgirls, dua seri akhir Twilight, serta film blockbuster Disney, Beauty and the Beast. Film berbujet USD 10 juta ini dibintangi oleh 2 pemain kawakan, Ian McKellen dan Helen Mirren. Kisah filmnya diadaptasi dari novel karya Jonathan Searle. Lantas, apakah kombinasi talenta sang sineas dan dua bintang gaeknya mampu membuat film ini berkualitas?
Alkisah si kakek tua Roy adalah seorang penipu kelas kakap. Bersama rekannya, ia membuat skenario kecil berkedok investasi untuk menjebak para korban hingga lalu menyedot tabungan mereka. Hingga suatu ketika, Roy berkencan via online dengan seorang perempuan tua bernama Betty. Awalnya hanya sekadar berkencan, namun dalam perkembangan, Roy rupanya melihat Betty sebagai target berikutnya.
Satu poin besar yang paling memukul kisah film ini adalah plotnya yang terlalu mudah kita antisipasi. Dibuka dengan title sequence yang menawan, film ini berjalan menarik sebelum titik balik cerita pertama muncul. Setelah ini, semua berjalan teramat datar, nyaris tanpa tensi yang meningkat, dan tak ada banyak misteri karena entah bagaimana, kita bakal tahu apa yang terjadi. Usaha untuk memasukkan plot kilas balik tidak lantas membuat film ini mampu meningkat intensitas dramatiknya. Harapan kejutan hanyalah angan-angan belaka. Entahlah, apakah kisah novelnya memang sudah seperti ini, atau memang naskahnya yang buruk? Tak bisa dipercaya.
Kelemahan plotnya membunuh semua talenta pemain dan sineasnya. Kita tahu, penampilan McKellen dan Mirren tidak akan mengecewakan dalam peran terhitung mudah seperti ini. Tak ada cukup chemistry dari mereka berdua yang bisa mengangkat kisah filmnya. Mereka seperti terjebak dalam rutinitas peran tanpa bisa mendalami karakternya lebih jauh. Adegan klimaksnya yang sudah bisa kita duga sejak awal justru menjadi antiklimaks. Sementara Condon dengan kelebihannya telah bekerja maksimal, melalui sisi sinematografi yang kuat, warna gambar, dan tempo editingnya yang “sabar”, namun tetap tak mampu banyak menolong filmnya. Sungguh sayang sekali.
Menyiakan-nyiakan penampilan dua bintangnya serta talenta sang sineas, The Good Liar terjebak dalam satu konflik yang terlalu mudah diantisipasi kisahnya. Dengan segala potensi kisahnya, para pembuat film mestinya mampu mengukur kekuatan naskahnya sejak awal. Sungguh mengherankan. Filmnya memang tidak buruk, namun kisah sejenis yang jauh lebih baik, sudah terlalu banyak.