Under the Shadow (2016)

84 min|Drama, Fantasy, Horror|07 Oct 2016
6.8Rating: 6.8 / 10 from 30,732 usersMetascore: 83
As a mother and daughter struggle to cope with the terrors of the post-revolution, war-torn Tehran of the 1980s, a mysterious evil begins to haunt their home.

Under the Shadow adalah film debut sineas Iran, Babak Anvari. Sekalipun berlokasi cerita dan berbahasa Iran namun film produksi Inggris ini merupakan wakil Inggris untuk submisi Academy Awards kategori Best Foreign Languange tahun ini. Sungguh amat jarang kita bisa menikmati film-film berbahasa persia seperti ini di bioskop. Tidak seperti film-film horor lazimnya, Under the Shadow membutuhkan pemahaman lebih tentang konteks politik di Iran pada masa kisahnya untuk bisa menikmati filmnya lebih dalam.

Film berlatar cerita di Kota Tehran pada era 1980-an awal dimana Iran kala itu tengah terlibat konflik fisik dengan Irak. Shideh, adalah seorang ibu muda yang memiliki seorang putri bernama Dorsa. Suaminya adalah seorang dokter yang kini ditugaskan ke wilayah konflik. Mereka tinggal di sebuah apartemen berlantai empat dan tinggal bersama beberapa keluarga lainnya. Di tengah situasi serba sulit dan berbahaya, Dorsa mulai terlihat gelisah karena merasa ada seseorang di apartemen mereka. Rudal yang jatuh di lantai atas, menyebabkan beberapa keluarga mengungsi ke tempat lain. Sejak ini Dorsa tampak lebih aneh dan Shideh pun merasakan kehadiran entiti yang mulai menganggu mereka.

Dari sisi plot, filmnya jelas tidak tampak istimewa karena kisah yang sama sudah kita lihat ratusan kali. Bedanya hanya sineas berusaha menggunakan pendekatan berbeda dalam sentuhan horornya untuk tidak mengikuti tren horor barat atau Asia lazimnya. Secara teknis jelas tak ada yang baru dan inovatif. Apa yang membuat istimewa adalah film horor ini adalah sebuah pernyataan tentang situasi politik kala itu. Revolusi Islam di awal 1980-an melarang semua budaya dan tradisi barat untuk masuk dalam semua sendi kehidupan. Aturan dan hukum Islam yang ketat diberlakukan. Situasi semakin diperburuk dengan pecahnya perang Irak dan Iran yang tak kunjung rampung.

Baca Juga  Kimi no Na wa

Entiti dan gangguan gaib dalam filmnya merupakan refleksi dari situasi ketidakpastian, gelisah, kelelahan, ketakutan, dan rasa kehilangan yang dialami keluarga kelas menengah dan perempuan kala itu, seperti Shideh dan putrinya. Rudal yang jatuh di lantai atas membuat retak langit-langit, suara-suara bisikan, boneka Dorsa yang hilang, kaset senam Jane Fonda milik Shideh yang hilang, entiti berupa hijab kosong tanpa wajah, hingga lumpur hisap (minyak) yang nyaris membenamkan Shideh. Sama sekali tak ada bisa dilakukan untuk mempertahankan tempat tinggal mereka kecuali lari dari sana. Tidak ada solusi kecuali pergi.

Under the Shadow adalah sebuah film horor unik dengan penampilan kuat dua aktor utamanya yang segala elemennya merepresentasikan situasi politik di Iran era 1980-an. Narges Rashidi dan Avin Manshadi sebagai Shideh dan Dorsa bermain sangat baik dan banyak mengingatkan pada sang ibu dan putranya dalam film horor istimewa, The Babadook. Dua film ini jelas tidak bisa dibandingkan namun Under The Shadow memang berbeda dengan segala pernyataan politiknya.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaAllied
Artikel BerikutnyaMoana
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.