Unstoppable (2010)
98 min|Action, Thriller|12 Nov 2010
6.8Rating: 6.8 / 10 from 211,364 usersMetascore: 69
With an unmanned, half-mile-long freight train barreling toward a city, a veteran engineer and a young conductor race against the clock to prevent a catastrophe.

Kisah filmnya konon diinspirasi dari kejadian nyata yang sungguh-sungguh terjadi di Ohio, AS.Dikisahkan sebuah lokomotif yang membawa puluhan gerbong diantaranya bahan kimia berbahaya secara tak sengaja lepas kendali dan meluncur tanpa masinis. Upaya pencegahan dilakukan oleh pihak berwenang namun tak disangka kereta tersebut di luar perhitungan meluncur dengan kecepatan tinggi. Sementara itu Frank Barnes (Washington) masinis senior ditemani konduktor muda barunya, Will Colson (Pine) tengah melakukan kegiatan rutinnya kala peristiwa tersebut terjadi. Kereta Barnes bahkan nyaris bertabrakan dengan kereta maut tersebut. Di saat segala upaya gagal, Barnes dan Colson adalah satu-satunya harapan sebelum kereta tersebut mencapai pusat kota.

Non stop aksi yang menegangkan adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan kisah film ini. Tanpa berlama-lama dari awal hingga klimaks, seperti judulnya Unstopabble menyajikan serangkaian aksi menegangkan tanpa henti. Seperti formula plot disaster movie lazimnya ending-nya mungkin tak sulit ditebak namun justru yang menjadi kunci adalah pengembangan cerita. Scott mampu membangun unsur ketegangan semakin lama semakin tinggi sejak awal tanpa kedodoran sedikitpun. Sekalipun sedikit unsur drama yang disisipi, yakni masalah personal dua tokohnya, sudah cukup membuat ending-nya sangat dramatik. Cerita yang sedikit dilebihkan, ini rasanya satu-satunya kelemahan kecil filmnya. Satu lagi adalah penggambaran anak-anak sekolah yang tengah berwisata kereta di awal cerita. Seolah ini nantinya menjadi bagian penting dari cerita filmnya, namun nyatanya tidak.

Baca Juga  Dante’s Peak, Film Bencana Gunung Api yang Ilmiah dan Menghibur

Selain alur plotnya yang ekstra cepat dan menegangkan, setting menjadi nilai lebih filmnya. Sepanjang film kita diperlihatkan suasana desa serta kota kecil yang demikian enak dipandang, sama sekali tidak membosankan. Kombinasi pencapaian sinematografi plus editing yang dinamis mampu mengimbangi plotnya yang cepat dengan efektif. Aktor favorit Scott, Denzel Washington bersama Chris Pine sebenarnya bermain biasa namun chemistry yang terbangun manis antara keduanya mampu membuat film “one train show” ini tampak lebih humanis. Film ini tampak lebih “humanis” lagi karena nyaris tidak menggunakan rekayasa digital seperti lazimnya film-film disaster masa kini.

Unstoppable adalah sebuah tontonan yang sangat menghibur serta menegangkan yang sudah langka ditemui beberapa tahun belakangan. Unstoppable juga merupakan film terbaik garapan Tony Scott semenjak Crimson Tide belasan tahun silam dan jelas jauh lebih baik dari The Taking of Pelham 123 baru lalu. Walau idenya tidak orisinil namun film ini juga bisa dianggap sebagai salah satu disaster movie terbaik yang pernah diproduksi. Jika Anda menginginkan tontonan 90 menit aksi tanpa henti, maka tontonlah film ini. Hold your breath the train is coming!

Artikel Sebelumnya‘3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta’ dan Wacana Hubungan Kasih Beda Agama
Artikel BerikutnyaDante’s Peak, Film Bencana Gunung Api yang Ilmiah dan Menghibur
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.