Valerian and the City of a Thousand Planets adalah film fiksi ilmiah yang didasarkan komik seri Perancis berjudul Valerian and Laureline. Film ini sendiri digarap oleh sineas kawakan Luc Besson dengan mencatat sejarah sebagai film produksi Eropa yang termahal hingga kini, yakni sekitar US$200 juta. Film ini dibintangi oleh bintang-bintang muda seperti Dane DeHaan, Cara Delevingne, Rihanna, serta beberapa aktor senior, Clive Owen dan Ethan Hawke.
Valerian dan Laureline adalah sepasang agen khusus yang mewakili ras manusia. Suatu ketika mereka mendapatkan misi rahasia untuk mendapatkan sebuah benda yang diistilahkan converter. Setelah misi rampung, mereka menuju sebuah mega city di luar angkasa bernama Alpha yang berisi ribuan ras di dalamnya, untuk bertemu dengan atasan mereka. Tanpa mereka duga, converter tersebut ternyata berhubungan dengan sebuah energi misterius yang berasal dari inti kota yang dapat menghancurkan Alpha.
Film dibuka dengan amat manis melalui montage yang menggambarkan dari masa ke masa bagaimana teknologi dan peradaban manusia berubah dengan kehadiran berbagai ras makhluk asing di alam semesta raya. Setelahnya, tanpa henti kita disajikan pencapaian visual yang amat sangat mengesankan, layaknya film Avatar garapan James Cameron. Beberapa segmen memang tampak artifisial, namun gambaran visualisasi karakter hingga set dalam banyak segmen sungguh-sungguh tampak nyata. Keindahan visual inilah memang yang menjadi hidangan utama film ini.
Valerian jelas mengingatkan banyak pada The Fifth Element yang memiliki elemen cerita maupun estetik yang sama, dari set, kostum, hingga musik. Namun, dari sisi cerita walau sama-sama bertempo cepat Valerian cenderung lebih rumit, terlebih mata kita selalu terbuai dengan keindahan visual yang tersaji. Satu kelemahan terbesar Valerian adalah tidak adanya sosok tokoh yang kuat dan berkarakter. Hal ini jauh berbeda dengan Fifth Element, yang memiliki sosok-sosok karismatik dan unik, dengan bintang-bintang besar macam Bruce Willis, Milla Jovovich, Chris Tucker, hingga Gary Oldman. Bahkan hingga karakter-karakter pendukung di film ini pun masih sangat berkesan. Valerian juga tidak memiliki sentuhan humor tinggi layaknya Fifth Element walaupun sudah ada usaha ke arah ini. Hal inilah rasanya yang membuat kisah Valerian berkesan serius dan melelahkan.
Valerian and the City of a Thousand Planets menjual kenikmatan visual dengan kisah yang sebenarnya memiliki potensi lebih dalam untuk digali. Setelah Lucy, saya pikir karya-karya Luc Besson akan lebih dewasa mengeksplor kisah bernuansa filosofis, namun nyatanya tidak. Prinsipnya, Valerian hanyalah versi berbeda dari The Fifth Element, namun tanpa bisa memberikan kesan banyak setelah menonton. Valerian memang membuktikan jika film produksi Eropa mampu bersaing secara estetik dengan film-film produksi Hollywood. Namun, Kita lihat saja bagaimana tanggapan pasar, apakah bujet produksi sekitar US$200 juta ini akan sia-sia?
WATCH TRAILER






