Watchmen merupakan film superhero yang diadaptasi dari komik seri Watchmen keluaran DC Comics tahun 80-an. Film digarap oleh sineas Zack Znyder yang kita kenal melalui film epik sejarah unik, 300 (2006) dan film zombie seru, Dawn of the Dead (2004). Film berdurasi 2,5 jam lebih ini dibintangi sederet bintang papan tengah, seperti Billy Crudup, Patrick Wilson, Jackie Earle Haley, Malin Akerman, serta Matthew Goode. Satu hal yang perlu dicermati adalah film superhero ini diperuntukkan penonton dewasa dan bukan untuk anak-anak.
Alkisah rakyat Amerika dilanda ketakutan besar akan ancaman perang nuklir dari pihak Soviet. Sementara sebuah kelompok superhero yang dinamakan Watchmen telah lama pensiun bahkan beberapa anggota telah membuka identitas mereka ke publik. Masalah bermula ketika seorang superhero, The Comedian tewas terbunuh secara misterius. Salah seorang anggota Watchmen yang masih aktif, yakni Rorschach (Haley) menyelidiki hal ini. Ia lalu mengingatkan anggota Watchmen lainnya, yakni Dr Manhattan/Jon Osterman (Crudup), Silk Spectre II/Laurie Jupiter (Akerman), Nite Owl II/Dan Dreiberg (Wilson), serta Ozymandias/Andrian Veidt (Goode) untuk waspada namun tidak ditanggapi dengan serius. Dalam perkembangan masalah justru berkembang semakin rumit. Dr. Manhattan dituduh menyebarkan penyakit kanker ke orang-orang dulu yang pernah dekat dengannya hingga ia memilih untuk menyendiri ke Planet Mars, dan Rorschach justru ditangkap atas tuduhan pembunuhan.
Watchmen berlatar cerita “semifiktif”, yakni menggunakan alur sejarah yang berbeda dari seharusnya, sejarah Amerika khususnya. Di cerita filmnya kita dapat melihat beberapa penyimpangan sejarah, seperti kemenangan Amerika dalam perang Vietnam, perang dingin antara AS dengan Soviet yang terjadi di era 80-an, keterlibatan superhero dalam pembunuhan JFK, dan banyak peristiwa lainnya. Sangat menarik, rupanya keberadaan para superhero dan supervillain mengubah perjalanan sejarah Amerika secara menyeluruh. Hal ini tampak dalam montage sequence yang ditampilkan sangat manis di awal pembuka filmnya (opening credit). Plot utamanya sendiri (masa kini) terjadi pada pertengahan 1980-an dan nyaris separuh durasi film adalah kilas-balik yang pastinya membingungkan bagi penonton awam.
Alur plot Watchmen sendiri tidak menggunakan plot film superhero lazimnya. Plot nyaris tidak pernah menggambarkan bagaimana para superhero mendapatkan kekuatannya, kecuali untuk karakter Dr. Manhattan. Plot juga nyaris tidak pernah menggambarkan era gemilang para superhero dalam menumpas kejahatan. Adegan aksi sangat minim. Bahkan keistimewaan super para superhero pun tidak digambarkan secara jelas, kecuali mereka secara fisik lebih kuat dari manusia biasa, terkecuali Dr. Manhattan. Dr. Manhattan digambarkan sebagai sosok bak dewa, tubuh bersinar warna biru, serta sangat kuat baik fisik maupun mental. Ia mampu mengubah dan mengontrol materi (apapun), berpindah tempat kemana saja ia mau (bahkan Planet Mars), mampu melihat masa depan dan masa lalu, dan entahlah… apa lagi yang bisa ia lakukan. Plot juga tidak menggambarkan dengan tegas antara sisi baik dan jahat. Para superhero digambarkan telah pensiun dari tugasnya, bisa jadi karena tidak ada lagi penjahat yang harus mereka lawan. Alur cerita secara umum terfokus pada ancaman perang nuklir implikasi perang dingin antara AS dan Soviet, dan secara khusus pada penyelidikan Rorschach terhadap kematian seorang superhero, The Comedian. Dua plot besar ini rupanya di akhir kisah berhubungan satu sama lain. Naskah yang unik dan merupakan terobosan anyar untuk genre superhero.
Satu hal yang unik dalam Watchmen adalah kemasan filmnya yang bergaya noir dari plot hingga pencapaian estetiknya. Layaknya film-film detektif, plotnya penuh dengan intrik, misteri, rumit, dan cenderung membingungkan hingga akhir cerita. Penonton rasanya sulit menduga apa yang terjadi selanjutnya tidak hingga akhir filmnya. Informasi baru silih berganti ditampilkan dengan cepat. Penuturan kilas-balik begitu dominan dengan durasi yang bervariasi memudahkan penonton kehilangan informasi cerita jika kehilangan momen sedikit saja. Ciri khas noir lainnya adalah penggunaan narator sepanjang filmnya oleh karakter Rorschach (Jackie Earle Haley) dengan suara beratnya yang khas. Dari sisi pencapaian estetik pun nyaris sama. Setting cerita sebagian besar di kota besar (New York), lebih dominan malam hari, kerap hujan, dan pencahayaan cenderung suram.
Di luar gaya noir-nya, Watchmen sendiri memiliki beberapa pencapaian estetik yang menawan. Editing menjadi salah satu kunci kekuatan filmnya karena begitu sering menggunakan teknik kilas-balik. Dalam sebuah adegan kecil ketika karakter The Comedian dikebumikan, tercatat empat kali kilas-balik yang menggambarkan kilasan memori para karakter utama terhadap almarhum. Satu pencapaian editing mengesankan tampak pada montage sequence berdurasi lima menitan pada pembuka film dengan iringan manis lagu The Times They Are Changin (Bob Dylan). Musik dan lagu memang cukup dominan mengiringi banyak adegannya. Coba simak adegan aksi di awal film, perkelahian antara Blake (The Comedian) dengan sang pembunuh. Adegan aksi tersebut terlihat begitu indah dan anggun dengan iringan lagu Unforgettable yang dibawakan Nat King Cole. Juga ilustrasi musik Ride the Valkyrie (Wagner) yang mengiringi adegan ketika Dr.Manhattan menghabisi tentara vietcong di perang Vietnam yang terinsipirasi dari adegan termasyur dalam Appocalipse Now (1979).
Secara umum ide besar plotnya bukanlah sesuatu hal yang baru. Para superhero sepertinya telah lelah melihat dunia yang terus menerus dalam kekacauan dan ingin membuat dunia lebih damai. Jika tidak ada lagi sosok jahat maka sosok superhero-lah yang menjadi penyeimbang. Seorang superhero berkeyakinan jika umat manusia dalam sebuah ancaman besar maka dunia akan bersatu dan menjadi lebih damai. That’s the concept… and lucky him (Dr. manhattan), the one who should be blame. Dan tentu saja pengorbanannya tidak kecil. Lantas apa bedanya ini dengan aksi terorisme? Rorschach harus menerima nasibnya ketika ia memegang teguh prinsipnya. “Ini yang membedakan kita dengan orang lain”, ujarnya tegas. This (the concept) is new allright (for superhero movie)… tapi tidak lantas membuat konsep ini menjadi benar. Coba lihat siapa yang diuntungkan dengan situasi damai yang tercipta? V. Sang Dewa (Dr. Manhattan) pun sependapat dengan konsep ini tapi mengapa oh mengapa bukan ia sendiri yang melakukannya sejak awal? He’s a God for God sake…
WATCH TRAILER
sori review film ini agak kelamaan, minggu2 kemarin saya sibuk urusi montase edisi baru.. dan masalah lainnya juga film ini memang sulit direview..
ok saya tunggu komennya…
untuk akhir film watchmen,, saya lebih suka apa adanya.. ( bukan dr. manhatan yang membom bumi.. tetapi hanya mengatasnamakan “manhattan”) sebab menurut saya yang terjadi terkesan lebih real dengan keadaan bumi saat ini. hanya saja perdamaianya yang masih fiktif.. saya lebih suka jika pemboman di film tersebut tidak memunculkan perdamaian. karena memang itulah yang terjadi. manusia tidak akan berdamai, sehingga adanya “superhero” hanyalah suatu yang sia-sia..
saya menginterpretasikan para superhero yang ada di film ini adalah para pahlawan yang dielu-elukan rakyat, tapi padahal mereka adalah makhluk-makhluk yang identik dengan “darah”. seperti contoh perang vietnam dalam film ini, dimana para superhero membantai warga vietnam.
Untuk penembakan JFK saya punya interpretasi lain.. menrut saya super hero yang menembak JFK adalah metafor dari satu tokoh yang dianggap super hero oleh orang-orang yang anti JFK, sedangkan bagi orang-orang yang pro JFK, dia adalah big enemy..
film watchmen saya interpretasikan sebagai penggambaran dari “para pahlawan perang” pada saat ini yang terus memunculkan pertumpahan darah dengan mengatasnamakan “Manhattan” (tuhan).
hmm interpretasi bagus… ok tapi menurut saya konsep tersebut sejak dulu sdh banyak digunakan film2 lain.. appocalypse now salah satunya.. sekalipun memang Wcthmen beda kemasannya… ok konsep ini memang benar adanya tapi saya pikir kita saat ini (chaos world) lebih butuh konsep yang memberi “solusi” bukan lagi menggambarkan “masalah”..
Menurut saya film ini keren, terutama kalau Anda sudah membaca komiknya, sutradaranya benar-benar menjadikan komiknya sebagai storyboard. Komik Allan Moore yang lain memang menunjukkan anarkis, seperti V for Vendetta yang memang menentang apa yang disebut pemerintahaan dan kekuasaan.
Yang paling saya sukai dari film ini adalah penggambaran sejarah dunia pada awal film, dengan diiringi lagu Bob Dylan-The Times They are A-Changin