We Have a Ghost (2023)
126 min|Adventure, Comedy, Family|24 Feb 2023
6.1Rating: 6.1 / 10 from 34,187 usersMetascore: 53
Finding a ghost named Ernest haunting their new home turns Kevin's family into overnight social media sensations. But when Kevin and Ernest investigate the mystery of Ernest's past, they become a target of the CIA.

We Have a Ghost adalah film drama komedi supernatural yang diarahkan oleh sineas spesialis horor thriller, Christopher Landon. Film-film sang sineas kita kenal seperti Paranormal Activity: The Marked Ones, seri Happy Death Day, hingga Freaky. Film ini juga dibintangi David Harbour, Anthony Mackie, Jahi Winston, serta Jennifer Coolidge. Film ini baru dirilis Netflix pekan kemarin. Melihat rekam jejak sang sineas, rasanya We Have a Ghost bakal menjanjikan, apakah betul?

Keluarga Presley pindah ke tempat tinggal mereka yang baru. Sebuah rumah tua berukuran besar yang berharga murah, namun ternyata angker. Putra mereka, Kevin (Winston) rupanya jengah dengan polah ayahnya, Frank, yang telah kesekian kalinya berpindah rumah untuk mencari peruntungan baru. Malamnya, Kevin mendengar suara-suara di loteng, dan ternyata ada seorang hantu laki-laki di sana. Ernest (Harbour), nama hantu tersebut. Ia tidak bisa bicara dan tak punya memori tentang masa lalunya. Kevin pun ingin membantu Ernest untuk bisa kembali ke alamnya. Namun sebaliknya, ayah dan kakaknya justru ingin mengambil keuntungan dari keberadaan hantu di rumahnya melalui media sosial.

Lama tidak kita jumpai sebuah film keluarga menghibur sekaligus memadukan sisi supernatural serta drama yang kuat. Plot filmnya bisa jadi tidak lagi fresh (kombinasi Casper dan The Sixth Sense), namun konsep hantunya agak berbeda dari kelaziman, seperti tidak mampu bicara, bisa menampakkan diri sesukanya, ia bisa menyentuh secara fisik, namun tidak bisa disentuh. Skala plotnya amat luas, ibarat orang di seluruh bumi tahu keberadaan Ernest karena publikasi media sosial yang masif. Sebaliknya, investigasi tentang indentitas sang hantu berjalan secara personal dan menarik, melalui sosok Kevin dan gadis tetangga, Joy (Isabella Russo).

Baca Juga  Mohon Doa restu

Kevin pun menjadi pusat cerita. Hubungannya dengan sang ayah, Ernest, serta Joy, masing-masing memiliki kekuatan dan keunikan yang seimbang. Ini yang membuat kisahnya begitu menarik. Sisi komedi dan aksi adalah satu hal lain yang menjadi kekuatan filmnya. Film ini begitu menghibur dengan aksi-aksinya dan sangat disayangkan hanya bisa kita tonton di layar televisi. Adegan aksi kejar mengejar seru dan berkualitas macam ini rasanya sudah lama tak pernah kita lihat dalam genrenya (komedi keluarga).

We Have a Ghost adalah sebuah komedi supernatural dengan aksi petualangan yang menghibur serta sisi drama berimbang. Satu dialog membekas antara sang ayah pada Kevin menjelang babak ketiga, begitu berbobot dan hangat, jarang sekali kita temui dalam film sejenisnya. Begitu pun chemistry Kevin dengan sang hantu serta Joy yang begitu menggemaskan. We Have a Ghost adalah film hiburan komplit sarat pesan yang wajib ditonton para penikmat drama keluarga hingga genre horor. Tangan emas sang sineas lagi-lagi mampu bekerja maksimal. Kita tunggu karya Landon berikutnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaEo
Artikel BerikutnyaCreed 3
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.