Jumanji: Welcome to the Jungle (2017)

119 min|Action, Adventure, Comedy|20 Dec 2017
7.0Rating: 7.0 / 10 from 464,700 usersMetascore: 58
Four teenagers are sucked into a magical video game, and the only way they can escape is to work together to finish the game.

Film petualangan fantasi, Jumanji (1995) yang rilis lebih dari dua dekade lalu rupanya masih memiliki daya tarik hingga dibuat sekuelnya, Jumanji: Welcome to the Jungle. Seperti kita tahu, Jumanji adalah film yang sukses komersial dengan dibintangi mendiang aktor komedian Robin Williams bersama Kirsten Dunst yang kala itu masih remaja. Welcome to the Jungle digarap oleh Jack Kasdan dan kini tak tanggung-tanggung dibintangi oleh aktor laga Dwayne Johnnson bersama Jack Black,dan Kevin Hart. Setelah dua dekade, mampukah sekuelnya kini melampaui film aslinya?

Spencer, Fridge, Bethany, dan Martha mendapat hukuman membersihkan gudang sekolah karena aksi-aksi mereka yang tak terpuji. Tanpa sengaja, Spencer menemukan sebuah video game lawas bertitel Jumanji yang kemudian tertarik untuk mereka jajal. Di luar dugaan, mereka berempat tersedot masuk ke dalam permainan tersebut dan terjebak dalam hutan belantara yang penuh dengan hewan buas. Mereka lambat laun menyadari untuk bisa keluar dari sana, mereka harus menyelesaikan permainan Jumanji hingga selesai.

Tak banyak ekspektasi memang ketika menonton film ini. Jumanji (1995) yang saya tonton dulu semasa kuliah, berjalannya waktu menjadi film “klasik” yang asyik karena memiliki kisah unik dengan memadukan antara unsur fantasi, horor, ketegangan, serta humor dengan performa brilian dari Robin Williams. Tanpa diduga, sekuelnya ini memiliki kekuatannya sendiri dengan konsep cerita yang sama sekali berbeda, walau masih memiliki kontinuitas cerita dengan film aslinya.

Baca Juga  Young Woman and the Sea

Kali ini, kita di bawa masuk ke alam Jumanji yang dulu tokoh Alan Parrish (Williams) terjebak di sana selama 26 tahun. Kini, karakter yang masuk ke alam dunia ini adalah avatar yang mereka pilih sewaktu memulai game-nya. Spencer dan kawan-kawannya berubah menjadi karakter dewasa yang kontras dengan karakter asli mereka. Hal ini yang menjadi kunci keberhasilan filmnya. Unsur humor yang dominan sepanjang filmnya berhasil karena faktor ini. Didukung kuat oleh penampilan para kastingnya, khususnya Kevin Hart, banyolan konyol sederhana bisa menjadi demikian menghibur karena aksi dan polah mereka. Banyolan dialog memang menjadi menu utama filmnya, walau aksi-aksinya pun disajikan tidak buruk-buruk amat. Nuansa game juga terasa begitu kental di alam Jumanji, khususnya permainan efek suara, seperti suara drum bertabuh yang juga ada pada film aslinya.

Walau berbeda konsep cerita dengan film orisinalnya, Jumanji: Welcome to the Jungle masih memiliki nuansa nostalgia serta sisi humor dari para kastingnya yang lebih dari cukup untuk mengocok perut penonton. Satu hal mengejutkan yang menjadi satu poin lebih daripada film aslinya adalah sisi moralnya. Alam Jumanji menjadi pelajaran bagi para remaja ini untuk bisa lebih menghargai nilai persahabatan, rasa keberanian, pengorbanan, ketulusan, serta cinta yang tanpa disadari semakin meluntur ditelan segala hal yang bersifat kekinian. Walau tak istimewa, tak bisa dipungkiri Jumanji: Welcome to the Jungle adalah salah satu film komedi paling menghibur tahun ini.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaThe Last Jedi Raih US$450 juta dalam Opening Globalnya!
Artikel BerikutnyaChrisye
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.