leave_posterSutradara: Feo Aladag
Produser: Feo Aladag
Penulis: Feo Aladag
Pemain: Sibel Kekilli, Nizam Schiller, Derya Alabora
Sinematografe: Judith Kaufmann
Editing: Andrea Mertens
Ilustrasi musik: Max Ritcher, Stephane Moucha
Negara: Jerman
Durasi: 119 Menit
Tahun Produksi: 2010

Dominasi laki-laki dalam budaya patriarki Islam tampaknya semakin ramai disuarakan melalui media film. When We Leave merupakan film produksi Jerman yang menyoroti isu ketidakadilan bagi perempuan muslim. Film ini berhasil mendapatkan penghargaan Best Film in Broze German Film Awards dan Berlin International Film Festival dan berbagai penghargaan lainnya.

Umay tinggal bersama suaminya, Kemal dan anaknya Cem di Istanbul. Karena sering mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, Umay memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Berlin dengan membawa serta Cem. Ia berharap dapat memulai hidup baru dengan meneruskan pendidikan dan bekerja. Namun, keputusannya tidak disambut baik oleh keluarga Umay. Ia dipaksa untuk kembali menjadi istri yang baik bagi Kemal di Istambul. Meskipun Umay telah menceritakan segala keluhannya kepada sang ayah, tetap saja ia harus menelan mentah-mentah penderitaanya sendiri demi nama baik keluarga. Perjuangan Umay untuk mendapatkan kesetaraan hak patut untuk disaksikan. Meskipun bukan berdasarkan kisah nyata, namun kisah ini dapat merepresentasikan kehidupan perempuan Muslim yang terkungkung dalam budaya yang lekat dengan peraturan agamis yang konservatif.

Feo Aladag sebagai penulis, produser dan sutradara telah melakukan penelitian selama beberapa tahun untuk mendapatkan laporan dan fakta demi mendalami kasus-kasus kekerasan domestik. Ia menemukan bahwa banyak kekerasan terhadap perempuan di kalangan keluarga Muslim. Ia menyajikan cerita dengan emosional, tanpa adanya penilaian moral yang subjektif dan lebih menekankan pada situasi tragedi. Akting Sibel Kekilli yang natural mampu membangun situasi yang emosional tanpa berlebihan. Alur yang lambat membuat penonton tergiring untuk mengikuti adegan demi adegan yang seolah memberikan gambaran nyata perempuan yang terpaksa mengerahkan kekuatannya meskipun dalam kondisi fisik dan psikis yang lemah. Totalitas akting Kekilli patut diacungi jempol mengingat ia bukanlah perempuan yang terlibat nyata dalam kasus tersebut bahkan latar belakang kehidupannya pun sangat berbeda. Ia mendapatkan penghargaan Best Actress German Film Awards. Beberapa pemain lainnya bahkan merupakan pemain baru yang tidak memiliki latar belakang akting namun dapat berperan dengan baik. Tidak heran jika terdapat kritikus yang membandingkan film ini dengan The Bicycle Thief yang merupakan film dengan pemeran amatir.

Artikel SebelumnyaPitch Perfect 2
Artikel BerikutnyaSan Andreas
Menonton film sebagai sumber semangat dan hiburan. Mendalami ilmu sosial dan politik dan tertarik pada isu perempuan serta hak asasi manusia. Saat ini telah menyelesaikan studi magisternya dan menjadi akademisi ilmu komunikasi di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.