Kolaborasi Bigelow dan Boal setelah sukses dengan The Hurt Locker kali ini kembali dengan Zero Dark Thirty yang sepertinya bakal mengulang sukses yang sama di ajang Academy Awards. Mirip dengan United 93’ garapan Paul Greengrass, film ini adalah kisah fiksi yang diinspirasi dari kejadian nyata dengan plot utama perburuan gembong teroris, Osama Bin Laden sejak tragedi 9-11. Tokoh sentral adalah Maya (Chastain), seorang wanita muda anggota CIA yang mendedikasikan dirinya untuk memburu segala info yang mengarah ke Osama Bin Laden. Sepanjang film kita hanya melihat bagaimana karakter ini mengejar segala info sekecil apa pun melalui sarana intelejen dan interogasi tawanan teroris serta seringkali beradu mulut dengan bosnya karena ia dianggap membuang waktu.

Masalah besar yang dihadapi kisahnya adalah semua orang telah tahu apa yang terjadi di akhir cerita. Kekuatan cerita ada pada proses, bagaimana, dan apa yang melatarbelakangi semuanya bisa terjadi. Film ini mampu menggambarkan proses investigasi secara detil sejak awal dengan sesekali didukung fakta-fakta atau footage yang sesungguhnya. Entah semuanya benar-benar terjadi atau sekedar dramatisasi cerita but it works. It really works. Penonton disajikan sebuah aksi thriller yang sangat intens hingga klimaks yang sangat menegangkan, yang mampu membuat penonton lupa akan “ending” filmnya.

Satu lagi yang menghidupkan filmnya adalah penampilan Jessica Chastain yang sangat beruntung mendapatkan peran yang pas sebagai Maya. Chastain yang wajahnya selalu terlihat lelah hampir sepanjang film, bermain sangat baik sebagai wanita yang ambisius dan pantang menyerah melawan segala rintangan yang dihadapi. Tercatat aktor-aktor pendukung lainnya juga bermain sangat prima, Jason Clark sebagai Dan (kolega Maya), Mark Strong sebagai Patrick (Bos Maya). Mencuri perhatian juga penampilan Joel Edgerton yang bermain sebagai pimpinan tim penyergapan di klimaks film.

Baca Juga  Cruella

Zero Dark Thirty adalah bukan film “politik”, namun secara sederhana sebuah film aksi thriller murni yang dikemas dengan sangat baik dan berkelas. Terlepas kisahnya benar apa tidak namun dijamin penonton disajikan sebuah tontonan bermutu yang sangat menegangkan. Nuansa politik jelas tak luput dari pandangan banyak orang karena menyangkut kebijakan politik AS melawan terorisme, seperti metode interogasi para tawanan teroris, aksi penyergapan teroris, dan lainnya. Siapa pun boleh beropini apa saja, namun Zero Dark Thirty simply just a top class action thriller. Zero bakal menjadi kontender terkuat dalam ajang Academy Awards besok mendampingi Life of Pi.

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaA Good Day to Die Hard
Artikel BerikutnyaSilver Linings Playbook, Naskah Brilian Berbalut Akting Menawan
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.