Zootopia (2016)

108 min|Animation, Action, Adventure|04 Mar 2016
8.0Rating: 8.0 / 10 from 562,686 usersMetascore: 78
In a city of anthropomorphic animals, a rookie bunny cop and a cynical con artist fox must work together to uncover a conspiracy.

Di awal pembuka tahun Walt Disney Animation Studios membuka dengan film animasinya, Zootopia. Studio animasi ini seperti kita tahu sebelumnya sukses besar dengan film-filmnya macam Tangled, Frozen, Wreck It Ralph, dan Big Hero Six. Terlalu banyak pesaing studio animasi saat ini termasuk studio Pixar sendiri yang masih ada di bawah payung Disney. Bersaing dengan Kung Fu Panda 3 di negara asalnya rasanya berat bagi animasi baru nonfranchise ini untuk bersaing secara komersil.

Alkisah Judy adalah seekor kelinci yang sejak kecil ingin bercita-cita menjadi polisi. Berkat kerja keras keinginan tercapai dan ia ditempatkan di Zootopia, sebuah kota masa depan dimana semua hewan baik predator dan nonpredator hidup berdampingan secara harmonis. Judi yang tugas awalnya menjadi polisi tilang suatu ketika mendapatkan kesempatan besar untuk menyelidiki hilangnya Mr. Otterton dengan taruhan karirnya. Judi terpaksa bekerja sama dengan pedagang ilegal, Nick, seekor rubah, karena ia memiliki petunjuk awal dari sini sebelum mereka berdua terjebak dalam situasi yang lebih besar.

Film dibuka dengan sangat menarik menggambarkan proses bagaimana Judy, seekor kelinci, harus berjuang keras melawan binatang yang jauh lebih besar darinya untuk lulus menjadi polisi. Kisahnya tampak semakin menjanjikan ketika Judy datang ke Kota Zootopia yang disajikan amat mengesankan dan penuh warna. Setelah ini kisahnya justru berjalan relatif lambat terlebih setelah konflik cerita mulai berjalan. Aksi yang kurang menarik serta satu adegan komedi yang ternyata sama dengan sajian trailernya menambah rasa kantuk semakin hebat. Jalannya penyelidikan yang seharusnya bisa menggugah rasa penasaran justru malah membuat kita terlelap. Unsur komedi pun hanya berupa tempelan dan potongan yang tak ada hubungan dengan inti cerita yang sesekali memang memancing tawa. Tidak ada yang baru dan menarik untuk menjadi perhatian. Kisahnya tidak dibuat sederhana namun justru terlihat rumit dan membingungkan. Di Zootopia, apapun bisa terjadi dan siapapun bisa menjadi siapa saja, mau kejutan apa lagi.

Baca Juga  The A-Team

Diluar pencapaian visualnya yang mengesankan Zootopia menawarkan kisah yang terlalu rumit dan gelap untuk anak-anak serta membosankan untuk penonton dewasa. Walau premisnya sebenarnya tak masuk akal namun pesannya sebenarnya cukup baik menggambarkan bagaimana semua spesies baik besar maupun kecil, bisa hidup berdampingan. Hmm.. aneh juga kita tidak melihat hewan reptil, seperti ular dan buaya di film ini. Bisa dimengerti sekarang mengapa trailer untuk filmnya dipilih satu adegan penuh ketika Judi dan Nick bersama si “slow”, Flash, karena sepertinya mereka kurang percaya diri dengan filmnya. Kita lihat saja apakah film ini mampu sukses secara komersil seperti film-film sebelumnya.

Watch Movie Trailer

PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaDeadpool Melewati Ekspektasi
Artikel BerikutnyaJohnny Depp Bintangi Film Reboot The Invisible Man
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.