zanna

Setelah merilis Titus: Mystery of the Enygma dan Kiko in the Deep Sea, MNC Animation bekerja sama dengan MNC Pictures kembali merilis animasi layar lebar yang diberi judul Zanna: Whisper of Volcano Isle. Animasi yang dirilis sejak 2 Januari ini berhasil mengumpulkan penonton sebanyak 35.311 berdasarkan data Cinepoint per 8/1. Seperti apakah film animasi dengan genre fantasi ini?

Zanna: Whisper of Volcano Isle berawal dari seorang anak perempuan yang hidup di desa nelayan. Ia terpisah dari keluarganya. Suatu ketika ia menemukan seruling yang membawanya ke sebuah negeri yang dihuni para peri. Ia kemudian mendapat dua kawan peri bernama Dinda dan Novi dan kadal terbang bernama Draco. Rupanya di negeri tersebut sedang ada ancaman dari bangsa kumbang.

Industri animasi di tanah air terus menggeliat, ini terbukti dengan bermunculannya studio animasi di berbagai daerah dan makin diminatinya SMK dan program studi animasi. Jumlah produksi animasi panjang memang terbatas, namun karya berupa animasi pendek mulai melimpah ruah dengan kualitas animasi yang mulai mengejar negara produsen animasi, seperti Jepang, Perancis, dan Amerika Serikat.

Namun entah kenapa dari segi cerita dan kualitas gambar, sebagian animasi yang tayang di bioskop masih kurang jika dibandingkan animasi pendek yang bertebaran di platform streaming dan gelaran festival film ataupun dengan jenis TV/web series. Padahal sama-sama produksi lokal. Ini juga dialami oleh film Zanna.

Apabila diruntut dari belakang, perjalanan  MNC Animation sudah cukup panjang. Studio animasi ini telah menghasilkan berbagai serial animasi sejak tahun 2014, seperti Kiko, Entong, Bima S, dan Zak Storm. Sedangkan untuk film layar lebar, studio ini telah merilis tiga film yakni Titus: Mystery of the Enygma, Kiko in the Deep Sea, dan Zanna: Whisper of Volcano Isle. mereka telah satu dekade bergelung di dunia animasi.

Untuk animated series, Kiko yang menceritakan makhluk air memang paling populer dan juga ditayangkan di berbagai negara. Namun dari segi kelokalan, Entong lebih unggul. Kisah kehidupan sehari-hari Entong bersama keluarganya terlihat sekali ke-Indonesian-nya. Penulis sendiri berekspektasi unsur kelokalan ini bakal kental dalam Zanna: Whisper of Volcano Isle. Sayangnya hal tersebut tidak terjadi.

Lagu-lagu yang muncul di film didominasi oleh lagu dalam bahasa Inggris, seperti Learn How to Fly dan Become A Queen. Bisa jadi ini strategi karena filmnya akan didistribusikan ke mancanegara sehingga menggunakan lagu bahasa Inggris. Namun akan lebih menarik jika ada unsur kelokalan di sini, tak harus dari segi bahasa. Misalnya dari instrumen musiknya dengan memasukkan gamelan, tifa, atau saluang.

Baca Juga  Home Sweet Loan

Hewan-hewan dan tanaman yang muncul juga kurang mencirikan Indonesia, meski ceritanya memang berlatar negeri fantasi. Demikian juga dengan kostum dan lainnya. Mengapa berharap unsur kelokalan ini muncul dalam film animasi Zanna? Oleh karena faktor ini yang membuat film animasinya unik dan berbeda dengan animasi produksi negara lain. Raya and the Last Dragon, misalnya. Film animasi ini meski bergenre fantasi namun memiliki elemen yang kuat tentang budaya dan unsur-unsur yang ada di Asia Tenggara.

Sepertinya penulis dan penggarap animasi ini menggunakan referensi dari film-film seperti Barbie series, Frozen, dan Avatar, jika melihat cerita, desain karakter yang muncul, dan model lagu-lagunya. Pohon kehidupan di Zanna mengingatkan pada pohon jiwa di Avatar. Desain karakter Zanna mengingatkan pada Barbie. Sedangkan tokoh Draco yang cerewet ibarat Olaf dalam Frozen.

Larry Whitaker sebagai sutradara Zanna dikenal sebagai animator dan sutradara film animasi. Jika melihat film animasi pendeknya yang berjudul Dr. Rabbit and the Legend of the Tooth Kingdom, maka akan nampak kemiripan desain karakter para musuh dalam Zanna dengan karakter hewan dalam film ini.

Selain unsur kelokalan yang kurang, cerita Zanna: Whisper of Volcano Isle kurang eksploratif dan kurang kejutan. Hal ini bisa jadi disebabkan video trailer-nya yang telah menunjukkan banyak hal dalam film. Gerakan karakter juga masih kurang luwes dalam animasi ini. Gambar latar belakang seperti pepohonan masih dibiarkan statis dan kurang bertekstur sehingga animasinya terasa kurang hidup.

Terlepas dari kekurangannya, penulis memberikan apresiasi bagi MNC Animation karena tetap konsisten melahirkan karya animasi. Apabila dibandingkan animasi layar lebar Titus dan Kiko, animasi Zanna jauh lebih baik. Terlihat jelas perkembangannya.

Hal ini dilihat dari ceritanya yang berkembang, coretan gambar dan kualitas animasinya yang lebih halus dan detail, juga pemilihan warna-warnanya yang pas dalam menggambarkan dunia animasi. Pesan-pesan yang terselip dalam Zanna juga cukup rapi, tidak terkesan berjejalan. Anak-anak akan menyukainya. Oh iya, jangan keluar setelah muncul kredit. Karena akan ada petunjuk yang bisa jadi mengarah ke sekuelnya di mid-credit-nya.

PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaThe Prosecutor
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.