New Reviews

1 Kakak 7 Ponakan | REVIEW

1 Kakak 7 Ponakan memiliki cerita yang berisi, kaya pesan moral, dengan konflik mengharu biru, namun sayangnya tak ada sesuatu yang baru.

Flight Risk | REVIEW

Jika sineas sekelas Mel Gibson menggarap film level “indie” minimalis macam Flight Risk, entah ini adalah sebuah masterpiece atau sebaliknya. Sayangnya tidak.

Star Wars: Skeleton Crew

Seri StarWars: Skeleton Crew adalah sebuah penyegaran melalui tokoh anak dengan semangat aksi film petualangan era 1980-an walah alur kisahnya terasa sedikit lepas dengan serinya.

Wolf Man

Wolf Man tidak banyak menawarkan sesuatu yang baru bagi genrenya, kecuali eskplorasi penceritaan real time, perspektif (POV) sang monster, dan tata rias wajah yang meyakinkan.

The Seed of the Sacred Fig

The Seed of the Sacred Fig adalah film Iran terbaik sejak A Separation (2011) dengan memadukan secara brilian elemen drama, politik, thriller hingga twist begitu intens yang didukung kuat oleh penampilan empat kasting utamanya.

Den of Thieves 2: Pantera

Den of Thieves 2: Pantera memiliki pesona aksi dan sisi ketegangan senada dengan sebelumnya, khususnya sepertiga akhir, hanya durasi yang kelewat panjang membuat prosesnya begitu melelahkan.

Zanna: Whisper of Volcano Isle

Selain unsur kelokalan dan sisi visual, cerita Zanna: Whisper of Volcano Isle juga kurang eksploratif dan kejutan.

The Prosecutor

Apa yang salah dari The Prosecutor? Donnie Yen masih terjebak peran tipikalnya dengan tidak memaksimalkan potensi terbaiknya, yakni aksi laga, diselingi drama pengadilan yang superfisial.

Wallace & Gromit: Vengeance Most Fowl

Wallace & Gromit: Vengeance Most Fowl masih memberikan sajian hiburan cerdas dengan visualisasi menawan, walau kini tak lagi menggigit seperti feature pertamanya.

My Favourite Cake

Melalui topik tipikal film-film Iran, My Favourite Cake mengeksplorasi kisahnya dengan segar melalui karakter unik serta perpaduan drama, roman, dan “horor” berkelas.

Series

Retrospeksi

News

Artikel Lepas

Melalui Ranjang Pengantin, Teguh Karya mampu memproduksi karya melodrama masterpiece yang tak lekang jaman, baik melalui inovasi visual serta moral value-nya
Imperfect bukan sekadar film; film ini berfungsi sebagai cermin sosial yang tajam, menyoroti isu bullying dengan cara yang mendalam. Melalui kisah yang diangkat, secara tidak langsung merepresentasikan fenomena bullying, memberikan kesempatan bagi penonton untuk merenungkan pengalaman yang mungkin pernah mereka lihat atau bahkan alami sendiri.
Alih-alih masyarakat lokal memiliki daya untuk berbicara mengenai daerahnya sendiri, justru Makbul Mubarak memilih bidak-bidak kondang berprivilege nasional untuk merepresentasi dan membicarakan mereka.
Film Vina: Sebelum 7 Hari bukanlah film terbaik di genre-nya, namun secara moral menjadi pemicu pengungkapan fakta sosial dan tegaknya keadilan hukum yang sebenarnya, terlepas dari semua pro dan kontra yang membayanginya.
error: Content Is Protected, DON\'T COPY!!!