New Reviews

Santet Segoro Pitu

Santet Segoro Pitu adalah film horor bertema santet yang klise, minim orisinalitas, dengan akting kaku dan eksekusi teknis yang terasa murah meski cukup rapi.

Cinta dalam Ikhlas

Cinta dalam Ikhlas adalah film romansa religi sederhana namun memikat, dengan visual lembut, cerita tulus, dan eksekusi yang rapi, menjadikannya tontonan yang hangat dan menghibur.

Moana 2

Melalui formula yang senada dengan seri pertamanya, Moana 2 menembak tepat target penonton dan fansnya.

We Live in Time

We Live in Time menyajikan tipikal drama-roman kehidupan yang dikemas berbeda hanya melalui cara bertutur nonlinier serta mengkasting dua bintang besarnya.

Hidup ini Terlalu Banyak Kamu

Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu adalah drama cinta segitiga dengan pengemasan estetik dan akting solid, meski terkendala oleh karakterisasi yang kurang merata dan alur cerita yang cenderung konvensional.

Pantaskah Aku Berhijab

Pantaskah Aku Berhijab menonjol lewat akting pemeran utamanya, namun lemah dalam eksekusi dan lebih cocok sebagai serial TV.

Heretic

Heretic menawarkan horor thriller minimalis unik dengan konsep tema religius melalui dukungan kuat tiga kasting utamanya.

Wicked

Satu lagi kisah eksposisi tokoh antagonis, Wicked, dengan pengemasan kolosal dan musikal yang kelewat panjang, namun terangkat oleh segmen klimaksnya yang menggigit.

The Penguin

The Penguin adalah supervillain yang dieksplorasi dengan tepat, memadukan plot intrik gangster dan setting The Batman yang brilian, serta tentunya penampilan dua tokoh utamanya yang sangat mengesankan.

Betting with Ghost

Betting With Ghost adalah film drama keluarga dengan premis dan plot twist menarik, tetapi terhambat oleh resolusi yang dipaksakan, plot hole, dan kurangnya unsur komedi dan horor.

Series

Retrospeksi

News

Artikel Lepas

Melalui Ranjang Pengantin, Teguh Karya mampu memproduksi karya melodrama masterpiece yang tak lekang jaman, baik melalui inovasi visual serta moral value-nya
Imperfect bukan sekadar film; film ini berfungsi sebagai cermin sosial yang tajam, menyoroti isu bullying dengan cara yang mendalam. Melalui kisah yang diangkat, secara tidak langsung merepresentasikan fenomena bullying, memberikan kesempatan bagi penonton untuk merenungkan pengalaman yang mungkin pernah mereka lihat atau bahkan alami sendiri.
Alih-alih masyarakat lokal memiliki daya untuk berbicara mengenai daerahnya sendiri, justru Makbul Mubarak memilih bidak-bidak kondang berprivilege nasional untuk merepresentasi dan membicarakan mereka.
Film Vina: Sebelum 7 Hari bukanlah film terbaik di genre-nya, namun secara moral menjadi pemicu pengungkapan fakta sosial dan tegaknya keadilan hukum yang sebenarnya, terlepas dari semua pro dan kontra yang membayanginya.
error: Content Is Protected, DON\'T COPY!!!