Film-film Iran terkenal akan kekuatan narasi dan unsur humanismenya yang kental. Lantas bagaimana dengan animasinya? Dibandingkan dengan film live action, film animasi Iran relatif belum banyak yang dikenal, selain Persepolis (2007) yang merupakan garapan dua negara, Iran dan Perancis. Oleh karenanya ketika Venice Sala Web 2023 menampilkan animasi pendek dari Iran berjudul Dar Saaye Sarv (In the Shadow of the Cypress), maka sebuah peluang langka untuk melihat dinamika animasi Iran.

Film animasi yang naskahnya ditulis oleh Hossein Molayemi dan Shirin Sohani ini mengisahkan hubungan ayah dan anak yang tinggal terpencil di tepi laut. Sang ayah yang dulunya kapten kapal, memiliki trauma sehingga ia sering melukai dirinya sendiri dan sulit mengontrol emosinya. Kondisinya yang tidak stabil membuat ia kesulitan berinteraksi dengan putrinya. Hingga suatu ketika terjadi sesuatu yang memicu sebuah perubahan.

Dengan durasi 19 menit 33 detik, Hossein Molayemi dan Shirin Sohani berupaya menampilkan emosi sang ayah yang berubah-ubah, kadang-kadang ia nampak berusaha mendekati putrinya dan ingin menjadi ayah yang baik. Tiba-tiba ia kabur menjauh. Ada kalanya ia begitu ketakutan dan berupaya melukai dirinya.

Meski tanpa dialog, dengan melihat gerak-gerik dan mimik dari sang ayah juga reaksi dari putrinya, penonton akan bisa merasakan emosi dan pesan yang kuat dari film ini. Pilihan Hossein Molayemi dan Shirin Sohani yang juga selaku sutradara dalam film ini, untuk meniadakan dialog ini pilihan yang cerdik. Sebab, situasi yang sepi dalam film ini membuat penonton bisa lebih intens memperhatikan sikap masing-masing dan interaksi kedua karakter cerita ini. Selain itu, suasana yang sepi ini seolah-olah menunjukkan hubungan keduanya yang renggang dan dingin.

Baca Juga  Buñuel in the Labyrinth of the Turtles

Situasi bapak dan anak yang pelik ini juga diperkuat oleh pemilihan latar lokasi yakni di tepian laut yang terpencil. Hanya ada bapak dan anak tersebut, tidak terlihat rumah tetangga atau orang-orang lainnya di pulau tersebut. Pilihan warna-warni yang pucat dalam animasi ini juga seolah-olah menggarisbawahi situasi yang dingin dan muram

Hossein Molayemi dan Shirin Sohani mencoba membaurkan antara realitas dan imaji dalam beberapa adegan sehingga membuat penonton menebak-nebak apa yang sebenarnya sedang terjadi. Keduanya juga berani menampilkan adegan-adegan berdarah sehingga film animasi ini kiranya tak cocok disaksikan anak-anak.

Dar Saaye Sarv (In the Shadow of the Cypress) menampilkan kerapuhan dan trauma lewat gambar-gambar yang puitis. Film ini sayang dilewatkan. Kalian bisa menyaksikannya secara cuma-cuma di FestivalScope sampai 30 September 2023.

Venice Sala Web 2023 sendiri merupakan bagian dari Venice International Film Festival 2023. Di ajang ini ditampilkan delapan film pendek dari berbagai negara hasil seleksi Orizzonti, di antaranya A Short Trip, Duan Pian Gushi (Short Story), If The Sun Drowned Into An Ocean Of Clouds, Bogotá Story, Sentimental Stories, Area Boy, Dar Saaye Sarv (In The Shadow Of The Cypress), dan Dive.

Artikel SebelumnyaSatu Hari dengan Ibu
Artikel BerikutnyaThe Creator
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.