Satu lagi, film zombi dengan aksi hingar bingarnya dirilis. Apocalypse Z: The Beginning of the End adalah film aksi zombi produksi Spanyol arahan Carles Torrens. Film rilisan platform Prime Video ini diadaptasi oleh novel bertitel Apocalipsis Z 1. El principio del fin karya Manel Loureiro. Film ini dibintangi nama-nama lokal, antara lain Francisco Ortiz, Berta Vázquez, José María Yazpik, serta María Salgueiro. Akankah film ini mampu bersaing dengan film-film subgenrenya yang sebelumnya membanjiri pasar?

Setahun berlalu, Manel (Ortiz) masih saja belum bisa melupakan peristiwa kecelakaan yang menimpa istrinya. Manel kini hidup sendiri ditemani kucing setianya. Sementara adik perempuannya, Belén bersama suami dan putranya pindah ke Kepulauan Canary. Di tengah kemelut batinnya, wabah zombi pun merebak. Manel bertahan hidup sekuatnya, sebelum ia akhirnya memutuskan untuk menyusul adiknya ke Kepulauan Canary. Namun, perjalanan menuju ke sana rupanya tidak seperti yang ia rencanakan.

Plotnya tak jauh berbeda dengan film-film aksi zombi tipikalnya. Aturan main zombi pun sama, bak binatang buas, mereka bisa berlari cepat dan menular lewat gigitan. Poinnya hanyalah survival. Eksposisi latar bencana zombi disajikan rinci dari waktu ke waktu melalui pemberitaan media massa. Plotnya mulai menarik dan intens ketika Manel memutuskan untuk pergi ke Canary. Aksi demi aksi silih berganti disajikan nonstop. Seolah menjadi tradisi pula menyelipkan plot tentang satu kelompok yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka. Semua akhirnya berpadu dengan amat intens di babak klimaks yang berlokasi di rumah sakit dengan plot aksi layaknya video gim yang amat menegangkan.

Film ini juga tidak menggunakan sentuhan horor lazimnya subgenre ini, melainkan hanya aksi yang sebagian besar pun dilakukan pada siang hari. Aksinya sendiri disajikan lumayan untuk standar non-Hollywood. Aksi kejar mengejar puluhan zombi dan Manel yang menggunakan sepeda motor adalah satu rangkaian aksi yang menegangkan. Segmen klimaksnya jelas adalah yang paling menghibur dan selevel dengan film-film aksi zombi berkualitas, macam 28 Weeks Later, Dawn of the Dead, hingga World War Z.  Aksinya yang terus berpindah juga menampilkan beberapa set lokasi menarik dan bervariasi, dari perumahan, hutan, dermaga, di atas kapal, rumah sakit, hingga helikopter.

Baca Juga  Justice League Dark: Apokolips War

Apocalypse Z senada dengan tipikal plot aksi zombi kebanyakan dengan selipan sisi humanis, serta babak ketiga yang begitu intens dan menghibur, layaknya video gim. Walau sesungguhnya tak ada lagi sesuatu yang baru, namun film ini amat menghibur khususnya bagi para penikmat subgenre zombi. Titel dan ending-nya merujuk pada kelanjutan kisahnya. Saya menantis ekuelnya dengan antusias.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaTime Cut
Artikel BerikutnyaAgatha All Along
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.