New Reviews

Keadilan (The Verdict) | REVIEW

Keadilan (The Verdict) adalah salah satu upaya paling serius dari sinema Indonesia untuk memadukan drama hukum, politik, dan thriller psikologis. Penyutradaraan Lee Chang-hee dan Yusron Fuadi membuat film ini bergerak cepat tanpa basa-basi, namun tetap memelihara kedalaman emosinya.

Zootopia 2 | REVIEW

Walau Ide dan formula plotnya senada sebelumnya, Zootopia 2 mampu memberikan hiburan maksimal melalui aksi, polah, dan keragaman karakternya.

13 Days, 13 Nights | Festival Sinema Perancis 2025

13 Days, 13 Night mengandalkan kekuatan set dan production value yang istimewa dan meyakinkan dengan intensitas ketegangan yang konstan.

Dopamin | REVIEW

Dopamin menawarkan jalan cerita segar, sayangnya eksposisi kurang mendalam dengan elemen cerita yang kurang logis membuat penonton kesulitan untuk masuk pada dunia yang dibangun. 

Wicked: For Good | REVIEW

Dengan sentuhan estetik megah nan berkelas, Wicked: For Good menyempurnakan kisah sebelumnya melalui naskah brilian yang memanfaatkan “celah” cerita klasik serta kedalaman pesannya.

Now You See Me Now You Don’t | REVIEW

Now You See Me: Now You Don’t bisa jadi masih menarik perhatian bagi fans serinya, tetapi kehilangan sisi magis yang menjadikan seri ini dulu begitu menghibur.

What’s Up with Secretary Kim? | REVIEW

Meski eksekusi traumatik masa lalu What's Up with Secretary Kim? tidak digarap sedalam versi Korea, pilihan ini justru membuat film lebih mudah dinikmati sebagai tontonan akhir pekan: ringan, familiar, dan mengandalkan rasa manis hubungan kerja yang berkembang pelan-pelan.

The Running Man | REVIEW

Premis simpel yang terjebak dalam kerumitan plotnya sendiri plus minim humor, The Running Man tidak mampu memanfaatkan potensi premis, pesan, serta star power sang aktor.

Frankenstein | REVIEW

Setelah Pinocchio, sang sineas kembali mengulang konsep dan formula senada dalam Frankenstein melalui adaptasi lepas dengan kedalaman kisah serta stempel visualnya yang unik.

Nouvelle Vague | REVIEW

Nouvelle Vague adalah satu bentuk tribute sinema unik dan berkelas melalui pendekatan penceritaan dan estetik salah satu gerakan sinema penting dalam sejarah medium film.

Series

Retrospeksi

News

Artikel Lepas

Meski selintas ada kemiripan tema antara Samsara dan Setan Jawa, tetapi Samsara tetap memiliki daya tarik tersendiri. Film ini memberikan pengalaman sinematik yang unik baik secara format bioskop maupun format cine-concert.
Generasi muda masa kini, pasti tak akan ada yang percaya, jika terdapat masa di mana kita harus membeli tiket bioskop di masing-masing loket studionya. Jika misalnya, terdapat 8 studio dalam satu bioskop, maka akan ada 8 box tiket. Kita pun harus mengantri di box tiket studio yang memutar filmnya.
Elang (2025) berusaha membuka borok mafia bola Indonesia, namun alih-alih menyodorkan kritik sosial yang tajam, film ini justru terjebak dalam melodrama personal. Kritik ini membaca Elang sebagai alegori patah sayap Garuda di tengah luka panjang sepak bola nasional.
Sore: Istri dari Masa Depan merupakan eksplorasi berkelas dari konsep time travel dan time loop. Dua konsep permainan waktu ini bisa dipadukan dengan cerdik dengan menambah elemen-elemen cerita yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya
error: Content Is Protected, DON\'T COPY!!!