New Reviews

The Exit 8 | REVIEW

The Exit 8 adalah pencapaian langka bagi adaptasi gim yang mengeksplorasi segar konsep time loop serta keunikan set terbatasnya melalui naskah yang brilian.

The Long Walk | REVIEW

Premis menarik yang relevan dengan situasi masa kini, sayangnya The Long Walk bukanlah film pertama dan terbaik yang menawarkan pesan senada.

How to Be Normal and the Oddness of the Other World – Festival Film 100% Manusia 2025

How to Be Normal and the Oddness of the Other World memiliki tema sederhana dengan kemasan visual yang tak biasa.

The Conjuring: Last Rites | REVIEW

Sekuel terbaik sebagai penutup serinya, The Conjuring: Last Rites, memiliki naskah solid dengan family value yang kuat, serta segmen klimaks intens yang menghibur.

Relay | REVIEW

Cerdas, segar, dan brilian, untuk level bujetnya, Relay adalah salah satu film thriller terbaik yang pernah diproduksi.

Materialists | REVIEW

Melalui sentuhan emas sang sineas, Materialists mampu menekel kisah cinta klise menjadi sesuatu yang berbeda dan penuh arti, didukung kuat pesona tiga kasting utamanya.

Nobody 2 | REVIEW

Flat. Predictable. No threat. Nobody 2 adalah penurunan jauh dari film pertamanya, sekalipun dibesut Timo Tjahjanto yang memiliki sentuhan brutal.

Weapons | REVIEW

Melalui pencapaian dan kemasan naskah yang luar biasa, Weapons memadukan horor, misteri, komedi, thriller, investigasi, kriminal, hingga supernatural, menjadi sebuah karya bernilai tinggi sejak Pulp Fiction.

Eyes of Wakanda | REVIEW

Eyes of Wakanda mengambil perspektif segar dari negeri Wakanda dengan sentuhan animasi unik, sekalipun problema utamanya adalah (masih) kompleksitas semesta sinematiknya.

Omniscient Reader: The Prophet | REVIEW

Didominasi CGI, Omniscient Reader: The Prophet memiliki imajinasi visual di level berbeda, sekalipun untuk tontonan awam, kita bakal dihantam tempo plot cepat serta informasi bertubi sepanjang filmnya.

Series

Retrospeksi

News

Artikel Lepas

Generasi muda masa kini, pasti tak akan ada yang percaya, jika terdapat masa di mana kita harus membeli tiket bioskop di masing-masing loket studionya. Jika misalnya, terdapat 8 studio dalam satu bioskop, maka akan ada 8 box tiket. Kita pun harus mengantri di box tiket studio yang memutar filmnya.
Elang (2025) berusaha membuka borok mafia bola Indonesia, namun alih-alih menyodorkan kritik sosial yang tajam, film ini justru terjebak dalam melodrama personal. Kritik ini membaca Elang sebagai alegori patah sayap Garuda di tengah luka panjang sepak bola nasional.
Sore: Istri dari Masa Depan merupakan eksplorasi berkelas dari konsep time travel dan time loop. Dua konsep permainan waktu ini bisa dipadukan dengan cerdik dengan menambah elemen-elemen cerita yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya
error: Content Is Protected, DON\'T COPY!!!