New Reviews

Wolf Man

Wolf Man tidak banyak menawarkan sesuatu yang baru bagi genrenya, kecuali eskplorasi penceritaan real time, perspektif (POV) sang monster, dan tata rias wajah yang meyakinkan.

The Seed of the Sacred Fig

The Seed of the Sacred Fig adalah film Iran terbaik sejak A Separation (2011) dengan memadukan secara brilian elemen drama, politik, thriller hingga twist begitu intens yang didukung kuat oleh penampilan empat kasting utamanya.

Den of Thieves 2: Pantera

Den of Thieves 2: Pantera memiliki pesona aksi dan sisi ketegangan senada dengan sebelumnya, khususnya sepertiga akhir, hanya durasi yang kelewat panjang membuat prosesnya begitu melelahkan.

Zanna: Whisper of Volcano Isle

Selain unsur kelokalan dan sisi visual, cerita Zanna: Whisper of Volcano Isle juga kurang eksploratif dan kejutan.

The Prosecutor

Apa yang salah dari The Prosecutor? Donnie Yen masih terjebak peran tipikalnya dengan tidak memaksimalkan potensi terbaiknya, yakni aksi laga, diselingi drama pengadilan yang superfisial.

Wallace & Gromit: Vengeance Most Fowl

Wallace & Gromit: Vengeance Most Fowl masih memberikan sajian hiburan cerdas dengan visualisasi menawan, walau kini tak lagi menggigit seperti feature pertamanya.

My Favourite Cake

Melalui topik tipikal film-film Iran, My Favourite Cake mengeksplorasi kisahnya dengan segar melalui karakter unik serta perpaduan drama, roman, dan “horor” berkelas.

Squid Game – S2

Squid Game S2 berupaya keras untuk mengeksplorasi kisahnya tanpa terlihat memaksa dan repetitif, tidak hingga segmen klimaks konyol yang membunuh plotnya sendiri.

Black Dog

Black Dog memiliki production value langka dalam medium film selain kisah membumi yang merefleksikan situasi Tiongkok pada konteks waktunya.

Sampai Nanti, Hanna!

Sampai Nanti, Hanna! adalah film drama romantis yang kuat dalam pesan dan visual, namun kurang seimbang dalam transisi dan eksplorasi emosional antara masa kuliah dan kehidupan dewasa tokoh utamanya.

Series

Retrospeksi

News

Artikel Lepas

Melalui Ranjang Pengantin, Teguh Karya mampu memproduksi karya melodrama masterpiece yang tak lekang jaman, baik melalui inovasi visual serta moral value-nya
Imperfect bukan sekadar film; film ini berfungsi sebagai cermin sosial yang tajam, menyoroti isu bullying dengan cara yang mendalam. Melalui kisah yang diangkat, secara tidak langsung merepresentasikan fenomena bullying, memberikan kesempatan bagi penonton untuk merenungkan pengalaman yang mungkin pernah mereka lihat atau bahkan alami sendiri.
Alih-alih masyarakat lokal memiliki daya untuk berbicara mengenai daerahnya sendiri, justru Makbul Mubarak memilih bidak-bidak kondang berprivilege nasional untuk merepresentasi dan membicarakan mereka.
Film Vina: Sebelum 7 Hari bukanlah film terbaik di genre-nya, namun secara moral menjadi pemicu pengungkapan fakta sosial dan tegaknya keadilan hukum yang sebenarnya, terlepas dari semua pro dan kontra yang membayanginya.
error: Content Is Protected, DON\'T COPY!!!