New Reviews

Red One

Red One sesuai ekspektasi adalah sebuah film yang amat menghibur melalui sisi komedi dan chemistry dua aktor bintangnya.

Agatha All Along

Dengan segala pencapaian estetik dan kisahnya, Agatha All Along menyajikan perspektif cerita segar bagi seri MCU, namun kelelahan franchise-nya, sudah tak terelakkan, terlebih ini adalah karakter minor.

Apocalyse Z

Apocalypse Z senada dengan tipikal plot aksi zombi kebanyakan dengan selipan sisi humanis, serta babak ketiga yang begitu intens dan menghibur, layaknya video gim.

Time Cut

Time Cut adalah satu contoh sci-fi horor medioker dari segala aspeknya, tanpa tahu bagaimana harus bersenang-senang dengan permainan waktu dan genre slasher.

Aku Jati, Aku Asperger

Aku Jati, Aku Asperger sangat menyenangkan, sederhana, dan disajikan dengan keputusan estetik yang unik.

Perewangan

Setelah mendapatkan adegan pembuka yang impresif, dan gangguan supranatural yang intens, sayangnya adegan penutup Perewangan malah terkesan begitu saja.

Here

Dengan segala konsep dan pilihan estetik sang sineas, Here adalah satu pencapaian yang terasa personal dengan pesan mendalam tentang kehidupan yang bergulir cepat layaknya montage.

Bolehkah Sekali Saja Kumenangis

Realistis, namun optimis, dengan perspektif beragam dari berbagai karakternya, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis sukses menyentuh isu umum yang sering hanya menjadi latar belakang sebuah cerita.

Grand Tour

Grand Tour adalah sebuah film perjalanan dengan visual yang epik dengan bumbu komedi ringan dengan mengangkat kultur kelokalan kuat walau cerita tampak memaksa agar tampak melodramatis.

Sang Pengadil

Sang Pengadil terasa amatir dan dangkal, tanpa fokus yang bisa diikuti dengan memuaskan.

Series

Retrospeksi

News

Artikel Lepas

Imperfect bukan sekadar film; film ini berfungsi sebagai cermin sosial yang tajam, menyoroti isu bullying dengan cara yang mendalam. Melalui kisah yang diangkat, secara tidak langsung merepresentasikan fenomena bullying, memberikan kesempatan bagi penonton untuk merenungkan pengalaman yang mungkin pernah mereka lihat atau bahkan alami sendiri.
Alih-alih masyarakat lokal memiliki daya untuk berbicara mengenai daerahnya sendiri, justru Makbul Mubarak memilih bidak-bidak kondang berprivilege nasional untuk merepresentasi dan membicarakan mereka.
Film Vina: Sebelum 7 Hari bukanlah film terbaik di genre-nya, namun secara moral menjadi pemicu pengungkapan fakta sosial dan tegaknya keadilan hukum yang sebenarnya, terlepas dari semua pro dan kontra yang membayanginya.
Di luar segala kontroversinya, Vina: Sebelum 7 Hari berhasil memaksimalkan kekuatan sensasi sekalipun memiliki pencapaian cerita yang lemah dan teknik sederhana yang biasa kita jumpai dalam film-film horor lokal kebanyakan.
error: Content Is Protected, DON\'T COPY!!!