marvel zombies

Seri Marvel Zombies merupakan kisah lanjutan dari satu episode musim pertama “What If…?, yang bertitel What If.. Zombies?!” (2021). Marvel Zombies ini merupakan seri ke 16 dari Marvel Cinematic Universe (MCU) yang merupakan fase ke-6 dari MCU. Belasan pemain regulernya mengisi suara seri ini, yakni Iman Vellani, Dominique Thorne, Hailee Steinfeld, Kerry Condon, Florence Pugh, David Harbour, Simu Liu, Awkwafina, Randall Park, Wyatt Russell, Elizabeth Olsen, Paul Rudd, hingga Tessa Thompson. Apalagi kini yang ditawarkan MCU melalui seri animasi bertotal hanya empat episode ini?

Bumi dilanda wabah zombie yang dipaparkan dalam episode What If.. Zombies, di mana umat manusia nyaris musnah dan puluhan superhero besar pun menjadi mayat hidup di bawah kendali ratu zombi mereka, Wanda Maximoff. Lima tahun setelahnya, tiga superhero remaja, Kamala Khan, Kate Bishop, dan Riri Williams berhasil bertahan hidup dengan saling bekerja sama. Suatu ketika, mereka menemukan alat suar yang dianggap mampu mengirimkan sinyal pertolongan ke luar angkasa untuk memulihkan situasi di bumi. Tujuan mereka adalah markas besar SHIELD di Ohio dan setelahnya mencari pesawat angkasa yang untuk mengirimkan sinyal tersebut dari luar bumi. Petualangan Kamala dan rekan-rekannya demikian berat yang mengorbankan nyawa rekan-rekan mereka sendiri.

Problem terbesar seri ini adalah juga problem MCU secara umum. Seri ini jelas tidak ditujukan bagi yang bukan penikmat seri What If yang tidak memahami konsep semesta (cerita) alternatif yang ditawarkan. Dalam lingkup lebih luas, kisahnya juga bakal menjadi masalah besar bagi yang bukan fans MCU, baik film maupun serinya. Ringkas kata, jika belum memahami dan mengenal MCU, lupakan saja seri ini. Sementara bagi penikmat MCU, ini adalah salah satu eksplorasi “alternatif” MCU dalam bentuk terbaiknya.

Dengan bermodal puluhan superhero-nya, baik lawas maupun baru, kisah film ini begitu luwesnya memadukan sekian puluh karakter protagonis dan antagonis dengan jalinan kisah yang sama sekali baru. Seperti dalam seri What If…? yang sudah mencapai tiga musim, seorang tokoh superhero bisa bertemu dengan sosok superhero lainnya dalam satu plot yang tak terduga. Seperti dalam seri ini, siapa menduga, jika Kamala Khan, Blade/Khonsu (Moon Knight), Shang-Chi & Katy, detektif Jimmy Wu (Ant-Man), Yelena, Red Guardian, bahkan hingga Zemo (Civil War) berada dalam satu tim? Siapa menduga pula, sosok Kamala Khan (Miss Marvel) adalah karakter sentral dalam seri yang penuh aksi brutal ini. Seperti seri animasi Marvel Animation sebelumnya, kebanyakan pengisi suaranya juga disuarakan pemain aslinya.

Baca Juga  X-Men Origins: Wolverine

Inti kisahnya adalah bertahan hidup dengan satu misi yang tegas. Marvel Zombies memiliki plot tanpa henti (nonstop), intens, penuh aksi, selipan humor, dan momen-momen dramatis ketika tim kehilangan rekan-rekan mereka (sosok yang sudah kita kenal baik). Berbeda dengan film versi panjangnya, siapa pun bisa dikorbankan dan ini yang membuatnya menarik. Plotnya sulit diantisipasi dan bahkan kita tidak bisa menduga siapa yang bisa bertahan hingga akhir. Hal ini yang membuat adanya kejutan-kejutan besar dalam tiap episodenya, hingga segmen klimaks yang menghebohkan. Di antara semua, rasanya Marvel Zombies memiliki segmen klimaks paling kolosal dan brutal di antara semua film dan serinya (tidak terkecuali Endgame).

Marvel Zombies adalah eksplorasi kisah (alternatif) seri Marvel Cinematic Universe terbaik melalui kisah segar, aksi, relasi antartokoh, dan intensitas tinggi plotnya. Seri ini, bagi saya fans MCU, adalah sebuah kejutan besar yang tak terduga, seperti halnya musim pertama dan kedua What If…?, termasuk Eyes of Wakanda. Marvel Zombies adalah satu eksplorasi ekstrem dan brutal yang bekerja di luar kontinuitas semesta sinematiknya yang kini tengah dalam tekanan sulit. Eksplorasi liar macam ini yang sesungguhnya saya harapkan. Walau nyaris mustahil ini dilakukan dalam jalinan kisah utamanya, tetapi faktanya, Deadpool & Wolverine bisa melakukannya dengan sempurna.

Seperti telah saya katakan dalam banyak tulisan sebelum ini, MCU telah mencapai teritori yang belum pernah dicapai franchise film mana pun dan sangatlah sulit untuk memetakan arah kisah ke depannya. Tiga film MCU yang rilis tahun ini relatif gagal secara komersial. Seri Marvel Zombies menjawabnya dengan gaya berkelas dan brutal yang belum pernah dicapai seri dan film MCU sebelumnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaThe Salt Path | Jakarta World Cinema Online
Artikel BerikutnyaAlien: Earth | REVIEW
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). A lifelong cinephile, he developed a profound passion for film from an early age. After completing his studies in architecture, he embarked on an independent journey exploring film theory and history. His enthusiasm for cinema took tangible form in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience eventually led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched students’ understanding through courses such as Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended well beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, Understanding Film, an in-depth examination of the essential elements of cinema, both narrative and visual. The book’s enduring significance is reflected in its second edition, released in 2018, which has since become a cornerstone reference for film and communication scholars across Indonesia. His contributions to the field also encompass collaborative and editorial efforts. He participated in the compilation of Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1–3 and 30 Best-Selling Indonesian Films 2012–2018. Further establishing his authority, he authored Horror Film Book: From Caligari to Hereditary (2023) and Indonesian Horror Film: Rising from the Grave (2023). His passion for cinema remains as vibrant as ever. He continues to offer insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com while actively engaging in film production with the Montase Film Community. His short films have received critical acclaim at numerous festivals, both nationally and internationally. In recognition of his outstanding contribution to film criticism, his writing was shortlisted for years in a row for Best Film Criticism at the 2021-2024 Indonesian Film Festival. His dedication to the discipline endures, as he currently serves as a practitioner-lecturer in Film Criticism and Film Theory at the Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta, under the Independent Practitioner Program from 2022-2024.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses