Along With the Gods: The Two Worlds (2017)

139 min|Action, Adventure, Drama|20 Dec 2017
7.2Rating: 7.2 / 10 from 20,359 usersMetascore: N/A
After a heroic death, a firefighter navigates the afterlife with the help of three guides.

Watch our video review in english below.

Along with the Gods : The Two Worlds adalah film drama fantasi Korea yang disutradarai oleh Kim Yong-hwa dan merupakan adaptasi dari serial web comic berjudul Singwa Hamgge karya Joo Hoo-min. Film ini menjadi pembuka sebelum film keduanya, Along with the Gods: The Last 49 Days yang akan tayang pada musim panas 2018. Film ini dibintangi oleh sederet aktor Korea papan atas, yakni Ha Jung-woo, Cha Tae-hyun, Ju ji-hoo, Kim Hyang-gi, Do Kyung-soo, Lee Jung-jae, Kim Dong-wook, Lee Joon-hyuk, dan masih banyak aktor dan aktris senior sebagai karakter pendukung.

Berkisah tentang seorang pria biasa bernama Ja-hong (Cha Tae-hyun), yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak dari kebakaran, serta Gang-rim (Ha Jung-woo), seorang Malaikat Maut yang mengantar Ja-hong ke alam baka. Para Malaikat Maut ditugaskan untuk mendampingi arwah dalam 7 percobaan selama 49 hari untuk mengetahui bagaimana sang arwah menjalani hidupnya dan di mana dia akan dibawa setelah peleburan dosa.

Ide ceritanya menarik. Film ini berkisah tentang bagaimana proses pengadilan terhadap orang yang telah meninggal atas segala dosa yang dilakukan semasa hidupnya. Tidak hanya itu, film ini juga menyuguhkan bagaimana hubungan dunia fana dengan dunia nyata yang masih terkait. Konflik tidak hanya terjadi pada pengadilan di neraka, dan konflik baru yang muncul di dunia nyata menimbulkan masalah dalam perjalanan sidang dosa si tokoh utama.

Ide afterlife dan reinkarnasi bukan hal yang baru meskipun di tiap film memiliki pandangan yang berbeda terhadap bagaimana kehidupan manusia setelah meninggal. Di film ini, ada 7 level neraka yang harus dilalui sebelum orang tersebut mendapat kesempatan reinkarnasi. Setiap level neraka memiliki dewa atau dewi tersendiri, dan selama perjalanan sang tokoh dihadapkan dengan dosa yang menuntutnya di pengadilan. Dosa yang menjadi penghalang di awal hingga menjelang akhir film kurang diimbangi dengan motif kuat, dan selalu berakhir dengan sepele karena kesalahpahaman sang dewa yang hanya melihat dosa tanpa melihat maksud di balik perbuatannya. Dan ini yang menjadi ganjalan di pikiran saya, kenapa sang dewa atau dewi terlihat seperti manusia yang berpikiran sempit? Jika mereka tahu segalanya, tahu tentang dosa sekecil apapun, mengapa mereka bisa melewatkan hal penting seperti niatan seseorang atau motif dibalik perbuatan dosanya itu? Pengadilan akhirat dalam film ini menjadi seperti pengadilan massa yang mengadili perbuatan seseorang tanpa mencari tahu penyebabnya. Selain itu, sisipan humor pada tiap sidang menjadikan persidangan dosa tersebut terlihat seperti guyonan dan tidak serius.

Baca Juga  App War

Tak perlu komentar tentang akting para pemainnya. Semuanya tampil maksimal sesuai yang diharapkan dari para aktor dan aktris kenamaan Korea yang sudah membintangi banyak drama dan film. Salah satu yang menarik perhatian adalah keikutsertaan seorang idola Korea yang tergabung dalam grup EXO, Do Kyung-soo. EXO sendiri memiliki fanbase besar yang tersebar di seluruh dunia, hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penonton dan pendapatan filmnya. Pada saat rilisnya, film ini sudah menarik 422.339 penonton dalam satu hari dan menduduki puncak boxoffice dengan pendapatan kotor 2,9 juta dolar.

Kurang dalamnya motif menjadi kelemahan filmnya, namun film ini berhasil menguras emosi penonton saat klimaks. Persoalan-persoalan sepele di awal menjadi pengantar untuk kejutan emosional di ending. Sisipan komedi menjadi penghibur selain aksi teleportasi dan suguhan CGI yang setengah-setengah. Sedikit demi sedikit, misteri tentang dua dunia tersebut mulai terpecahkan dan menjadi pengantar untuk sekuel filmnya. Masih banyak yang bisa digali dari cerita film ini, seperti misalnya latar belakang tentang para Malaikat Maut atau para dewa-dewi. Film ini mencoba untuk menyampaikan banyak pesan moral, dan semuanya membahas persoalan manusia sebagai makhluk sosial yang harus hidup rukun, peduli terhadap sesama, membantu tanpa pamrih, dan saling memaafkan.

WATCH OUR REVIEW

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaAjin: Demi-Human
Artikel BerikutnyaKeluarga Cemara Bernostalgia pada Pertengahan Tahun 2018
Luluk Ulhasanah atau lebih akrab dipanggil EL, lahir di Temanggung 6 September 1996. Sejak kecil hobi menonton film dan menulis. Minatnya pada film membuat ia bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2016 dan mulai beberapa kali terlibat produksi film pendek, dan aktif menulis review film, khususnya rubrik film Asia. Pada bulan Desember 2017, ia menjadi juri mahasiswa dalam ajang festival film internasional, Jogja Asian Film Festival (JAFF Netpac) 2017. Ia juga salah satu penyusun dan penulis buku 30 Film Indonesia Terlaris 2002-2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.