Dilan 1991 merupakan film kelanjutan kisah asmara Dilan dan Milea dalam Dilan 1990 yang rilis tahun lalu. Setelah filmnya ditonton oleh lebih dari 6 juta penonton, kata-kata manis yang Dilan ucapkan tampaknya menciptakan rindu bagi banyak orang, khususnya anak muda. Dilan 1991 kembali disutradarai Fajar Bustomi, serta Pidi Baiq yang juga penulis novel bestseller-nya. Uniknya dari beberapa berita, terkabar jika film ini ditolak di beberapa daerah karena dianggap memicu adanya tindakan amoral dan asusila di dunia pendidikan. Akan tetapi, tiket yang sudah dijual sejak beberapa hari sebelum rilis, tetap saja laris terjual yang filmnya mendominasi semua layar bioskop.
Dilan dan Milea yang telah resmi berpacaran, kini semakin mesra. Tetapi, kehadiran Yugo yang merupakan sepupu jauh Milea memberikan ketidaknyamanan bagi hubungan mereka. Sementara itu, Dilan masih saja suka berkelahi dan membuat Milea khawatir. Akhirnya, perkelahian Dilan membawa masalah fatal dan hubungan mereka pun terancam. Milea yang manja dan berhati lembut pun, tidak kuasa menahan kekecewaannya hingga terus larut dalam kesedihannya.
Seperti film pertamanya, dapat dimaklumi, mengapa film ini banyak ditonton khususnya kalangan remaja. Menonton film ini, membuat saya kembali bernostalgia ke masa SMA. Banyak hal-hal manis yang dirasakan saat kita berpacaran kala itu. Kenangan berkesan itu sukses ditampilkan dalam film ini, dengan kata-kata manis yang ucapkan Dilan untuk Milea. Memang sering kali terasa gombal dan berlebihan tapi perempuan muda mana sih yang tidak suka diperlakukan dengan manis? Kata-kata dan sikap yang manis menjadi kekuatan dari adegan yang disajikan.
Ceritanya sendiri mengalir dengan ringan dan mudah dipahami. Setelah penonton berpuas akan sisi romantis di kisah sebelumnya, kali ini penonton harus bersiap terbawa perasaan sedih yang berlarut-larut. Vanesha Prescilla berperan baik dalam menampilkan kesedihannya hingga saya pun seolah turut merasakan apa yang ia rasakan. Bak Romeo dan Juliet, kisah percintaan remaja Dilan dan Milea juga terasa amat mendalam. Kesan ini mampu ditampilkan dengan baik oleh dua pemeran utamanya. Sikap manis, tulus, lucu, alay, hingga rasa sedih yang bikin baper ala remaja SMA dibawakan secara alami. Kualitas akting keduanya merupakan kekuatan dari Dilan 1991. Tangis dan canda yang dihadirkan membuat film ini layak untuk dinikmati. Sayangnya, alur cerita yang berjalan lambat membuat durasi film terasa lama sekali hingga cukup membosankan.
Seperti film sebelumnya, sisi sinematografi, setting, dan musik pun sudah mendukung cukup baik meskipun tidak bisa dibilang istimewa. Dilan 1991 juga mampu memberikan gambaran bahwa pacaran yang terbuka dan didukung oleh orang tua kedua belah pihak, dapat memberikan kenyamanan dan keamanan. Ketika masalah terjadi, orang tua akan menjadi tempat berkeluh kesah dengan memberi masukan yang positif. Setidaknya, sikap Milea yang berani move-on dari rasa cintanya pada Si Panglima Tempur yang gagah berani itu, mampu menginspirasi perempuan di luar sana bahwa hanya pejuang sejatilah yang benar-benar pantas untuk dipertahankan.
WATCH TRAILER