home sweet loan

Setelah sukses dengan Noktah Merah Perkawinan (2022), Sabrina Rochelle Kalangie mencoba peruntungannya dengan menggarap film yang diangkat dari novel laris, Home Sweet Loan. Film ini sukses menarik banyak penonton, terutama kalangan pekerja. Seperti apa sih filmnya?

Home Sweet Loan berfokus pada sosok Kaluna (Yunita Siregar). Ia gadis usia 31 tahun yang pekerja keras. Selain bekerja di perkantoran, ia juga menjadi model bibir untuk produk lipstick. Sehari-hari di kantor, meski sibuk, ia masih bisa tersenyum bersama ketiga sahabatnya, Tanish (Risty Tagor), Miya (Fita Anggriani), dan Danan (Derby Romero).

Namun, ia terus merasa kalut jika pulang ke rumahnya yang penuh sesak karena kedua kakaknya bersama keluarga kecilnya masih tinggal di rumah orang tua mereka. Kaluna terus menjadi tulang punggung keluarga. Hingga suatu ketika ia ingin segera keluar dari rumah. Ia dan kawan-kawannya pun kemudian sibuk berburu rumah idaman.

Beratnya menjadi generasi sandwich adalah isu yang relavan hingga saat ini, terutama bagi generasi muda. Isu tentang generasi sandwich sebelumnya pernah diangkat dalam film “Cinta Pertama, Kedua & Ketiga”. Namun karena perilisannya masih dalam kondisi pandemi, yakni tahun 2021, film tersebut relatif kurang populer.

Selain tentang problem yang umum dialami kalangan generasi sandwich, isu tentang sulitnya menabung di kalangan pekerja dan susahnya mendapatkan rumah, juga banyak mendapat ruang dalam film ini. Sabrina cerdik mengolah isu-isu dalam novel yang ditulis oleh Almira Bastari tersebut dan kemudian mengemasnya menjadi drama yang penuh konflik dan menguras emosi penonton.

Pengalamannya sebagai sutradara Noktah Merah Perkawinan membantunya dalam memperkuat karakter-karakter yang kiranya bisa membuat penonton jengkel ataupun sebaliknya, merasa simpati. Kanendra, misalnya, kakak tertua Kaluna yang diperankan oleh Ariyo Wahab ini sukses membuat penonton merasa sebal setiap kali ia muncul. Sebaliknya, penonton juga merasa kasihan dengan sosok ibu kandung Kaluna yang nampak rapuh dan lelah, serta tidak mampu menolak permintaan kedua kakak Kaluna.

Baca Juga  Perfect Strangers

Salut dengan divisi casting. Meski hanya Fita Anggriani di antara keempat sahabat yang penampilannya sesuai dengan penggambaran deskripsi dalam novel, namun ketiga pemeran lainnya juga berhasil menghidupkan karakter. Yunita Siregar tampil memikat dengan penampilan melankolisnya, baik ketika tampil sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lawan mainnya. Dialog di antara mereka terasa lugas dan mengalir.

Dari segi visual, gambar-gambarnya tajam dan nyaman di mata. Sementara untuk lagu-lagu dalam film seperti Berakhir di Aku yang dibawakan Idhitaf dan Kembali Pulang yang dinyanyikan oleh Suara Kayu dan Feby Putri juga porsinya pas, tidak berlebihan dan selaras dengan tema film.

Yang dirasa menganggu dalam film ini adalah lokasi-lokasi yang disurvei oleh keempat sahabat tersebut yang kurang mewakili Jakarta dan detail dari karakter Kaluna yang dirasa kurang realistis. Lokasi rumah dan apartemen yang disurvei keempat sahabat tersebut rata-rata hanya di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan yang memang harganya tinggi, jika dibandingkan daerah lainnya.

Detail karakter Kaluna yang bergaji enam jutaan dan menjadi generasi sandwich, namun punya tabungan besar dan mobil dirasa kurang realistis dan malah melemahkan desain karakter Kaluna itu sendiri. Desain karakternya jadi kurang konsisten dan kurang kokoh.

Di luar keterbatasan tersebut, menikmati Home Sweet Loan terasa mudah dan tidak perlu banyak mengerutkan dahi (kecuali bagian-bagian detail Kaluna yang dirasa kurang realistis). Puncak konflik dan solusinya juga mudah ditebak. Ya siapa tahu setelah menonton kalian jadi makin hemat dan giat menabung seperti Kaluna.

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaThe Wild Robot
Artikel BerikutnyaKuasa Gelap
Dewi Puspasari akrab disapa Puspa atau Dewi. Minat menulis dengan topik film dimulai sejak tahun 2008. Ia pernah meraih dua kali nominasi Kompasiana Awards untuk best spesific interest karena sering menulis di rubrik film. Ia juga pernah menjadi salah satu pemenang di lomba ulas film Kemdikbud 2020, reviewer of the Month untuk penulis film di aplikasi Recome, dan pernah menjadi kontributor eksklusif untuk rubrik hiburan di UCNews. Ia juga punya beberapa buku tentang film yang dibuat keroyokan. Buku-buku tersebut adalah Sinema Indonesia Apa Kabar, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema, Antologi Skenario Film Pendek, juga Perempuan dan Sinema.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.