Novocaine adalah film komedi aksi roman garapan Dan Berk dan Robert Olsen. Film ini dibintangi beberapa bintang muda yang tengah naik daun, yakni Jack Quaid, Amber Midthunder, Jacob Batalon, serta Ray Nicholson, Betty Gabriel, dan Matt Walsh. Putra aktor Dennis Quaid ini kita tahu namanya makin melejit sejak seri The Boys, Amber mencuat sejak bermain dalam franchise Predator, Prey, sementara Batalon makin naik karirnya sejak seri Spider-Man (MCU) terbaru. Akankah tiga bintangnya mampu mengangkat pamor Novocaine? Hebatnya, tidak hanya penampilan kastingnya, namun di luar dugaan adalah naskahnya.
Nathan Caine (Quaid) adalah seorang pemuda yang memiliki kelainan syaraf sehingga sejak kecil ia tidak mampu merasakan rasa sakit (fisik). Nathan yang bekerja sebagai asisten manajer di sebuah bank kecil, terpikat dengan seorang karyawati baru, Sherry (Midthunder). Satu kejadian mendekatkan mereka hingga berujung pada satu malam tak terlupakan. Sayangnya, keesokan harinya, kantor mereka disatroni perampok, dan Sherry pun dibawa sebagai sandera. Nathan pun dengan segala cara dan kelebihan yang ia memiliki, bertekad untuk menyelamatkan pujaan hatinya.
Menonton tanpa ekspektasi, siapa mengira penonton di bioskop bakal terhibur demikian hebat. Tawa dan jeritan lepas yang lama tak terdengar di dalam ruangan. Novocaine sekilas mengingatkan pada Crank yang dibintangi Jason Statham melalui aksi-aksi brutal dan konyol sang protagonis yang mengejar antidote racun yang diminumnya. Premis Novocaine jelas berbeda dan lebih segar walau terlihat sedikit berlebihan. Hei.. ini adalah komedi, sudah nature-nya untuk berlebihan. Kita sudah tahu persis, apa yang bakal terjadi, di mana “penderitaan” Nathan adalah satu formula segar yang memberikan sisi humor yang begitu hebat walau tidak mengenakkan. Aset kisahnya adalah “rasa sakit” sang protagonis yang mampu begitu efektif disodorkan pada penonton, plus sisi romansa dan persahabatan yang manis.
Kapan sebuah adegan penyiksaan bisa terlihat begitu menghibur seperti ini? Rasanya baru sekarang. Bayangkan, Nathan harus berakting “lebai” agar satu siksaan bisa terlihat menyakitkan. Ini hanyalah secuil adegan dari puluhan aksi yang efektif mengocok perut penonton. Semakin menyakitkan justru semakin menghibur. Edan bukan. Selain ini, selipan romannya terasa begitu manis dan hangat. Dialognya sangat efektif dan cerdas. Ini didukung penuh penampilan tiga kasting utamanya yang bermain bagus untuk perannya. Memang bukan level Oscar (no need), namun teramat pas dengan tuntutan kisahnya. Ending-nya memang menyakitkan tapi begitu memuaskan.
Premis segar yang diimbangi naskah solid dan efektif, serta kasting brilian, Novocaine adalah sebuah sajian brutal yang begitu menyakitkan sekaligus menghibur dengan penuh kejutan. Film ini adalah sebuah sajian langka yang inovatif dari sisi penceritaan dan pengadeganannya bagi genrenya. Saya berharap, film penuh kejutan ini bisa sukses dan makin mengangkat pamor para bintang mudanya. Mereka bertiga rasanya mampu bermain dalam drama serius sekalipun, jika mendapatkan peran yang pas. Sayangnya, film menghibur ini tidak bisa ditonton oleh semua member keluarga karena aksinya yang penuh darah dan brutal. Siapa menyangka? Rasa sakit dan aksi ultra brutal bisa begitu indah dan menghibur.