10 Cloverfield Lane (2016)

103 min|Drama, Horror, Mystery|11 Mar 2016
7.2Rating: 7.2 / 10 from 361,826 usersMetascore: 76
A young woman is held in an underground bunker by a man who insists that a hostile event has left the surface of the Earth uninhabitable.

Film ini berhubungan dengan film fiksi ilmiah Cloverfield (2008) yang berkisah tentang invasi alien raksasa ke bumi. Cloverfield disajikan dengan gaya found footage yang mengikuti enam remaja yang terjebak di kota New York selama invasi tersebut. Film yang berbujet hanya $25 juta ini sukses besar secara kritik dan komersil dengan meraih $ 170 juta pada rilis globalnya. Sementara 10 Cloverfield Lane hanya diproduksi dengan bujet $15 juta dengan konsep yang sama sekali berbeda dengan pencapaian estetik yang melebihi film pertamanya. Jika mau jujur, bicara soal hubungan kisah dengan film awalnya bisa jadi orang yang sama sekali belum pernah menonton Cloverfield justru mendapatkan kepuasan lebih ketika menonton film ini. Jadi bagi penonton yang belum melihat Cloverfield tidak ada yang perlu dikhawatirkan sama sekali.

Alkisah Michele (Winstead) yang tengah bertengkar dengan tunangannya memilih untuk pergi ke luar kota. Di tengah jalan mobilnya mengalami kecelakaan dan Michele tak sadarkan diri. Ia terbangun di sebuah tempat asing yang merupakan sebuah bunker dengan dua orang pria bersamanya, yakni sang pemilik Howard (John Goodman), dan seorang pria muda Emmet (Gallagher). Michele yang merasa terperangkap disana mencoba lari dari tempat tersebut namun apa yang dilihatnya di luar jauh lebih buruk dari yang ia pikirkan.

Baca Juga  The Tourist

Satu hal yang kita ketahui sejak awal adalah film ini bagian dari cerita Cloverfield. Kita tahu ada alien diluar sana namun film ini mampu mengaburkan itu semua. Sejak awal, hingga tigaperempat film, kita dibawa masuk ke dalam sebuah situasi yang sangat tidak jelas dari ruang yang amat terbatas. Asumsi dan praduga dimentahkan lalu dibangkitkan kembali demi mengusik rasa penasaran penonton. Adegan demi adegan dibangun dengan rapi untuk meningkatkan tensi dramatik cerita dari waktu ke waktu. Ruang yang hanya itu-itu saja menjadi tidak terasa berjalan cepat. Film ini tidak akan berhasil tanpa penampilan kuat dua kasting utamanya, Mary Elizabeth Winstead dan John Goodman. Khususnya Goodman bermain amat brilyan dengan mampu menunjukkan dua sisi “koin” yang berbeda memberikan nuansa drama-keluarga sekaligus horor-thriller pada film ini.

10 Cloverfield Lane merupakan terobosan baru bagi genre fiksi ilmiah yang memadukan unsur horor dan thriller. Pembatasan ruang dan alur kisah yang menegangkan dari menit ke menit plus penampilan memikat dari dua kastingnya sudah cukup menjadikan film ini kandidat film fiksi ilmiah terbaik era modern ini. Franchise Cloverfield memungkinkan cerita dan kemasannya bisa bergerak fleksibel ke mana saja dan bentuk apa saja melampaui batasan genre konvensional. Bisa jadi memang film ini bukan selera penonton awam namun bagi fans sejati khususnya fiksi ilmiah atau bahkan horor, 10 Cloverfield Lane menjanjikan sebuah tontonan yang menegangkan, cerdas, sekaligus menghibur. Sang sineas bertalenta tinggi, Dan Trachtenberg yang ini merupakan debutnya membuka jalan yang panjang dan lebar bagi franchise Cloverfield ke depan.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaBvS Menukik Tajam
Artikel BerikutnyaThe Jungle Book
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.