Rilis tanggal 13 November lalu di Indonesia, film asal Vietnam berjudul Betting With Ghost atau Làm Giàu Với Ma ini ternyata telah rilis di berbagai negara lain di dunia, seperti Australia, Selandia Baru dan Kamboja sejak September lalu. Film bergenre Komedi Horor ini disutradarai oleh Nguyen Nhat Trung dan ditulis oleh Vo Nguyen Dan. Mengambil topik perjudian dengan bumbu drama keluarga, Tuan Tran, Hoài Linh, dan Diep Bao Ngoc telah memerankan karakter-karakter utama di film ini dengan cukup menarik.
Lanh (Tran), seorang pemuda yang hidup berdua dengan ayahnya, Tn. Ðạo (Linh), adalah seseorang yang ingin cepat kaya dengan berjudi. Ia terus membuat masalah dan bahkan terlibat dengan geng setelah kalah berjudi dan berhutang puluhan juta. Suatu hari, saat dikejar-kejar geng yang ingin menagihnya, Lanh bersembunyi di dalam sebuah kuburan yang baru digali karena akan dipindah dan hampir tersambar petir. Sejak itu, ia jadi bisa melihat hantu, dan mulai dibuntuti oleh seorang hantu perempuan bernama Na (Ngoc). Na ingin Lanh membantunya mencari putrinya, sementara Lanh ingin mendapatkan uang secara instan, jadi mereka membuat kesepakatan untuk memenuhi permintaan satu sama lain. Namun, untuk mendapatkan uang dan keberuntungan secara instan, Tn. Ðạo harus menanggung akibatnya.
Secara keseluruhan, film ini memiliki cerita yang menarik dengan plot twist yang unik. Lanh adalah tokoh utama yang mudah disukai, meski serakah. Hobinya berjudi dan berhutang saat kalah membuatnya terlihat seperti orang yang tidak menghargai kerja jujur, namun sesungguhnya ia adalah karakter yang baik dan berbakti, jauh di lubuk hatinya. Penulisan tokoh Lanh sangatlah menarik dan berbeda dari penjudi biasanya, terutama karena motivasinya yang tidak seperti yang orang bayangkan, atau semata-mata hanya uang saja. Ditambah dengan akting Tran yang cukup mendalami karakter, membuat penonton tidak bisa membencinya meski kita tahu bahwa apa yang ia lakukan itu jelas salah.
Di sisi lain, Tn. Ðạo adalah karakter yang memiliki harga diri yang kuat dan seorang yang sangat jujur. Kontras antara keduanya sangat dinamis dan menyenangkan untuk ditonton. Akting Linh sebagai Tn. Dao sendiri juga cukup menambah kesan immersive di film ini. Sayangnya, penulisan karakter-karakter dengan premis cerita yang menarik ini dirusak dengan resolusi cerita yang tidak memuaskan dan sangat memaksa.
Benar bahwa film ini memiliki cerita yang menarik dengan plot twist yang juga cukup mengejutkan, dengan revelation yang dikemas dengan baik pula. Hanya saja, semua itu sia-sia dengan ending yang tidak menunjukkan bahwa para tokoh utama telah mendapatkan pelajaran dari semua peristiwa yang terjadi, dan tidak pula mendapatkan kebahagiaan. Lalu apa gunanya membuat Lanh, Tn. Ðạo dan Na tokoh-tokoh yang mudah disukai dengan motivasi mereka yang mendalam apabila mereka tidak mendapatkan setidaknya konklusi yang memuaskan?
Oke, berjudi dan mendapatkan uang dengan instan adalah hal yang tidak baik dan tidak patut untuk ditiru. Namun dalam konteks cerita ini, dan dengan simpati yang telah dibangun filmmaker sepanjang durasi film untuk membuat penonton mendukung para tokoh utama, seharusnya ada sedikit adegan-adegan di mana mereka terlihat mendapat kesenangan atau hasil dari cara yang tidak baik ini. Hal itu bisa menambah impact dan arti dari rasa kecewa ketika mereka mendapatkan konsekuensi. Karena di film ini, sepertinya hanya terjadi konsekuensi demi konsekuensi, dan tokoh bahkan tidak mendapatkan banyak uang dari kesepakatannya dengan si hantu.
Belum lagi membahas soal betapa banyaknya plot hole di film ini. Contohnya seperti foto gadis kecil di altar kematian Na yang digambarkan sebagai putrinya, namun tidak ada artinya karena plot twist di akhir cerita. Atau bagaimana bisa Na tidak mengenali anaknya sendiri, padahal saat baru mati setelah melahirkan pun ia masih bersama dengan anaknya selama beberapa saat. Apakah hantunya muncul beberapa lama setelah ia mati dan dikuburkan? Apakah ia tidak langsung menjadi hantu begitu mati?
Mari jangan lupakan bahwa ini adalah film bergenre komedi horor, namun ujung-ujungnya, film ini lebih pantas dikategorikan sebagai film drama keluarga. Ada lebih banyak bagian mengharukan dan konflik keluarga antara ayah dan anak daripada humor dan horor, ditambah ending yang tidak mencerminkan cerita komedi sama sekali. Seharusnya, film ini mengambil arah yang sedikit lebih lighthearted. Atau setidaknya tambahkan satu lagi scene di ending yang menunjukkan bahwa meski semuanya gagal, para tokoh mendapatkan pelajaran dan resolusi yang memuaskan, bukan hanya penyesalan dan kekecewaan yang membuat penonton merasa sia-sia menyimak perjuangan mereka.
Selebihnya, ini tetaplah cerita yang menarik dengan alur yang tidak mudah ditebak pula. Plot twistnya cukup dikemas dengan mengejutkan dan sekali lagi, ini lebih cocok disebut drama keluarga daripada komedi horor. Apalagi tidak terlalu banyak eksplorasi ke dalam adegan komedi atau horor di film ini. Jika bukan karena resolusinya yang terlalu memaksa, tidak memuaskan dan tiba-tiba, serta plot hole-nya yang tidak terjelaskan, maka mungkin film ini akan mendapat skor yang lebih.
Wah kak Rossita, kakak menyampaikan hal-hal yang saya rasakan dan hal-hal yang saya tidak terpikirkan setelah nonton film ini.
-dari kursi E11
Wah! Makasih komentarnya! ✨✨