Erin Brockovich (2000)
131 min|Biography, Drama|17 Mar 2000
7.4Rating: 7.4 / 10 from 211,266 usersMetascore: 73
An unemployed single mother becomes a legal assistant and almost single-handedly brings down a California power company accused of polluting a city's water supply.

Erin Brockovich (Roberts) adalah seorang ibu yang harus menghidupi tiga orang anaknya sendiri. Ia mencari pekerjaan apapun untuk bisa menghidupi keluarga serta membayar hutang-hutangnya. Suatu ketika Erin mengalami kecelakaan mobil dan menuntut si penabrak dengan meminta bantuan pengacara, Edward Masry (Finney). Erin lalu kalah di persidangan dan sebagai kompensasi ia meminta Masry untuk mempekerjakannya di kantor pengacaranya. Dengan terpaksa Masry menyetujui. Suatu ketika Erin melihat keganjilan dalam sebuah laporan kasus tentang perusahaan PG & E yang dilampiri catatan medik penduduk di kawasan sekitarnya. Usut punya usut ternyata perusahaan tersebut diduga bertanggung jawab terhadap gangguan kesehatan yang diderita penduduk melalui limbah yang mencemari air tanah.

Seperti film drama biografi kebanyakan, Erin Brockovich menyajikan perjuangan seorang wanita biasa yang melakukan hal yang sangat luar biasa. Soderbergh mampu secara berimbang menggambarkan perjuangan Erin melawan ketidakadilan serta kehidupan pribadi keluarganya tanpa ada sesuatu yang dilebih-lebihkan. Konflik yang dihadapi Erin ternyata tidak hanya dalam pekerjaannya namun juga keluarganya sendiri. Kita diperlihatkan sisi manusiawi dari sang ibu yang harus bersusah payah merawat tiga orang anaknya yang masih relatif kecil. Ketika sang ibu sibuk dengan pekerjaannya, sang pacar yang menggantikan perannya merasa terabaikan hingga ia meninggalkan Erin. Walau ending-nya tidak sulit kita tebak namun tetap saja penonton terharu melalui adegan klimaksnya yang dramatik.

Baca Juga  45 Tahun Gerakan 30 September, Menonton Lagi Film Itu

Kekuatan utama film ini jelas ada pada akting Julia Roberts. Roberts bermain menawan sebagai Erin Brockovich, sebagai seorang ibu tiga orang anak sekaligus wanita karir yang tampil selalu dengan busana menggoda kaum hawa. Bisa jadi Roberts tidak kesulitan memerankan karakter ini karena sebelumnya ia banyak bermain sebagai sosok karakter bertipikal sama, yakni keras serta mandiri. Entah perannya ini didramatisir atau tidak jika dibandingkan sosok Erin aslinya namun ganjaran Oscar untuk peran utama wanita terbaik menjawab semuanya. Satu pemain lain yang mampu bermain mengesankan memberikan chemistry yang unik dengan sosok Erin adalah Albert Finney berperan sebagai Ed Masry yang juga dinominasikan Oscar.

Di luar pencapaian kedua pemain diatas yang luar biasa peran Soderberg dalam film ini juga tidak dapat dikesampingkan. Soderbergh seperti lazimnya film-film karyanya kali ini secara efektif mampu mengkombinasikan antara gaya film independen dengan film komersil. Gaya kamera handeld serta teknik editing yang efektif mampu memberikan sentuhan nyata pada film ini. Sayang film ini dalam ajang Academy Awards hanya meraih nominasi film terbaik, ia kalah oleh dirinya sendiri dalam film karyanya juga yakni, Traffic.

WATCH TRAILER

https://www.youtube.com/watch?v=HCQGydFK_hM

Artikel SebelumnyaEat, Pray, Love, Perjalanan Mencari “Cinta”
Artikel BerikutnyaPretty Woman, Kisah Cinderella dalam Kemasan Masa Kini
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.